Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Agus Bandono
"Ada 3 pilar isi tesis ini :
pertama. Tarik menarik hubungan antara individu sebagai anggota masyarakat dengan masyarakat sebagai media pengejawantahan individu, telah lama menjadi perdebatan sengit di kalangan ilmuwan. Apakah masyarakat yang mcncntukan individu atau individulah yang membentuk masyarakat Masyarakat. Perdebatan ini ibarat menentukan yang mana lebih dahulu telor atau ayam. Dunia Timur umumnya yang berwajah kolektivisme menyalahkan Dunia Barat yang individualistis, semenatar Dunia Barat menyalahkan Dunia Timur di mana individu terlalu menenggelamkan dirinya ke dalam masyarakat sehingga dianggap tidak otonom. Emile Durkheim yang notabene dari Dunia Barat, justru mengkuatirkan individualisme Barat, yang lama-lama kelamaan akan hancur oleh individualismenya. Sehingga teori Durkheim lebih `membela' pandangan Timur. Namun, Durkheim terlalu ekstrim memandang masyarakat di hadapan individu. Masyarakat dipandang segala-galanya.. Masyarakat sumber dan tujuan manusia. Setiap 'penyakit sosial' selalu dipandangnya sebagai lepasnya individu dari ikatan sosial. Bahkan fenomena bunuh diri pun dianggapnya bukan merupakan patopsikologis, tetapi berkenaan dengan integrasi individu dengan masyarakat. Seolah-olah masyarakatlah yang menentukan segalanya. Karena masyarakat dianggap dewa, maka individu dilihat dari sisi pandangan Durkheim tidak otonom.
Kedua, agama telah dipercayai sebagai salah satu pengikat solidaritas sosial. Agama seringkali hanya dilihat dari sisi ritualnya belaka. Agama dalam pengertian yang dipahami umum hanya berkenaan dengan sesuatu yang adi kodrati, supra natural, sesuatu yang berkenaan dengan dunia ghaib. Durkheim memandang lain mengenai agama. Agama dipandangnya merupakan aspek sakral dari masyarakatnya. Agama, menurutnya, tidak berkenaan dengan supra natural, tetapi berkenaan dengan sesuatu yang sakral. Agama adalah masyarakat dalam bentuk lain. Agama bersumber, berasal, terletak di masyarakat. Agama bukanlah metafenomenal yang Bering dipahami selama ini, tetapi sebuah fenomena kemasyarakatan.
Ketiga, Agama penurut pandangan Durkheim telah kehilangan 'roh' nya sebagai pengikat solidaritas sosial. Karena agama yang dipahami orang adalah abstrak dan tidak membumi. Maka agama masyarakatlah yang mampu mengiukat masyarakat Tesis ini berusaha menelusuri akar-akar pemikiran Durkheim tentang Agama. Pilar pembahasan diawali dengan pandangan Durkheim tentang masyarakat, Sosiologi (fakta sosial) , moralitas dan agama. Kemudian faktor-faktor dan akar-akar pemikiran durkheim diidentifikasikan dan dianalisis.
Dari pembahasan ditemukan bahwa agama dalam pengertian Durkheim adalah kepercayaan masyarakat yang turun temurun, bukan agama dalam pengeritan agama samawi. Pemikirannya tentang agama sangat positivistik-sekuler dan reduksionistis.Moralitas pun oleh Durkheim hanya dipahami `sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai-nilai kolektif, yang berseberangan dengan pandangan Immnuel Kant yang menekankan hati nurani..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T37276
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daisy Zhafarina Adzani
"[ABSTRAK
Penelitian ini membahas sifat altruisme yang telah dikemukakan oleh Emile Durkheim dan
ditemukan dalam kasus bunuh diri di Jepang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
jelas atau samarkah sifat altruisme yang muncul dalam kasus bunuh diri sebagai unjuk rasa
protes di Jepang. Penelitian ini merupakan penelitian analisis kuantitatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam kasus bunuh diri ini, merupakan gabungan dari sifat altruisme dan
sifat fatalisme.ABSTRACT This study discusses about altruism that has been declared by Emile Durkheim and found in
Japan?s suicide case. The purpose of this study focuses on determines whether clear or not the
Altruistic type that appear on suicide as protest in Japan. This study uses the method of
quantitative analysis research. The result of this study is to indicate that these suicide case is a
combination of altruism and fatalism., This study discusses about altruism that has been declared by Emile Durkheim and found in
Japan’s suicide case. The purpose of this study focuses on determines whether clear or not the
Altruistic type that appear on suicide as protest in Japan. This study uses the method of
quantitative analysis research. The result of this study is to indicate that these suicide case is a
combination of altruism and fatalism.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Dian Pradana
"Film yang berjudul Tilik merupakan film karya Ravacana Films bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan DIY yang disutradarai oleh Wahyu Agung Prasetyo. Film ini ditulis oleh Bagus Sumartono yang terinspirasi oleh keadaan sosial yang terjadi dalam masyarakat pedesaan kota Bantul provinsi Yogyakarta. Film Tilik menceritakan seorang kembang desa yaitu tokoh Dian yang disukai banyak lelaki, namun terdapat ibu-ibu menggunjing membicarakan Dian dalam perjalanan menjenguk “tilik” menuju rumah sakit kota. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan jenis solidaritas sosial yang digambarkan dalam film Tilik. Tujuan mengidentifikasi jenis solidaritas sosial dalam masyarakat dianggap penting untuk mengetahui karakter kelompok masyarakat jawa dalam film Tilik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan analisis semiotika oleh Roland Barthes dan teori solidaritas Emile Durkheim. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah adanya karakteristik solidaritas sosial yang dominan terhadap karakter yang diperankan oleh ibu-ibu Jawa dalam film Tilik. Dialog dan adegan dalam film Tilik merepresentasikan karakteristik jenis solidaritas sosial mekanik yang memiliki indikator seperti; masyarakat yang bersatu, belum adanya pembagian kerja yang ketat, memiliki kesadaran kolektif terhadap nilai dan norma, kepercayaan serta perasaan kelompok bersifat memaksa, dan kehidupan sederhana. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan film Tilik menggambarkan karakteristik masyarakat jawa pedesaan yang memiliki keunikan tersendiri berbeda halnya dengan masyarkat perkotaan.

The film entitled Tilik is a film by Ravacana Films in collaboration with the DIY Cultural Service, directed by Wahyu Agung Prasetyo. This film was written by Bagus Sumartono who was inspired by the social conditions that occurred in rural communities in the city of Bantul, Yogyakarta province. The film Tilik tells the story of a beautiful girl he is Dian who is liked by many men, but there are women who gossip about Dian on their way to visit “Tilik” to the city hospital. The purpose of this study is to explain the type of social solidarity depicted in the film Tilik. The purpose of identifying the type of social solidarity in society is considered important to know the character of Javanese community groups in the film of Tilik. This research used a descriptive qualitative method with semiotic analysis by Roland Barthes and Emile Durkheim's solidarity theory. The results obtained from this study are the dominant characteristics of social solidarity to the characters played by Javanese mothers in the film Tilik. Dialogue and scenes infilm Tilik's represent the characteristics of the type of mechanical social solidarity which has indicators such as; a united society, the absence of a strict division of labor, a collective awareness of values and norms, coercive group beliefs and feelings, and a simple life. Based on the results of this study, the researchers concluded that the film Tilik depicts the characteristics of the rural Javanese community which have their own uniqueness, which is different from the urban community."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library