Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soegijanto
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999
R 690.21 SOE b (1)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Fadiah Tamimi
"ABSTRAK
Melihat maraknya tren pemanfaatan kontainer pada arsitektur akibat penumpukan yang terjadi di pelabuhan di Indonesia. Sekarang ini mulai bermunculan pemanfaatan kontainer sebagai bangunan yang dapat dihuni oleh manusia untuk beraktivitas di dalamnya. Kontainer yang bermaterialkan baja sangat mudah menyerap panas matahari terutama untuk di iklim tropis seperti Indonesia ini. Untuk itu dalam memanfaatkan kembali kontainer bekas ini, diperlukan perlakuan khusus untuk menjaga kenyamanan bagi penghuninya. Namun, perlakuan yang diberikan harus merespon terhadap iklim di wilayah tropis agar efisien dengan penggunaan material pendukung yang seminim mungkin. Efisiensi penggunaan material pendukung ini disesuaikan dengan prinsip bangunan tropis agar dapat mengurangi penggunaan energi yang berlebih.

ABSTRACT
The recent trend of using used containers in architecture in response to a large number of this waste in Indonesia's sea port. Nowadays, a number of establishments using used container where public can enjoy and able to do their activities are increasing. The steel base material absorbs heat from the sun quickly in Indonesia's tropical climate. Therefore, there are certain ways in applying this material in particular for people's comfort to live in. However, the applications of used containers have to consider the climate in tropical places, like in Indonesia, in order to reduce the use of other supporting materials for a structure. However, reducing the use of supporting materials should be in line with the concepts of structure in tropical climate."
2016
S63107
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Pustika Apsari
"

Skripsi ini bertujuan untuk memberikan tinjauan tentang bagaimana menggunakan bambu sebagai material ramah lingkungan, dalam rangka untuk mengidentifikasi penggunaannya sebagai elemen struktur pada arsitektur. Relevansi penggunaan bambu dalam bangunan arsitektur di daerah tropis dapat diidentifikasi dengan mengkaji sifat dari material tersebut. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini berasal dari ulasan literatur, dengan meneliti teori tentang bambu sebagai struktur, potensi bambu, dan definisi mengenai elemen struktural pada bangunan di daerah beriklim tropis, serta tinjauan studi kasus bangunan di daerah beriklim tropis. Beberapa aspek yang ditinjau, yaitu kemampuan material struktur menahan beban, ketahanan material bangunan, dan fleksibilitas material pada bangunan. Berdasarkan hasil tinjauan, didapatkan bahwa material bambu masih relevan ketika digunakan sebagai elemen struktural pada bangunan di iklim tropis. Bambu mampu digunakan sebagai struktur melengkung dan digunakan sebagai struktur kolom – balok. Kemudian, bambu dapat digunakan sebagai elemen yang membutuhkan fleksibilitas material pada bangunan, seperti pada struktur melengkung, panel precast, dan struktur funicular. Yang mana bambu mampu mengakomodasi kelengkungan pada struktur, dapat digunakan sebagai Bamboo Reinforced Concrete, serta dapat digunakan sebagai campuran beton atau Bamboo Fiber Reinforced Concrete (BFRC) agar lebih lentur dan tidak mudah retak. Dan untuk menjaga ketahanan bambu diperlukan proses pengawetan yang efektif, antara lain dengan metode Simple sap displacement technique atau Modified Boucherie technique, yang kemudian diberikan finishing touchwood coating. Selain dengan pengawetan, untuk menjaga ketahanan bambu, dapat dilakukan dengan pemilihan desain yang tepat, yaitu desain dengan overhang, konsep open plan, optimalisasi penghawaan dan pencahayaan alami, serta menggunakan pondasi batu kali dan pijakan beton pada kolom bambu.


This thesis aims to provide an overview of how to use bamboo as an environmentally friendly material in order to identify its use as a structural element of architecture. The relevance of bamboo used in architectural buildings in tropical areas can be identified by examining the properties of the material. The data collection method used in this thesis is derived from the review of the literature, by examining the theory of bamboo as the structure, potential of bamboo, and the definition of structural elements on buildings in tropical climates, as well as an overview of the case study of buildings in the tropical climate region. Some aspects are reviewed, namely the ability of structure material withstand the burden, durability of building materials, and material flexibility in buildings. Based on the results of the review, the bamboo material is still relevant when used as a structural element of buildings in tropical climates. Bamboo is able to be used as a curved structure and used as a column structure – beams. bamboo can be used as elements requiring material flexibility in buildings, such as the curved structure, precast panels, and the funicular structure. Moreover, bamboo is able to accommodate the curvature of the structure, can be used as a Bamboo Reinforced Concrete, and can be used as a mixture of concrete or Bamboo Fiber Reinforced Concrete (BFRC) to be more flexible and not easy to crack. And to keep the bamboo endurance is required effective preservation process, namely by the method Simple sap displacement technique or Modified Boucherie technique, which is then given the finishing touchwood coating. In addition, to maintain the durability of bamboo can be done with the right design selection, namely the design with an overhang, the concept of open plan, the optimization of the natural ventilation and lighting, and by using the foundation of the Riverstone and concrete footing in the bamboo column.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sangkertadi
Bandung : Alfabeta, 2013
363.739 4 SAN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Henry Pribadi
"Kondisi iklim tropis terutama curah hujan merupakan fenomena iklim yang sangat kompleks, yang dipengaruhi oleh faktor lokal, regional dan global. Penelitian ini mengkaji variabilitas curah hujan dan pergeseran musim di wilayah Banten sehubungan dengan adanya anomali suhu muka laut di Samudera Pasifik, Samudera Hindia dan perairan Indonesia. Variabilitas curah hujan dan pergeseran musim diolah dari data hujan harian dari 15 lokasi pos hujan selama periode tahun 1981-2010, sedangkan suhu muka laut diolah dari data hasil reanalisis JMA melalui analisis komparatif secara spasial dan temporal dengan tehnik overlay peta dan cross tab dihasilkan bahwa pada saat terjadi Elnino, DM+ dan INA- berakibat terhadap berkurangnya curah hujan di wilayah Banten yang mengindikasikan awal musim kemarau terjadi lebih cepat serta lebih panjang dibandingkan normalnya. Sedangkan sebaliknya kondisi Lanina, DM- dan INA+ berakibat terhadap bertambahnya curah hujan yang mengindikasian awal musim hujan terjadi lebih cepat serta lebih panjang dibandingkan normalnya.

The climate tropics system especially rainfall is very complexs climate systems, its affected by local, regional and global factors. This research analyzing of rainfall and seasonal shift variability related with sea surface temperature anomaly over Pasific and Hindian Ocean and also Indonesian sea. Rainfall and seasonal shift analyzed from daily rainfall data derived from 15 location in the years of 1981 to 2010, while sea surface temperature data analyzed from JMA reanalysis through comparative spatial analysis distribution and temporal using map overlay and cross tab tehniques. The results are generally, the impact of Elnino, Dipole Mode Positive and cold is decreasing rainfall in Banten Province. Its indicates dry season occurred earlier and longer than normal condition. While Lanina, Dipole Mode Negative and warm over Indonesian sea indicates to increasing rainfall and the rainy season earlier and longer than normal condition."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T30176
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Roro Sri Retno Gayatri Soetarto
"Penelitian ini membahas bagaimana karakteristik Art Deco yang diterapkan pada eksterior Gedung Bank Indonesia di Cirebon. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan karakteristik gaya Art Deco pada eksterior bangunan itu dan melihat penerapan gaya Art Deco di iklim tropis. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah menggabungkan studi pustaka dan mendatangi langsung lokasi Gedung Bank Indonesia Cirebon. Hasil penelitian ini memaparkan bahwa karakteristik Art Deco yang diterapkan pada eksterior bangunan Bank Indonesia Cirebon adalah sebuah unsur ornamen dekoratif serta terdapat beberapa penyesuaian pada penggunaan warna fasade dan bentuk bangunan bergaya Art Deco ini dengan iklim tropis kota Cirebon.

This research discussed the Art Deco characteristic that was applied in the exterior of the Cirebon branch of Bank Indonesia building. The purpose of this research is to describe Art Deco style on that building and to observe the application of Art Deco style in the tropical climate. The method used in this research is by combining these literature reviews and doing a site visit to the Cirebon branch of Bank Indonesia building. The result of this research shows that the Art Deco characteristic that was applied in the exterior of Cirebon branch of Bank Indonesia building is an instance of a decorative ornament with some adaptation in the use of facade color and building shape to match the tropical climate of Cirebon."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Julius Michael
"

Pembangunan bangunan tinggi di Indonesia seiring urbanisasi yang semakin meningkat di kawasan perkotaan khususnya gedung perkantoran diatas 100meter tercatat sebesar 48% dan paling banyak dibandingkan fungsi bangunan lainnya, sehingga berdampak pada berkurangnya lahan untuk ruang terbuka hijau. Skycourt sebagai salah satu ruang terbuka hijau alternatif pada bangunan tinggi memiliki peran terhadap kenyamanan dan kesehatan pengguna bangunan khususnya aspek termal dan pencahayaan alami. Skycourt di wilayah iklim Tropis pada umumnya memiliki karakter ruang semi-terbuka, sehingga kondisi termal di skycourt dipengaruhi oleh perubahan iklim perkotaan yang signifikan atau dikenal dengan fenomena Urban Heat Island. Di sisi lain, skycourt sebagai peneduh eksternal fasad bangunan akan membuat distribusi pencahayaan alami semakin berkurang dan tidak merata di ruang dalam bangunan. Studi ini mengeksplorasi konfigurasi ruang skycourt yang diaplikasikan pada tiga tipologi skycourt, yaitu: Central, Corner, dan Sided yang berkaitan dengan kinerja termal dan pencahayaan alami. Ketiga tipologi tersebut merepresentasikan tipologi ruang skycourt yang secara umum digunakan pada bangunan tinggi di Indonesia. Menggunakan simulasi software CFD untuk kinerja termal dan DIALux untuk pencahayaan alami, studi ini bertujuan : (1) menemukan konfigurasi ruang skycourt yang paling efektif tehadap kinerja termal di skycourt pada masing-masing bangunan tinggi dengan tiga tipologi skycourt yang berbeda; (2) menemukan konfigurasi ruang skycourt yang paling efektif tehadap kinerja pencahayaan alami di ruang dalam bangunan yang bersebelahan dengan skycourt pada masing-masing bangunan tinggi dengan tiga tipologi skycourt yang berbeda; Studi ini menghasilkan panduan dasar mengenai konfigurasi ruang skycourt yang efektif pada bentuk skycourt bangunan tinggi yang berbeda-beda.


The construction of high-rise buildings in Indonesia along with increasing urbanization in urban areas, especially office buildings above a height of 100 meters, accounted for 48% and most compared to other building functions, resulting in reduced land for green open space. Skycourt, as one of green open space in high-rise buildings, has a role in the comfort and health of building users, especially the aspects of thermal and daylighting. Skycourt in the Tropical climate region generally has a character of semi-open space, which makes the thermal conditions in skycourt affected by significant urban climate changes or known as the Urban Heat Island phenomenon. On the other hand, skycourt as an external shading facade will make the distribution and uniformity of daylight less in space adjacent to the skycourt. This study explores the configuration of the skycourt space applied in the three skycourt typologies, namely: Central, Corner, and Sided, which are related to the thermal comfort and daylighting. These three typologies represent the typology of the skycourt that generally used in high-rise buildings in Indonesia. Using CFD software simulations for thermal performance and DIALux for daylighting, this study aims : (1) Find the most effective skycourt configuration for the thermal performance on skycourt in each high-rise building with three different skycourt typologies; (2) Find the most effective skycourt configuration for the daylighting performance of adjacent’s indoor to the skycourt in each high-rise building with three different typologies of skycourt. As a result, the basic guidelines for an effective configuration skycourt room are based on thermal comfort and daylighting in a different typology of skycourt in high-rise office buildings. 

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Agung Ayu Desy Wulandari
"Sistem pendingin dengan tenaga surya adalah teknologi dengan peluang yang besar dalam upaya mengurangi biaya terutama pada pemakaian listrik, dampak terhadap lingkungan, dan emisi gas rumah kaca, salah satunya adalah teknologi absorption chiller dengan bantuan energi surya untuk mendukung kerja pada komponen generator. Pada penelitian ini, simulasi termodinamika dilakukan sebagai tahapan awal desain sistem single-effect ammonia-water absorption chiller yang dimodelkan menggunakan media pendingin udara lingkungan (air-cooled) dan sumber panas berasal dari sistem kolektor termal surya, disesuaikan dengan aplikasi rumah tangga (residential) berkapasitas pendinginan rendah di negara beriklim tropis Indonesia. Kinerja sistem berupa nilai COP yang diperoleh dari simulasi sistem berdasarkan parameter input yang telah disesuaikan dengan batasan permasalahan penelitian adalah sebesar 0.554. Karakterisasi yang dilakukan terhadap dua parameter input pada sistem menunjukkan bahwa kenaikan temperatur kondensasi meningkatkan temperatur outlet generator, namun menurunkan nilai COP sistem. Hal ini bertentangan dengan pengaruh temperatur evaporasi yang menurunkan temperatur outlet generator, namun COP sistem menjadi meningkat. Sedangkan peningkatan kadar air pada solution menurunkan COP sistem. Jumlah solar collector dengan tipe ETC yang diperlukan untuk sistem single-effect ammonia-water absorption chiller adalah sebanyak lima buah kolektor dengan rangkaian seri, dan dengan kapasitas rata-rata masing-masing kolektor sebesar 1,52 kW.

Solar-powered cooling system is a technology with great opportunities to reduce operation costs, especially on electricity consumption, impact on the environment, and greenhouse gas emissions, one of which is by the use of absorption chiller technology with the help of solar energy to support the work of generator components. In this study, the thermodynamic simulation was carried out as an early stage in designing a single-effect ammonia-water absorption chiller system which is modeled using air-cooled system and the heat source comes from solar thermal collector system, adapted for residential applications with low cooling capacity in the tropical country of Indonesia. System performance in the form of COP value obtained from the system simulation based on input parameters that have been adjusted to the limits of the research problem is 0.554. System characterization was carried out on the two input parameters in the system shows that the increase in condensation temperature increases the generator outlet temperature but decreases the COP value of the system. This is contradicting to the effect of the evaporation temperature which decreases the generator outlet temperature, but the COP system increases. Meanwhile, increasing the water content of the solution decreases the COP of the system. The number of solar collectors with ETC type required for the single-effect ammonia-water absorption chiller system is five collectors in series arrangement, with an average collector capacity of 1.52 kW."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Agung Ayu Desy Wulandari
"Teknologi air conditioning terutama untuk tujuan pendinginan kini lebih mengarah kepada penggunaan teknologi pendingin konvensional dengan dukungan sumber energi dari alam. Salah satunya adalah teknologi absorption chiller dengan bantuan energi surya untuk mendukung kerja komponen generator. Akan tetapi, kebanyakan sistem absorption chiller masih menggunakan media pendingin cooling water dari sistem menara pendingin yang membutuhkan area instalasi yang luas dan berbagai alat pendukung. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menggantikan penggunaan menara pendingin dengan pendinginan menggunakan udara lingkungan (air-cooled). Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan, masih belum ada studi sebelumnya yang membahas sistem absorption chiller dengan larutan ammonia-water di Indonesia sebagai wilayah tropis yang memanfaatkan energi surya sebagai sumber panas pada generator, dan temperatur udara sebagai media pendingin di condenser dan absorber, maka pada penelitian ini dilakukan pemodelan, desain, serta analisis terkait kinerja dari sistem ini sesuai dengan kondisi iklim tropis di Indonesia. Metode yang dilakukan untuk penelitian ini meliputi pendalaman pemahaman konsep terkait desain termodinamika, perancangan dan perakitan komponen, dan simulasi lanjutan (dinamik dan transien) terhadap sistem. Penelitian ini memodelkan sistem absorption chiller dengan input temperatur kondensasi 38°C dan evaporasi 6°C untuk mencapai COP optimum sebesar 0,313 dan temperatur outlet generator 84,4°C. Simulasi menunjukkan bahwa konfigurasi ABS-WH1 memberikan kinerja energi dan eksergi yang lebih baik dibandingkan ABS-WH2 dalam aplikasi pendinginan dan pemanas air. Alat penukar kalor yang ideal adalah tipe finned tube untuk kondensor dan absorber, serta shell and tube untuk evaporator dan generator. Integrasi energi surya dan pemanas listrik dalam mengatasi fluktuasi radiasi matahari, dengan performa sistem yang berfluktuasi sesuai perubahan temperatur air panas dalam tangki penyimpanan.

Air conditioning technology, primarily for cooling purposes, is now leaning towards the use of conventional cooling technologies supported by energy sources from nature. One of these is the absorption chiller technology, assisted by solar energy to support the operation of the generator components. However, most absorption chiller systems still use cooling water from cooling tower systems, which require a large installation area and various supporting equipment. One of the efforts that can be made is to replace the use of cooling towers with cooling using ambient air (air-cooled). Based on the literature review conducted, there has yet to be any previous studies discussing absorption chiller systems with ammonia-water solution in Indonesia as a tropical region utilizing solar energy as a heat source for the generator, and air temperature as the cooling medium in the condenser and absorber. Therefore, this research involves modeling, designing, and analyzing the performance of this system according to the tropical climate conditions in Indonesia. The methods used in this research include deepening the understanding of the concepts related to thermodynamic design, component design and assembly, and advanced simulation (dynamic and transient) of the system. This research models an absorption chiller system with a condensation temperature input of 38°C and evaporation of 6°C to achieve an optimum COP of 0.313 and a generator outlet temperature of 84.4°C. The simulation shows that the ABS-WH1 configuration provides better energy and exergy performance compared to ABS-WH2 in cooling and water heating applications. The ideal heat exchanger is a finned tube type for the condenser and absorber, and shell and tube for the evaporator and generator. The integration of solar energy and electric heating addresses fluctuations in solar radiation, with the system's performance fluctuating according to changes in the hot water temperature in the storage tank."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Halida Ibrahim
"Peninjauan ini bertujuan untuk mempelajari faktor optik pada kaca pada laminasi yakni nilai-U, nilai SHGC, serta penambahan lapisan kaca pada kaca laminasi terhadap perubahan suhu dalam bangunan. Metode yang dilakukan adalah pengkajian literatur yang kemudian dijadikan landasan untuk melakukan observasi pada Bangunan FISIP yang terletak di Depok, sebagai salah satu contoh kasus bangunan yang terletak pada daerah beriklim tropis. Kemudian dilakukan simulasi untuk melihat perubahaan suhu ruangan dengan menggunakan jenis kaca laminasi dengan nilai optik yang berbeda. Dari hasil simulasi, ditemukan bahwa penggunaan teknologi tunggal pada kaca laminasi bening mampu menghasilkan suhu ruangan dengan rentang 30.2oC - 31.4 oC, sedangkan pada jenis kaca laminasi berwarna menghasilkan suhu dengan rentang 29 oC -30.2 oC. Pada penggunaan teknologi ganda terjadi penurunan suhu yang tinggi, dimana suhu tersebut berada pada rentang 27,1 oC - 28,5 oC. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan teknologi ganda mampu menciptakan performa termal yang baik pada bangunan. Tetapi, dari hasil pertimbangan biaya yang akan dikeluarkan, penggunaan teknologi ganda tidak boleh digunakan pada seluruh bidang pada bangunan tinggi di iklim tropis
The aim of this article was to observe and analyze factors that may affected optic glass including U-value, SHGC value, and additional layer application of laminated glass (double glazing technology) in building temperature changes. This article represents a synthesis of an extensive literature review then became a baseline to observe FISIP buildings, located in Depok, as one of the buildings sample for tropical climates. In addition, we also did the stimulation test to observe alteration in room temperature by using 2 types of laminated glasses with different optical values. We found that single glazing technology application on clear laminated glass adjusted room temperature from 30.2oC to 31.4 oC. Whereas single color laminated glass application, set the room temperature ranges between 29 oC to 30.2 oC. Interestingly, the application of double glazing reduced the indoor temperature between 27.1 oC to 28.5 oC. These results showed that the significance of thermal performance of buildings can be accomplished by application of double glazing technology. Nevertheless, double glazing technology were not suggested to apply in all of edge of tropical building design due to the high cost issues."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>