Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endang Soelastri Soedito
"Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memiliki cara khususdalam pertumbuhannya dewasa ini. Perpustakaan FKUI terdiri dari Perpustakaan Pusat dan 32 Perpustakaan bagian. Jumlah tersebut tidak hanya menunjukkan jumlah yang besar, tetapi juga menggambarkan kesulitan yang di kandung di dalamnya. Kesulitan tersebut tidak terlepas dari tradisi dan sejarah pertumbuhan bagian-bagian dalam lingkungan FKUI. Perpustakaan bagian tumbuh lebih awal dari Perpustakaan Pusatsebagai ussaha untuk memnuhi kebutuhan masing-masing bagian. FKUI berkembang dari lembaga pendidikan tenaga para medis yang dimulai pad tahun 1851. Tujuan pendidikan adalah untuk mendapatkan tenaga mantra cacar. Pada tahun 1875 diadakan perubahan dengan tujuan untuk mendapatkan tenaga dokter Jawa. Tahun 1902 lulusan sekolah ini diberi nama Inlands art dengan lama pendidikan 7 tahun. Nama sekolah diubah menjadi School tot Opleiding Van Indische Artsen atau STOVIA. Sekolah ini menerima warga Tionghoa dan Belanda sebagai siswanya juga. Lulusan sekolah ini dianggap sama dengan lulusan Fakultas Kedokteran di Negeri Belanda. Pada jaman pendudukan Jepang Ikai Daigaku didirikan sebagai ganti dari Geneeskundige Hogeschool dan NIAS di Surabaya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1974
S15225
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Difa Jazana Aqila
"Banyak mahasiswa kedokteran yang memiliki tingkat aktivitas fisik dalam kategori
ringan. Kurangnya waktu, malas, dan kelelahan karena kegiatan akademik diidentifikasi
sebagai faktor penghambat bagi mahasiswa kedokteran yang tidak berolahraga.
Sementara itu, sebagian besar mahasiswa kedokteran juga memiliki harga diri (selfesteem) yang rendah. Berbagai tekanan dalam bentuk beban akademik, keuangan, dan
tekanan sosial dapat memengaruhi tingkat harga diri (self-esteem) mahasiswa kedokteran.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat
harga diri (self-esteem) pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik cross-sectional menggunakan
data primer dari survei kuesioner daring yang disebarkan kepada mahasiswa preklinik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada bulan Oktober 2023. Data tingkat
aktivitas fisik diperoleh dari pengisian International Physical Activity Questionnaire
Short Form (IPAQ-SF) dan data tingkat harga diri (self-esteem) diperoleh dari pengisian
Rosenberg Self Esteem Scale (RSES). Data dianalisis menggunakan SPSS, khususnya
dengan menggunakan uji Chi square.
Hasil
Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 62,6% subjek memiliki tingkat aktivitas fisik
sedang dan sebanyak 75,6% subjek memiliki tingkat harga diri (self-esteem) sedang.
Hasil uji analisis statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat
aktivitas fisik dengan tingkat harga diri (self-esteem) pada mahasiswa preklinik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia (p=0,443).
Kesimpulan
Sebagian besar mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memiliki
tingkat aktivitas fisik sedang dan tingkat harga diri (self-esteem) sedang. Aktivitas fisik
tidak terbukti berhubungan dengan tingkat harga diri (self-esteem) pada mahasiswa
preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Introduction
Many medical students have physical activity levels in the low category. Lack of time,
laziness, and fatigue due to academic activities were identified as inhibiting factors for
medical students who do not exercise. Meanwhile, most medical students also have low
self-esteem. Various pressures in the form of academic, financial, and social pressures
can affect the level of self-esteem of medical students. This research was conducted to
determine the relationship between the level of physical activity and the level of selfesteem in pre-clinical students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia.
Method
This study was an analytical observational cross-sectional study that used primary data
from the online questionnaire survey that was distributed in October 2023. Physical
activity level data was obtained from filling in the International Physical Activity
Questionnaire Short Form (IPAQ-SF) and self-esteem level data was obtained from
filling in the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Data were analyzed using SPSS,
specifically using the Chi square test.
Results
The results of this study showed that 62.6% of subjects had a moderate level of physical
activity and 75.6% of subjects had a moderate level of self-esteem. The results of
statistical analysis tests showed that there was no significant relationship between the
level of physical activity and the level of self-esteem in pre-clinical students at the Faculty
of Medicine, University of Indonesia (p=0.443).
Conclusion
Most of the pre-clinical students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia, had
a moderate level of physical activity and a moderate level of self-esteem. Physical activity
has not been proven to be related to the level of self-esteem among pre-clinical students
at the Faculty of Medicine, University of Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenny Widajatmi
"Topik Skripsi ini mengenai pemanfaatan majalah indeks dan abstrak bidang kedokteran di Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemakai Perpustakaan FKUI membutuhkan atau tidak membutuhkan majalah indeks dan abstrak dalam menelusur artikel majalah dan alasan-alasan pemakai menggunakan atau tidak menggunakan majalah indeks dan abstrak, serta membandingkan jumlah pemakai yang pernah menggunakan dan tidak pernah menggunakan majalah indeks dan abstrak.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar pemakai Perpustakaan FKUI membutuhkan majalah indeks dan abstrak untuk menelusur artikel majalah. Mereka menggunakannya karena lebih mudah mengetahui artikel yang relevan dengan kebutuhan mereka melalui majalah indeks dan abstrak dibandingkan harus membuka-buka majalah aslinya, lebih menghemat waktu, dan cakupan majalah indeks dan abstrak lebih luas dan koleksi majalah milik perpustakaan. Sedangkan alasan mereka yang tidak pernah menggunakan majalah indeks dan abstrak karena sering dibantu pustakawan, tidak mengetahui Cara menggunakan_nya dan kegunaannya, belum membutuhkan, dan tidak ada waktu. Perbandingan pemakai yang pernah dan tidak pernah menggunakan majalah indeks dan abstrak adalah 3 : 1,3."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S15643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniarti
"Di suatu perpustakaan yang mencakup sejumlah besar koleksi, penggunaan nomor-nomor klasifikasi dan tajuk subjek-tajuk subjek yang sama secara berulang, mengakibat_kan terjadinya korelasi antara pasangan nomor klasifikasi_tajuk subjek yang bersesuaian dengan satu atau lebih pasangan lain yang sama persis. Penelitian ini bertujuan menghitung besarnya korelasi yang terjadi antara nomor klasifikasi HLM (National Library of Medicine), dan tajuk subjek MeSH (Medical Subject Head_ings), dalam sistem pengkatalogan yang telah dilaksanakan di perpustakaan FKUI. Analisis hasil penghitungan berguna untuk menentukan metode alternatif penggunaan indeks kore_lasi yang terbaik. Hasil penghitungan memperlihatkan adanya korelasi sebesar 31,46% antara nomor klasifikasi-tajuk subjek yang terdapat dalam 3284 entri yang diteliti. Hasil analisis terhadap perbandingan antara besarnya korelasi dengan jumlah total pasangan dalam kelompok nomor klasifikasi atau kelompok tajuk subjek yang menunjukkan korelasi, memperlihatkan bahwa metode penelusuran melalui indeks korelasi berdasarkan tajuk subjek untuk memperoleh nomor klasifikasi yang sesuai merupakan metode terbaik, karena lebih akurat (72,96 %), dibandingkan menelusur melalui indeks korelasi berdasarkan tajuk subjek untuk memperoleh nomor klasifikasi yang sesuai (tingkat keakurat_annya hanya 52,61 %)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S15620
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
362.11 UNI s (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aurora Dhea Vanessa
"Latar belakang: Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah gangguan gastrointestinal yang memiliki manifestasi klinis paling umum berupa heartburn dan regurgitasi, dengan prevalensi sejumlah 57,6% di Indonesia. Stres, salah satu faktor risiko GERD, dapat terjadi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dengan prevalensi yang mencapai 88,9%. Selain itu, mahasiswa kedokteran umumnya mengalami perubahan tingkat kesehatan seiring dengan berjalannya tingkat perkuliahan. Adanya pandemi COVID-19 yang menyebabkan munculnya metode perkuliahan dalam jaringan (online) juga dapat memengaruhi tingkat kesehatan mahasiswa Fakultas Kedokteran. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara tingkat stres, tingkat perkuliahan, dan metode perkuliahan terhadap kejadian GERD pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di masa pandemi COVID-19.
Metode: Penelitian ini memiliki desain potong lintang dengan menggunakan data primer melalui kuesioner dalam jaringan. Sejumlah 224 responden kemudian dikelompokkan berdasarkan tingkat stres, tingkat perkuliahan, metode perkuliahan, dan kejadian GERD. Data kemudian dianalisis menggunakan chi square.
Hasil: Prevalensi GERD pada mahasiswa FKUI adalah sejumlah 12,1%. Ditemukan bahwa faktor-faktor tingkat stres (p=0,531), tingkat perkuliahan (p=0,202), dan metode perkuliahan (p=0,544) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian GERD.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres, tingkat perkuliahan, dan metode perkuliahan dengan kejadian GERD pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di masa pandemi COVID-19.

Introduction: Gastroesophageal reflux disease (GERD) is a gastrointestinal disorder with its most prominent clinical manifestations being heartburn and regurgitation, and the prevalence of 57.6% in Indonesia. Stress, one of the risk factors of GERD, can happen to medical students with the prevalence of 88.6%. Aside from that, medical students are prone to having health degree changes as they go through medical school. The online learning method due to the COVID-19 pandemic may have an impact on medical students' health. This research's purpose is to determine the relationship between stress levels, academic year, and learning methods to the incidence of GERD in medical students of Universitas Indonesia during the COVID-19 pandemic.
Method: This research was conducted with cross-sectional design using primary data collected through online questionnaires. The amount of respondents gathered was 224, which was further classified by stress levels, academic year, learning method, and incidence of GERD. The data was then further analysed using chi-square.
Result: The prevalence of GERD in medical students of Universitas Indonesia is 12.1%. It was found that the factors stress level (p=0.531), academic year (p=0.202), and learning method (p=0.544) have no significant relationship with the incidence of GERD.
Conclusion: There is no significant relationship between stress level, academic year, and learning method with the incidence of GERD in medical students of Universitas Indonesia during the COVID-19 pandemic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrew Pratama Kurniawan
"Latar Belakang: Stres dialami semua orang tidak terkecuali mahasiswa. Namun, mahasiswa fakultas kedokteran memiliki tingkat stres yang lebih tinggi daripada mahasiswa di fakultas lainnya. Stres dikhawatirkan dapat berdampak negatif seperti gangguan kesehatan, penurunan kemampuan kognitif, kecemasan, dan burnout. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres mahasiswa tahap akademik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan kaitannya dengan performa akademik.
Metode: Penelitian cross-sectional ini menggunakan instrumen PSS-10 yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia untuk mengukur tingkat stres mahasiswa dan performa akademik berupa nilai modul terakhir mahasiswa. Nilai dikelompokkan menjadi 3 yaitu nilai sangat memuaskan (A- dan A), memuaskan (B-, B dan B+), dan kurang memuaskan (
Hasil: Skor stres mahasiswa tingkat 1 paling tinggi dengan skor median 21,00±(6,721), tingkat 2 dengan skor median 18,50±(6,013), dan tingkat 3 dengan skor median 19,00±(6,543). Pada semua tingkat ditemukan kelompok mahasiswa dengan nilai sangat memuaskan memiliki median dan mean tingkat stres paling rendah dibanding dengan tingkat lainnya. Analisis tingkat stres antar kelompok nilai hanya bermakna secara statistik pada mahasiswa tingkat 3 (p<0,05).
Simpulan: Tidak ditemukan pengaruh yang pasti antara stres dengan performa akademik dikarenakan hubungan bermakna hanya ditemukan pada mahasiswa tingkat 3 fakultas kedokteran (nilai p <0,05).

Introduction: Everyone definitely has experienced stress in their daily life regardless. However, medical students experience a higher level of stress than other college students in other faculty. Stress could induce some negative impacts such as declining health, lowering cognitive skills, anxiety, and burnout. Therefore, this study aims to measure the stress level of preclinical medical students in University of Indonesia and its correlation with academic performance.
Method: This cross-sectional study used PSS-10 questionnaire that has been translated to Indonesia language as an instrument to measure stress level. Their academic performance is measured by students’ final grade in the last module. Final grades are divided to three groups, highly satisfactory with grades of A- and A, satisfactory with grades from B- to B+, and less satisfactory with grade below B-. Kruskal-wallis or ANOVA test is used to find a statistical significance between stress levels in groups.
Results: The result is first year students have the highest stress level with the median score of 21,00±(6.754), second year students with median score of 19,00±(6.029), and the third year students have the median score of 19,00±(6.543). In every year, the very satisfactory group has the lowest mean score and median stress score compared to other groups in the same year, with a statistical difference only appear in third year students (p<0.05).
Conclusion: There are not enough evidence to conclude a significance correlation between stress level and academic performance, since the statistical difference is only found in the third year medical students (p<0.05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library