Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudith Venusi Tagi
"Sistem pengelolahan kader partai merupakan hal yang penting bagi kelangsungan pembangunan dibawah Partai komunis Cina, ini dikarenakan kader partai memegang peranan penting dalam kalangan pemerintahan dan militer di Cina, Kader-kader ini sering memiiiki kedudukan rangkap. Selain dalam partai mereka juga memegang jabatan dalam pemerintahan dan militer. Jabatan rangkap ini membuat kita sulit untuk menentukan mana suara partai dan mana suara pemerintah dalam kehidupan bemegara.
Partai Komuni Cina yang merupakan partai tunggal yang berkuasa di Cina perlu mengatur kader-kader yunior yang kini makin banyak di Cina. Kader-kader yunior ini perlu ditempatkan sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Sementara itu kader-kader senior masih tetap bertahan di posisi mereka. Keadaan ini perlu diatur dengan baik, sehingga tidak timbul kesalah pahaman dimana kader-kader senior merasa disingkirkan dan kader-kader muda merasa diabaikan. Sebab itu partai sekarang ini sangat memperhatikan pengelolaan kader partai, karena apabila sistemnya rapi dan jelas akan memudahkan pengelolaannya. Sekarang ini ideologi tidak lagi menjadi standar satu-satunya yang mutlak, tetapi kini diimbangi dengan kemampuan kerja mereka. Badan-badan yang mengelola karier kader yang sekarang ini lebih jelas dibanding masa-masa sebelumnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S13084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Al Muzaki
"ABSTRAK
Kemajuan Republik Rakyat Cina (RRC) dimulai sejak ditetapkannya gaige kaifang pada tahun 1978. Namun ternyata di tengah jalan, proses reformasi ini mengalami hambatan besar hingga nyaris berhenti. Antara rentang tahun 1989 hingga 1992 terjadi persaingan sengit antara faksi pemimpin-pemimpin RRC yang ingin melanjutkan gaige kaifang dan faksi yang ingin menghentikannya. Puncak persaingan tersebut adalah tahun 1992 ketika Deng Xiaoping sebagai orang yang mendukung untuk terus dilanjutkannya gaige kaifang, melakukan sebuah kampanye ke wilayah selatan RRC. Perjalanan ini hanya berlangsung selama sekitar satu bulan, namun dampak yang dihasilkannya sangat besar. Berkat nanxun inilah kemudian faksi pendukung reformasi memenangkan persaingan dan akhirnya RRC melanjutkan reformasi hingga hari ini. Setelah membaca makalah ini, pembaca akan memahami bagaimana RRC bertransformasi menjadi negara yang modern dan terbuka, bagaimana persaingan antar faksi-faksi dalam politik Cina dan bagaimana nanxun bisa berdampak besar bagi kelangsungan reformasi. Penelitian dan penulisan makalah ini menggunakan pendekatan sejarah yang mencakup tahapan heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi

ABSTRACT
The People s Republic of China s advancement began since the enactment of gaige kaifang in 1978. However, in the middle of the path, the reform process experienced major obstacles until it almost left off. Between the span of 1989 and 1992 there was fierce competition between the factions of the Chinese leaders who wanted to continue gaige kaifang and factions who wanted to halt it. The peak of the competition was in 1992 when Deng Xiaoping as the notable who supported the continued continuation of gaige kaifang, carried out a campaign to the southern region of the PRC. This trip only lasts for about a month, but the impact it produces is tremendously profound. Thanks to nanxun, the faction of the reform supporters won the competition and eventually PRC continued the reform to this day. After read this paper, the reader will apprehend how China has transformed into a modern and open country,
how rivalry between factions in Chinese politics and how nanxun can have a substantial impact on the
continuation of reform. The research and writing of this paper uses a historical approach that includes heuristics,
verification, interpretation, and historiography"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Oktaviani
"ABSTRAK
Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dikenal sebagai salah satu raksasa ekonomi dunia.
Kekuatan ekonomi yang dimiliki RRT saat ini bisa diperoleh karena adanya Reformasi
dan Keterbukaan (改革开放Gǎigé kāifàng) yang diprakarsai Deng Xiaoping (邓小平
Dèng Xiǎopíng) pada tahun 1978 dengan menerapkan model ekonomi pasar sosialis.
Kebijakan-kebijakan ekonomi seperti FDI (foreign direct investment), perdagangan luar
negeri, Zona Ekonomi Khusus, dan lain-lain tentu berdampak positif bagi pertumbuhan
ekonomi RRT pada masa itu. Meskipun demikian, kondisi ekonomi RRT yang sedang
dalam masa peralihan sangat fluktuatif dan menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dalam
negeri. Ketidakstabilan ekonomi, maraknya korupsi, dan tuntutan demokrasi serta
kebebasan berpolitik memicu terjadinya peristiwa Tian`anmen pada tahun 1989 yang
semakin memperburuk kondisi ekonomi negara. Meskipun Deng Xiaoping telah
mengundurkan diri dari segala aktivitas politik RRT pasca peristiwa Tian`anmen, ia tetap
menjalankan agenda ekonominya dengan melakukan `Perjalanan ke Selatan` (南巡Nán
xún) pada tahun 1992. `Perjalanan ke Selatan` dikatakan berhasil menguatkan kembali
reformasi ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi RRT. Penelitian ini akan
membahas latar belakang Deng Xiaoping melaksanakan `Perjalanan ke Selatan`, hal apa
yang dilakukan Deng Xiaoping dalam `Perjalanan ke Selatan`, dan menganalisis
keterkaitannya dengan kemajuan ekonomi RRT hingga sekarang.

ABSTRACT
People's Republic of China (PRC) is known as one of the world's economic powerhouse.
The current economic power of the PRC can be obtained because of the Reform and
Opening Up (改革开放Gǎigé kāifàng) initiated by Deng Xiaoping (邓小平Dèng
Xiǎopíng) in 1978 by adopting the socialist market economy model. Economic policies
such as FDI (Foreign Direct Investment), foreign trade, Special Economic Zones, etc.
certainly had positive impacts on China's economic growth at that time. Nevertheless, the
economic condition of the PRC which was in a transition period was very volatile and
caused economic instability. Economic instability, corruption, and demands for
democracy and political freedom triggered the Tian'anmen incident in 1989 which further
worsened the country's economic condition. Although Deng Xiaoping had resigned from
all of his political activities after the Tian'anmen incident, he continued to carry out his
economic agenda by undertaking "Southern Tour" (南巡Nán xún) in 1992. "Southern
Tour" was said to succeed in strengthening economic reforms again and increasing PRC's
economic growth. This research will discuss the background of Deng Xiaoping carrying
out the "Southern Tour", what Deng Xiaoping did during the "Southern Tour", and
analyzing its ties with the PRC's economic growth until now."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Retna Kencana
"Sistem tanggung Jawab mulai diberlakukan secara resmi pada tahun 1979, untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang ditimbulkan oleh kebijaksanaan pertanian yang dijalankan Mao Zedong. Dalam sistem tanggung jawab tanah-tanah milik kolektif dikontrakkan pada para petani. Mereka boleh menentukan sendiri yang akan mereka tanam asalkan hasilnya memenuhi kuota yang telah ditentukan oleh pemerintah, sedangkan kelebihannya dapat mereka gunakan sendiri. Pelaksanaan sistem tanggung jawab ini telah berhasil memacu petani Cina untuk lebih banyak lagi berproduksi, sehingga hasilnya dapat meningkatkan taraf kehidupan petani Cina."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S12867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Puspito
"ABSTRAK
Skripsi bertemakan sejarah politik di RRC pada periode 1976-1978 dan periode latar yang mendahuluinya. Membahas peranan Deng Xiaoping dalam pemilihan kepemimpinan di Partai Komunis Cina. Pembahasan Meliputi latar belakang perpecahan di dalam partai, aspek-aspek kepemimpinan Mao Zedong sebagai ketua partai, dan masalah suksesi setelah kematian Mao. Kehadiran Deng yang mempengaruhi kekuasaan pengganti Mao Hua Guofeng, merupakan permasalahan yang akan dibahas secara khusus. Di dalamnya melibatkan proses kembalinya Deng Xiaoping ke partai (setelah dipecat dari jabatan-jabatannya di dalam dan luar partai), proses pemantapan kekuasaan politiknya, serta perjuangan politik Deng sendiri.

"
1989
S12502
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Qoshmal Milzam D.
"ABSTRAK
Deng Xiaoping yang meluncurkan program Gaige Kaifang menyadari bahwa untuk memajukan sektor ekonomi harus terlebih dahulu melakukan reformasi dalam pengelolaan Partai Komunis Tiongkok PKT . Hal ini sehubungan dengan posisi partai yang lebih tinggi dari negara sehingga apapun yang terjadi pada partai akan mempengaruhi pemerintahan dan program Gaige Kaifang. Sasaran Gaige Kaifang untuk modernisasi Tiongkok membutuhkan kader partai yang mendukung modernisasi dan mengedepankan unsur pragmatisme. Penekanan pada pragmatisme dalam pengelolaan partai telah membawa partai meninggalkan konsep pertarungan kelas yang menghambat masyarakat untuk mengembangkan diri.


ABSTRACT
AbstractDeng Xiaoping whom launched Gaige Kaifang program realize that for modernize economic sector must conduct reform in Chinese Communist Party CCP management first. This related to party position which higher than state, therefore anything happen in party will directly affect state and Gaige Kaifang program. Gaige Kaifang aim to modernize China require party member whom support and put forward pragmatism. An emphasize on party management had brought party abandoned class struggle concept which obstructed society to develop itself."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Feliza Farhana Hamidi
"Aftershock (唐山大地震) adalah sebuah film karya Feng Xiaogang (冯小刚). Film ini bercerita tentang perjalanan Fang Deng, yang merupakan korban dari gempa Tangshan pada tahun 1976. Fang Deng yang diduga telah meninggal dunia oleh ibu dan saudara kembarnya, diadopsi oleh sepasang suami istri relawan gempa dan menghabiskan sebagian besar hidupnya diluar kota Tangshan dan menolak untuk kembali ataupun mencari tahu tentang keberadaan keluarganya yang sebenarnya. Melalui analisis tokoh dan penokohan, makalah ini akan menjabarkan analisis penokohan tokoh Fang Deng dan memaparkan penyebab tokoh Fang Deng mencoba melupakan masa lalunya.

Aftershock (唐山大 地震) is a film by Feng Xiaogang (刚小刚). The film tells the story of Fang Deng's life journey, she was a victim of the Tangshan earthquake in 1976. Fang Deng, who was mistaken to be dead by her mother and her twin brother, was adopted by a couple of earthquake volunteers and spent most of her life outside Tangshan city and refused to return or finding out about her real family. Through character analysis and characterizations, this paper will describe the characterization analysis of Fang Deng and explain the cause of why Fang Deng tries to forget her past."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Spohr, Kristina
"In 1989-90 the map of Europe was transformed peacefully-without a war, unlike other great ruptures of the international order such as 1815, 1870, 1918, and 1945. What role did international summitry play in the dénouement of the cold war? So far scholars have focused on long-term systemic factors, Gorbachevs reform agenda, or the impact in 1989 of people power. This major multinational study, based on archives from both sides of the Iron Curtain, adopts a novel perspective by exploring the contribution of international statecraft to the dissolution of Europes bipolar order. This is done through the examination of key summit meetings from 1970 to 1990 across three phases Thawing the cold war, living with the cold war, and transcending the cold war and in three main strands: the superpowers and arms control, their triangular relationship with China, and the German question. The threads are drawn together in a sweeping analytical conclusion. The book includes fascinating insights into key statesman such as Richard Nixon and Ronald Reagan, Leonid Brezhnev and Mikhail Gorbachev, Willy Brandt and Helmut Kohl, Zhou Enlai and Deng Xiaoping, both as thinkers about the international system and also practitioners of summit bargaining. Particular attention is devoted to the cultural dimensions of summitry, as performative acts for the media and as engagement with the other across ideological divides. Written in lively prose, this book is essential reading for those interested in modern history, contemporary politics, and international relations addressing issues that still shape the world today."
Oxford: Oxford University Press, 2016
e20470087
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Angelica Giovanni Gunarto
"Pada tahun 1976 dimulailah era kepemimpinan Deng Xiaoping sebagai tokoh sentral Cina. Deng menggagas “Reformasi dan Kebijakan Pintu Terbuka” sebagai cara untuk memulihkan krisis dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Salah satu kebijakannya adalah menetapkan sejumlah kawasan menjadi Zona Ekonomi Khusus (ZEK) sebagai daerah percobaan untuk menerapkan Ekonomi Pasar sekaligus menjadi pintu masuk bagi investasi asing yang dapat menopang reformasi ekonomi Cina. Shenzhen merupakan ZEK pertama, terbesar, dan paling berhasil di Cina. Sejatinya, ideologi sosialis menjadikan negara sebagai pusat komando dalam politik dan ekonomi. Namun, masuknya berbagai perusahaan asing membuat ideologi Cina seperti mundur dari masyarakat sosialis ke kapitalis. Oleh karena itu, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah implementasi sosialisme di Shenzhen. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan sejarah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dasar negara Cina tetap sosialisme. Deng Xiaoping mengimplementasikan teori sosialisme ke dalam situasi nyata Cina, sehingga terbentuklah konsep Sosialisme dengan Karakteristik Cina. Konsep ini melegitimasi tindakan Cina untuk tetap memberlakukan Ekonomi Sosialis di daerah lain, tetapi memberi pengecualian pada Zona Ekonomi Khusus dengan menerapkan Ekonomi Pasar Sosialis.

In 1976 began the era of Deng Xiaoping's leadership as the central figure of China. Deng initiated "Reform and Open Door Policy" to recover from the crisis and promote economic growth. One of the policies is to create Special Economic Zones (SEZs) as experimental areas to implement the Market Economy and become entry points for foreign investment that can support China's economic reforms. Shenzhen is China's first, largest, and most successful SEZ. In socialism, the country holds a command center in politics and the economy. However, the influx of various foreign companies made China's ideology seem to retreat from a socialist to a capitalist society. Therefore, the problem discussed in this study is the implementation of socialism in Shenzhen. This study is qualitative research with a historical approach. The results of this study indicate that China's ideology remains socialist. Deng Xiaoping implemented the theory of socialism into the actual situation of China, thus forming the concept of Socialism with Chinese Characteristics. This concept legitimizes China's action to keep the Socialist Economy in other areas but exceptions to the Special Economic Zones by implementing a Socialist Market Economy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tristan Jachremi Caesarius
"Pencapaian dari kemajuan dan pertumbuhan pesat di bidang ekonomi negara Republik Rakyat Tiongkok (RRT) tidak akan terlepas dari Reformasi Keterbukaan dicanangkan oleh Deng Xiaoping pada akhir tahun 1978. Reformasi Keterbukaan telah membuka keran penanaman modal pasar dari dalam negeri serta asing, yang mana sebelumnya negara ini menjalankan sistem perekonomian yang tertutup. Ide reformasi ini melahirkan sosialisme berkarakteristik Tiongkok, yang mana pemerintahan sosialisme mampu menjalankan ekonomi pasar. Almanak Selected Works of Deng Xiaoping Vol. 2 (1983) telah merangkum semua berbagai hal persiapan untuk pelaksanaan Reformasi Keterbukaan. Salah satu artikel dalam almanak ini yang berjudul We Can Develop a Market Economy Under Socialism akan menjadi bahan diskusi yang menarik, khususnya jurnalis Barat bertanya-tanya terkait konsep sosialisme yang modern ini. Deng Xiaoping mampu meyakinkan gagasan orisinalnya kepada Barat melalui berbagai jawaban yang luar biasa. Ciri khas sosialisme Tiongkok dibentuk melalui pengalaman-pengalaman Deng berpolitik dan mempersiapkan Reformasi Keterbukaan. Penelitian ini menggunakan sumber bacaan primer berbahasa Tiongkok dan terjemahannya dalam bahasa Inggris untuk memahami dari sisi orang dalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisme Tiongkok memiliki ciri khusus yang tidak dapat ditemukan dalam sosialisme sebelumnya, bersifat pragmatis dan berpegang terhadap prinsip teguh tertentu.
The achievement of progress and rapid growth in the economic sector of the People's Republic of China (PRC) cannot be separated from the Reform and Openning-up launched by Deng at the end of 1978. This reform has opened the tap for investment from domestic and foreign countries which previously It operates a closed economic system. This idea gave birth to socialism with Chinese characteristics, where the socialist government was able to run a market economy. Selected Works of Deng Xiaoping Vol. 2 (1983) has summarized all the various preparations for the implementation of Reform and Openning-up. One of its articles entitled We Can Develop a Market Economy Under Socialism is interesting discussion material, especially for Western journalists wondering about this modern concept of socialism. Deng was able to convince the West of his original ideas through extraordinary answers. The characteristics of Chinese socialism were formed through Deng's experiences in politics and preparing the reformation. This research uses primary reading sources in Chinese and their translations in English to understand from an insider's perspective. The research results show that Chinese socialism has special characteristics that cannot be found in previous socialism, it is pragmatic and adheres to certain firm principles."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library