Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adi Hermawan
"Mild Steel banyak digunakan dalam industri, konstruksi, kimia dan lain sebagainya.Karena alasan ketahanan korosi E308 dapat digunakan sebagai lapisan pada mild steel. Untuk mengetahui sifat pelapisan yang baik antara E308 dan Mild Steel dilakukan beberapa variabel pelapisan dengan metode GTA W, menggunakan gas argon sebagai pelindung.
Variabel pengelasan yang dilakukan antara lain adalah jumlah lapisan, kuat arus (90, 95, 100 Ampere) dan kecepatan las (1,2,3 mm/det). Setelah itu dilakukan serangkaan pengujian meliputi; pengujian struktur makro, pengujian komposisi kimia, dan kekerasan. Adanya dilusi antara logam lnduk dan logam pengisi, Serta jumlah masukan panas pada saat pengelasan sangat mempengaruhi hasil pelapisan.
Struktur makro hasil pelapisan terbentuk dua kelompok geometri logam lasan, geometri logam yang memiliki penetrasi yang dalam tapi menyempit dan geometri lasan yang memiliki penetrasi yang dangkal tapi lebar hasil pelapisannya.
Semakin besar Arus, semakin lebar hasil lasan.Semakin tinggi kecepatan las, semakin menyempit hasil lasan. Proses pelapisan dapat terbentuk dengan memberikan masukan panas yang lebih rendah yaitu arus terkecil, kecepatan terbesar dibanding dengan masukan panas yang diperlukan untuk proses pengelasan yaitu arus terbesar kecepatan terkecil."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyadi
"Fatik inerupakan salah saiu fakmr icegagalan akibar reiak (crack) yang rimbul dari adanya silclus iegangan pada maierial terienlu. Kegagalan ini selalu diawali pada permukaannya dan ie/jadi lceiika regangannya beraafa di bawah legangan lululi material iersebur. Falik memegang peranan penling dalam apiikasi perancangan indusiri terulama pada komponen-komponen yang sering rnenerima pembebanan lzverzilang Ulucfuaiing l0aaD, sehingga material dapat mengalami lrerusalcan.
Kompanen Low Pressure Turbine Cooling i\/lanifold General Eleciric Aircraj? Engine CF6-50C dalam pesawal McDonnel Douglas DCI 0-30 yang ierbuat dari material baja rahan karat AISI 347 sering mengalami crack yang berawal di daerah lasan saat operasi berlangsung Berdasarkan referensi di lapangan, prosedur repair unlulc penanggulangan crack pada lcomponen iersebut adalah non deslruclive ies: spar FP] (Fluaresceni Peneirani lnslaectionj dan welliing. Akibatnya malriks austeni! tilialc culcup kuat untulc mendukung lzasil lasan sehingga kelangguhan sambungan lasan berlcurang lcetika lingkungan mengalami sikl us geraran dan ier/nal.
Perlalcuan panas-stress relieving dan perlakaan panas stress relieving plus sho! peening ililakukan lerhadap material baja tahan karat AISI 347 laasil las GTAW zinruk melilial pengarulmya Ierhaclap urnur fatik. Pada penelilian ini pengujian faiilc clengan metode bending dilakukan pada dua buah sample uniulc musing-masing perlakaan rerseb ui. Unruk mempercepai iijormasi da/a nmurjarik yang clilzasilkan aicibar perlakuan yang cliberikan, malca digunakan pernbebanan 90% dari lcelcuatan luluh material.
Hasil penelilian menunjiilfkan balrwa pada kondisi perlakuan panas-stress relieving dan perlaka/an panas stress relieving plus sho! peening ma/erial baja ialian karat AISI 347 memiliki lcecenclerungan zimur fafik yang lebilz cepal clibanflingkan malerial yang lzanya mengalaini proses pengelasan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41558
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhardiyanto
"Farilr adalah Salah safn kegaga/an malarial yang disebabkan oleh bcban bernlang (dinamis). Kcgagalan faiik yang .sering mnncul selama pengoperasian par! pesawar (Thbe & Brackei dari Manybld Cooling Air Drrbine Case ofPrari & Wlwirney Engine Type J T9D - 7Q nnruk pesawal Boeing B74 7 - 200) ada/ah pada daerah lavan. Pengelasan yang digunakan nnlnk perbaikan, dapai menyebabkan pernbahan mi/frostruklur dan sU`al - sifa! mekanis pari, seria rneryadi renian lerhadap iegangan sisa. Dengan menerapkan melode perlalcuan panas annealing dan sho! peening pada hasil pengelasan diharapkan umurfatil: par! yang menggunakan bajh lahan kara! AISI 34 7 dapar dilingkafkan.
Penelilian ini mengunakan maierial :gi plale dengan kerebalan 1,8 mm sebanyal: 2 buah nnink masing - masing perlaknan Peilaknan pertama hasi/pengelasan, lredna periakuan panas annealing hasil pengelasan, dan keliga perlalcnan panas annealing dan sho! peening hasil pengelasan, Pengelasan yang dilalcnkan unrnk semua perlakr.-an menggnnalcan merode GTAW (Gas Ynngsren Arc Welding) dengan arns 83 anrpere. Untnk perlalman kedna dan keiiga, material :ni dipanaslcan sampai Iemperatnr annealing 1050 OC diiahan selama 3 rneni! 30 deiilc kemndian didingin/can di dalam dapnr sampai lemperalnr /camar. Perlaknan ketiga selarnntnya dilalmkan proses sho! peening _nada permukaan material :ji dengan inlensiias 2 siklus per 60 delill. P?Hg?Ul0l1fGlfklflll(lk semna perlalman menggnnakan mode pembebanan bending dengan legangan sebesar 90% dari iegangan luluh logam indn/r. Dafa falik yang diambil adalah jnmlah sililns, fora makro dan mikro perpafahan.
Hasil penelitian mernngukkan bahwa perlalcnan panas annealing hasil pengelasan (perialman kedua) memberilfan siklus yang Iebih banyak. Sedangkan perlaknan panas annealing dan shot peening hasil pengelasan (perlalaian lceliga) dihasilkan siklns yang lebih rendah. Dari fenomena lersebn! dapa! disimpnlkan bahwa peningkaran umur funk terhadap baja iahan kara! AISI 347 yang lelah mengalami pengelasan lerjadi pada perlalman kedua."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Askar Triwiyanto
"ABSTRAK
Selama pengelasan terjadi siklus termal yang dapat mengakibatkan terjadinya deformasi plastis yang tidak seragam, sementara pada perlakuan panasnya deformasi ini menjadi tegangan sisa yang disebabkan oleh gradien temperatur dan peruhahan fasa atau kombinasi keduanya selama pendinginan. Tegangan sisa (residual stress) ini ditimbulkan pada material yang mengalami pengelasan yang penyehab utamanya adanya konlraksi dari logam cair yang membeku. Tegangan sisa pada daerah lasan ini memberikan dampak utama, yaitu menghasilkan distarsi bemuk atau dimensi dan menyebabkan kegagalan prematur dari daerah lasan.
Untuk menghiddari kemungkinan tersebut dari produk pengelasannya maka dilakukan perlakuan panas pasca las, dalam hal ini pembeban tegangan (stress relieving) dengan pemanasan seragam pada struktur atau komponen pada temperatur yang sesuai dibawah temperatur rekristalisasinya, alu ditahan pada waktu lerrenru yang diikuti pendinginan juga seragam untuk mencegah munculnya disrorsi baru atau tegangan sisa yang baru.
Penelitian ini dilakukan pada komponen Turbine Exhaust Case pesawat bermesin jet Pratt&Whitney JT9D-7Q dengan material baja tahan karat Metrrensitik jenis Greek Ascoloy S41800 sebagai material uji dengan ketebalan 1,9 mm sebanyak 2 buah pada masing-masing perlakuan. Perlakuannya yairu, logam untuk lampu perlakuan, hasil pengelasan dan ketiga hasil pengelasan dan stress relieving. Pengelasan yang dilakukan menggunakan metode GTA (Gas Tungsren Arc Welding dengan arus 120-140 ampere. Perlakuan berikutnya, material hasil las dipanaskan hingga temperatur 570 ℃ yang ditahan selama 2 jam dan diikuti pedinginan perlahan hingga temperature kamar. Pengujian kekerasan dilakukan untuk melihat pengaruh perlakuan panas terhadap kekrasan material, karena tujuan utama stress reliaving ini adalah meningkatkan keuletan dan ketangguhan dengan mereduksi kekerasannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai kekerasan logam las HAZ (daerah terpengaruh panas) hasil las tanpa perlakuan panas memiliki nilai kekersan tertinggi dan getas karena material memiliki strukturmikro martensitik. Dari fenomena ini disimpulkan hasil perlakuan panas pasca las memiliki kekerasan logam las dan HAZ yang lebih rendah dan sifat mekanik lebih baik dimana perbedaan kekersan dengan logam induknya tereduksi dan kegetasan berkurang.

"
2001
S41490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Yarlis Saputra
"ABSTRAK
GTAW adalah proses penggabungan material yang banyak digunakan dalam
banyak aplikasi industri termasuk aplikasi pada PLTN. Dalam proses pengelasan,
temperatur yang diberikan kepada suatu logam menyebabkan distribusi suhu yang
tidak seragam yang nantinya akan menyebabkan tegangan sisa dan distorsi,
khususnya pada material plat baja SUS 304 dan SS 400.. Dalam rangka untuk
mengendalikan penyimpangan dan meningkatkan kualitas plat yang dilas, Finite
element Methode dapat digunakan sebagai metode praktis dan biaya rendah
dengan efisiensi tinggi. Dalam studi ini, termo-mekanis dimodelkan ke dalam
ANSYS, perangkat lunak untuk mensimulasikan perilaku pengelasan antara dua
logam yang berbeda, SUS 304 dan SS 400. Untuk memvalidasi prediksi, hasil dari
permodelan ini dibandingkan dengan tegangan sisa yang diukur dengan teknik
difraksi neutron dan hasil yang didapat cukup memberikan hasil yang dapat
diterima.

ABSTRACT
GTAW is a process of combining materials are widely used in many industrial
applications including applications in nuclear power plants. In the process of
welding, heat input is given to a metal causes non-uniform temperature
distribution that would cause the residual stress and distortion, especially on the
material steel plate SUS 304 and SS 400. In order to control deviation and
improve the quality of the welded plate, Finite element Method can be used as a
method of practical and low cost with high efficiency. In this study, thermomechanical
modeled into the ANSYS software to simulate the behavior of the
welding between two different metals, SUS 304 and SS 400. To validate the
prediction, the results from modeling are compared with the residual stresses
measured by neutron diffraction technique and the results can be sufficient to
provide acceptable results.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42379
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nabil Fairuza Zahran
"Pembangunan infrastruktur di Indonesia membutuhkan banyak penyambungan material dengan berbagai metode pengelasan yang efektif. Teknologi ini dikembangkan untuk dapat melakukan pengelasan logam berbeda jenis atau umum disebut Dissimilar Metal Welding (DMW), seperti baja karbon dengan baja tahan karat. Proses ini dapat dilakukan menggunakan metode pengelasan Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) dengan kontrol masukan panas yang efisien. Penyambungan A36 dengan SS316L menggunakan logam pengisi ER309L menjadi opsi yang dapat dilakukan untuk membentuk material unggul yang benefisial dan aplikatif. Hasil pengelasan DMW akan mempengaruhi sifat mekanik yang dihasilkan dengan memperhatikan dilusi dan sudut kampuh sebagai faktor yang mempengaruhinya, seperti V Groove 75 ̊, V Groove 60 ̊, dan Single Bevel Groove 30 ̊. Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan bahwa semakin besar sudut kampuh akan menghasilkan persentase dilusi yang semakin rendah dengan pembentukan kandungan delta ferit yang semakin besar.

Infrastructure development in Indonesia requires a lot of material joining with various effective welding methods. This technology was developed to be able to weld different types of metals or commonly called Dissimilar Metal Welding (DMW), such as carbon steel with stainless steel. This process can be performed using Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) method with efficient heat input control. Joining A36 with SS316L using ER309L filler metal is an option that can be done to form superior materials that are beneficial and applicable. DMW welding results will affect the mechanical properties produced by considering dilution and the angle of the seam as influencing factors, such as V Groove 75 ̊, V Groove 60 ̊, and Single Bevel Groove 30 ̊. Based on the test results, it is found that the larger the angle of the groove will result in a lower percentage of dilution with the formation of a larger delta ferrite content. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarmizi
"Tesis ini membahas hasil penelitian tentang pengaruh arus dan gas pelindung baik pada torch, backing gas dan trailing gas pada pengelasan paduan titanium (Ti-6Al-4V) dengan proses gas tungsten arc welding. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan hasil lasan yang optimum dengan variasi arus mulai dari 70, 80, 90, 100, 110 dan 120 amper, voltase 13 volt, kecepatan pengelasan 4,5 in/menit dan aliran gas pelindung pada backing gas 5 l/menit, trailing gas 15 l/menit dan torch gas 15 l/menit.
Dari hasil pengujian visual, komposisi kimia, x-ray, sifat mekanik, metalografi dan kandungan hidrogen pada hasil lasan maka didapatkan bahwa pada arus 90 amper kandungan hidrogen pada daerah logam las 60,96 ppm dan pada daerah terpengaruh panas 76,72 ppm ini lebih rendah dibandingkan dengan arus 80 Amper (pada logam las 65,74 ppm dan pada daerah pengaruh panas 95,03 ppm), tetapi kekuatan tarik dengan arus 90 Amper (92,7 kgf/mm²) lebih rendah dibandingkan dengan arus 80 Amper (103,3 kgf/mm²). Kawat las atau logam pengisi sudah sesuai dengan logam induk hal ini ditunjukkan dengan harga kekerasan yang sama pada logam las dan logam induk yaitu 371 Hv. Backing gas dan trailing gas dapat berfungsi dengan baik melindungi daerah lasan hal ini ditunjukkan oleh rendahnya kandungan hidrogen pada logam las dan daerah terpengaruh panas dibandingkan dengan logam induk (80,18 ppm), sehingga terbentuknya presifitat hidrid dan hidrogen embrittlement pada logam las dapat dihindari.

The research is focused on the effects of current and shielding gas on torch, backing gas and trailing gas of Titanium Alloy (Ti-6Al-4V) using gas tungsten arc welding (GTAW) process. Weld current varies from 70, 80, 90, 100, 110 and 120 Amperes, and need parameters are kept constant such as voltage of 13 Volt, welding speed 4.5 in/minute and flow rate of shielding backing gas was 5 liters/minute, trailing gas and torch gas were 15 liters/minute. Respectively visual, X-ray radiograph, mechanical properties testing and metallographic, chemical composition as well as hydrogen content analysis were performed.
The results show that at the condition of 90 amperes the hydrogen content was 60.96 ppm on the weld and 76.72 ppm on the heat affected zone with tensile strength was 92.7 kgf/mm². This tensile -strength value is lower than that results from 80 Amperes (103,3 kgf/mm²) although the hydrogen content is a bit higher that is 65.74 ppm on weld and 95.03 ppm on heat affected zone. All those hydrogen contents are below the critical value (>100 ppm for formation hydride precipitate and > 240 ppm occur hydrogen embrittlement) which may show that both welding conditions are appropriate welding parameters to avoid hydrogen embrittlement. The filler metal used in this investigation is suitable for Ti-6A1-4V which have identical hardness value weldment of 371 HV.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RR Reni Indraswari
"Baja tahan karat jenis austenitik tipe 316L banyak digunakan di berbagai industri. Untuk menyambungkan antar pipa dilakukan pengelasan, akan tetapi dalam penggunaannya sering terjadi korosi pada sambungan lasnya. Pada penelitian ini dilakukan pengelasan pada logam SS 316L dengan ukuran 150 mm x 300 mm, tebal 1,5 mm dan 3 mm. Metoda pengelasan yang dilakukan adalah SMAW and GTAW dengan variasi jenis filler (ER316L dan TGX-R316LT1-5) dan penggunaan gas back purging/shielding argon. Gas pelindung yang digunakan untuk metoda GTAW adalah argon murni.
Setelah proses pengelasan, akan dilakukan beberapa pengujian seperti pengujian kekerasan, metallografi untuk melihat struktur mikro serta pengujian ketahanan pitting. Pengujian dilakukan dengan membedakan spesimen yang dipreparasi dan yang tidak dipreparasi sebelum dilakukan pengujian dengan mencelupkan ke dalam larutan ferric cholride.
Hasil dari penelitian ini yaitu data pengujian kekerasan yang menunjukkan bahwa daerah Weld Metal memiliki kekerasan yang paling tinggi dari daerah lainnya dan dari pengamatan struktur mikro ditemukan adanya presipitasi karbida. Pada pengelasan baja tahan karat jenis ini juga ditemukan adanya oksida-oksida permukaan karena temperatur tinggi dan fenomena sensitisasi yang tidak lepas mempengaruhi ketahanan korosi, khususnya korosi pitting.

Austenitic Stainless Steel type 316L is mostly used in various industries. Usually, joining between the pipes by welding. Although on the use often happened corrosion failure on the weld joint.
This research use SS316L materials with size 150 mm x 300 mm, thickness 1,5 mm dan 3 mm. Methods welding are SMAW and GTAW with variation in filler metals (ER316L and TGX-R316LT1-5) and using gas back purging/shielding. Than, will be researched by hardness test and metallography test to know microstructure and pitting resistance test. Tests carried out by distinguishing specimens that are not prepared and prepared prior to testing by dipping into a solution of ferric chloride.
The result of this analysis, hardness test which show that Weld Metal zone is the hardest from the other. From the microsturcture analize show carbide precipitation. In welding stainless steel types are also found the existence of surface oxides due to high temperature and sensitization phenomena that can?t be separated affecting corrosion resistance, particularly pitting corrosion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27966
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Pradipta Wijayamurti
"Dissimilar metal adalah gabungan dari dua jenis logam berbeda yang dapat diperoleh dengan menggunakan proses pengelasan. Pada penelitian ini, pengelasan dilakukan dengan metode GTAW. Dalam proses pengelasan, panas yang diberikan pada logam menyebabkan distribusi suhu yang tidak seragam yang nantinya akan menyebabkan terjadinya tegangan sisa dan distorsi. Distribusi tegangan sisa hasil pengelasan dari SUS304 dan baja karbon SS400 mengalami perbedaan yang signifikan karena adanya perbedaan koefisien ekspansi termal dan konduktifitas termal antara kedua logam induk. Ada tiga buah pelat dengan ketebalan berbeda yang digunakan, yaitu 8 mm, 10 mm, dan 12 mm. Besarnya nilai tegangan sisa diukur menggunakan instrument difraksi neutron, dan besarnya nilai distorsi angular diukur menggunakan dial gauge. Dari hasil penelitian, didapatkan nilai distorsi angular sebesar 1,07o untuk pelat 8 mm, 2,14o untuk pelat 10 mm, dan 3,21o untuk pelat 12 mm. Nilai tegangan sisa untuk pelat 12 mm yaitu -15,650 MPa pada arah transversal, -2,716 MPa pada arah normal, dan -16,462 MPa pada arah axial, dan besar tegangan sisa untuk pelat 10 mm, dan 8 mm berturut - turut sebagai berikut, -46,146 MPa dan -63,658 MPa untuk arah transversal, -94,302 MPa dan -99,718 MPa untuk arah normal, dan -28,162 MPa dan -99,118 MPa untuk arah axial.

Dissimilar metal is a combination of two different types of metals that can be obtained by using welding process. This research uses Gas Tungsten Arc Welding method. Heat input in the process of welding on the metal causes non-uniform temperature distribution that would lead to the occurrence of residual stress and distortion. Distribution of welding residual stress of SUS304 and SS400 carbon steel having a significant difference due to different coefficients of thermal expansion and thermal conductivity between the base metal. There are three plates with different thicknesses are used, namely 8 mm, 10 mm and 12 mm. From the results of the research, obtained the value of the angular distortion of 1.07° to plate 8 mm, 2.14° for plate 10 mm, and 3.21° for 12 mm plate. Residual stress values for plates of 12 mm is -15.650 Mpa in the transverse direction, -2.716Mpa in the normal direction, and -16.462 Mpa in the axial direction, and the value of residual stress for 10 mm, and 8 mm plates respectively as follows, -46.146 Mpa and -63.658 Mpa for the transverse direction, and -94.302 Mpa and -99.718 Mpa for the normal direction, and -28.162 MPa and -99.118Mpa for the axial direction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1751
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Fisca Sunandar
"Jenis baja tahan karat austenitik 316L banyak dipergunakan dalam dunia industri modern baik dalam gas dan perminyakan maupun dalam manufaktur. Hal ini dikarenakan baja tahan karat 316L yang memiliki sifat ketahanan korosi dan sifat mekanis yang baik. Selain itu, baja tahan karat 316L juga lebih banyak diminati mengingat harganya yang jauh lebih murah dibandingkan baja tahan karat duplek atau hiper duplek. Selain beberapa sifat di atas, baja tahan karat juga memiliki suatu sifat mampu las (weldability) yang baik, karena tidak dapat dipungkiri bahwa pengelasan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses manufaktur maupun dalam perbaikan perbaikan peralatan yang rusak.
Pada penelitian ini digunakan dua metode pengelasan yang berbeda yaitu GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) dan SMAW (Shielded Metal Arc Welding), sehingga didapatkan suatu karakteristik antara pengelasan GTAW dan SMAW yang dapat digunakan untuk perbandingan kualitas hasil pengelasan. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain, pengujian radiografi, metalografi, penentuan ferrite number (FN), dan pengujian kekerasan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa lasan hasil GTAW memiliki kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan SMAW, dan kekerasan tertinggi terdapat pada daerah logam lasan pada setiap jenis pengelasan. Hasil penentuan FN menunjukkan bahwa logam lasan hasil GTAW memiliki jumlah fasa ferit yang lebih banyak dengan kadar rata-rata di atas 5% dibandingkan dengan logam lasan hasil SMAW dengan kadar rata-rata 3,2% - 3,3%.

Austenitic stainless steel 316L is widely used in modern industries such as manufacture and oil and gas due to its both good corrosion resistance and good mechanical properties. Its also due to its price which is cheaper than duplex or hyperduplex stainless steels. Stainless steels also have good weldability since welding always takes an important role in manufacturing for services or maintenance aplications.
Two different methods of welding were used to weld austenitic stainless steel 316L in this research that are GTAW and SMAW for comparisson purpose. Experimental methods used are radiography, metalography, ferrite number determination and hardness test.
The result shows that weldment produced by GTAW has higher hardness than those SMAW one. Its acknowledge that for all methods of welding the hardest region is in weld metal. The weld metal ferrite number (FN) produced by GTAW has ferrite content with average above 5% of ferrite whereas the one produced by SMAW has 3,2% - 3,3% ferrite.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42195
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>