Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanjuntak, Huntal Parulian
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan antara iklim komunikasi organisasi dan kompetensi dengan kinerja karyawan PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang DKI Jakarta. Untuk sampai pada tujuan ini digunakan desain penelitian korelasional dengan melibatkan 86 responden yang diambil secara sensus, dimana semua anggota populasi semuanya dijadikan sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan formula statistika, yakni korelasi Rank Spearmans dan uji t yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 11.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa kondisi kinerja para karyawan PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang DKI Jakarta secara umum tergolong sangat baik, iklim komunikasi organisasi tergolong kurang baik, dan kompetensi karyawan tergolong baik. Sementara itu, dari hasil analisis statistik diketahui bahwa iklim komunikasi organisasi dan kompetensi memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kinerja karyawan.
Karena iklim komunikasi dan kompetensi terbukti memiliki hubungan positif dengan kinerja karyawan, maka perlu adanya upaya untuk memperbaiki keduanya, di antaranya dengan cara: (1) mengoptimalkan fungsi supervisi pimpinan, (2) mengoptimalkan penilaian kinerja yang diantaranya dengan cara melakukan penilaian kinerja secara seobyektif dan ditindaklanjuti dengan menyelenggarakan pelatihan-pelatihan, dan (3) memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi, sebagai upaya untuk memotivasi karyawan dalam meningkatkan kompetensinya yang dapat diberikan secara finansial maupun nonfinansial."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T11581
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Dewi Hatri
"Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menjelaskan bagaimana komitmen bekerja yang ada di PT. Pasaraya Nusakarya (PNK) sesuai dengan iklim komunikasi yang berkembang di perusahaan ini. Dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa kondisi perusahaan Pasaraya yang sedang mengalami krisis sedikit banyak mempengaruhi individu untuk tetap bertahan atau meninggalkan pekerjaannya. lklim komunikasi yang terjadi pada saat krisis turut mempengaruhi interaksi komunikasi dalam menunjang atau memperlemah komitmen bekerja paxa karyawan. Hal ini ditandai dengan tingginya tingkat perputaran karyawan (turn over) yang cukup tinggi di saat krisis terjadi.
Iklim komunikasi dipandang sebagai suatu kualitas pengalaman yang subyektif yang timbul dari persepsi karyawan terhadap interaksi dalam organisasi. Dimensi dalam iklirn komunikasi organisasi adalah dukungan, kepercayaan dan keterbukaan, tujuan kinerja tinggi dan partisipasi dalam keputusan (Redding, 1988). Sedangkan komitmen berorganisasi merupakan keadaan psikologis yang memberi ciri hubungan karyawan dengan organisasi tempatnya bekerja dan berimplikasi pada pengambilan keputusan untuk melanjutkan atau tidak keanggotaannya dalam organisasi. Allen dan Meyer menggolongkan komitmen berorganisasi ke dalam. tiga komponen yaitu, komitmen afektzf yaitu komitmen yang mengacu pada kedekatan emosional, keterlibatan dan identifikasi diri individu terhadap organisasi; komitmen berkesinambungan yaitu, komitmen yang didasarkan pada persepsi individu terhadap kerugian yang diasosiasikan oleh individu jika meninggalkan organisasi; komitrnen normatif yaitu komitmen yang mengacu pada perasaan kewajiban untuk tetap berada pada organisasi. Ketiga komponen ini merefleksikan keadaan psikologis tertentu (want to, need to dan ought to) dimana seorang individu dapat berada dalam keadaan psikologis yang berbeda derajat kekuatannya pada masing-masing komponen tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengamatan berperan serta (participant observation) yang berlokasi di Pasaraya Grande, salah satu toko ritel serba ada di Jakarta. Menggunakan paradigma interpretif untuk melihat bagaimana individu yang terlibat dalam organisasi mengartikan proses komunikasi yang terjadi di ruang lingkup kerjanya, sehingga dapat dilihat komitmen berorganisasi yang ada merupakan hasil dari proses interaksi komunikasi tersebut. Penelitian ini memfokuskan bagaimana iklim komunikasi pada saat krisis di perusahaan dapat membentuk suatu komitmen para anggota, yaitu untuk bertahan atau memutuskan keluar dari PT. Pasaraya Nusakarya.
Data primer diperoleh dan wawancara mendalam (in depth interview) dan pengamatan (obeservation) terhadap lima informan para eksekutif tingkat menengah di PT. Pasaraya Nusakarya. Pemilihan informan ini didasarkan pada kriteria yaitu eksekutif menengah yang sudah bekerja minimal lima tahun, kinerj a karyawan tidak pernah bermasalah terhadap perusahaan, telah mengikuti pelatihan minimal tiga kali sehingga internalisasi nilai terwujud baik dan dapat memberikan keterangan yang pasti dan terinci sehingga dapat menunjukkan bukti-bukti atas apa yang dilakukannya. Pemilihan informan ini disebabkan karena sebagian besar karyawan non eksekutif adalah karyawan kontrak dan pekerja paruh waktu sehingga hal yang lumrah jika perputaran karyawan non eksekutif lebih tinggi dibanding eksekutif.
Dari hasil penelitian, didapati bahwa komitmen berkaitan erat dengan nilai organisasi dan iklim komunikasi yang terjalin di antara anggota organisasi. Dari lima informan yang diwawancarai dan diamati, terbagi menjadi tiga kelompok komitmen, yaitu kelompok pertama, informan yang berkomitrnen afektif yang mendasarkan komitmennya pada kenyamanan dan mempunyai pemahaman nilai organisasi yang rendah. Kedua, adalah kelompok informan yang berkomitmen berkesinambungan yang mendasarkan komitmen pada kesempatan, mereka akan berkomitrnen jika ada sesuatu yang bisa diharapkan dan diperoleh dari organisasi dengan atau tanpa internalisasi nilai organisasi. Ketiga, kelompok informan dengan komitmen normatif, yaitu mereka yang tetap memegang teguh komitraen karena faktor keharusan dan atas kebanggaan diri dalam diri mereka. Nilai organisasi cenderung tertanam kuat sebagai akibat dari internalisasi nilai yang cukup lama.
Interaksi komunikasi yang terbuka dan suportif juga mempengaruhi individu dalam meneruskan komitmennya pada perusahaan, terutanna dan aspek lingkungan dan rekan sekerja. Hal ini membentuk iklim komunikasi yang mendorong individu untuk dapat menikmati keanggotaannya dalam organisasi walaupun kondisi krisis terjadi dalam perusahaan dimana hal ini mampu meningkatkan komitmen mereka untuk tetap bertahan di suatu organisasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22161
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tortoriello, Thomas R.
New York: MaGraw-Hill , 1978
658.45 TOR c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nonaka, Ikujiro
New York: Oxford University Press, 1995
658.45 NAN k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Doorley, John
New York: Routledge , 2011
659.2 DOO r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Andrews, Patricia Hayes
Long Grove, Ill.: Waveland, 1986
658.45 AND c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Dewi Sri Ratna Sari
"ABSTRAK
Studi ini merupakan salah satu upaya mendeskripsikan perbandingan jaringan komunikasi formal dan informal di suatu organisasi / perusahaan serta melihat peran anggota jaringan. Tujuan studi ini adalah menggambarkan jaringan dan arus komunikasi baik formal maupun informal serta membandingkannya untuk mengetahui tingkat ketumpangtindihan antara jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal. Tipe penelitian studi ini mengarah pada tipe penelitian deskriptif dengan studi gabungan antara kualitatif dan kuantitatif.
Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan cara kuesioner dan observasi parsipatoris, sedangkan data sekunder diperoleh dari data atau dokumen yang dihasilkan oleh perusahaan. Data-data yang didapat kemudian diukur dengan menggunakan survei sosiometri dan indeks/matriks keterhubungan (connectedness index).
Pemilihan sampel dilakukan dengan desain "snowball sampling" dengan penarikan sampel secara sampel secara random (acak) dari empat jenjang jabatan, yakni Manager, Supervisor, Chief Leader dan Staff dengan 25 responden di tiap jaringan, baik formal maupun informal. PT. Tancho Indonesia, Tbk dan perusahaan distributornya PT. Tanesia dipilih sebagai lingkup penelitian berdasarkan pertimbangan terhadap ukuran dan tingkat kompleksitas yang cukup. Seluruh anggota perusahaan ini kemudian menjadi populasi dalam penelitian dengan jumlah sampel yang menjadi responden adalah karyawan-karyawati perusahaan tersebut dan total sampel keseluruhan adalah 88 orang.
Dalam menganalisa data digunakan dua bentuk, yakni tabel distribusi frekuensi untuk menganalisa data mengenai jaringan komunikasi yang berdasarkan pada karakteristik sosio-demografis responden dan mengetahui perbedaan jaringan komunikasi formal dan informal, serta bagan jaringan komunikasi formal dan informal.
Berdasarkan basil data sosio-demografis, terungkap bahwa pengetahuan para responden akan struktur organisasi perusahaan yang sedikit banyak merupakan rujukan dalam melakukan komunikasi hubungan formal sangat kurang. Faktor yang dapat menjadi penyebab tingginya tingkat ketumpangtindihan (overlap) antara komunikasi formal dengan komunikasi informal dalam perusahaan. Rata-rata persentase tiap jenjang jabatan lebih dan 50%. Pada jenjang jabatan Manager adalah sebesar 72%; pada jenjang jabatan Supervisor sebesar 76%; pada jenjang jabatan Chief Leader sebesar 80% dan pada jenjang jabatan Staff sebesar 72%.
Analisis bagan jaringan komunikasi menunjukkan bahwa para responden yang menjadi star dalam jaringan komunikasi formal sebagian besar berasal dari departemen-departemen yang terkait dengan kegiatan produksi produk yang dihasilkan perusahaan. Sedangkan para star dalam jaringan komunikasi informal cenderung berasal dari departemen tempat responder utama bekerja. Bagan juga memperlihatkan bahwa jenjang jabatan bukanlah faktor paling menentukan dalam menentukan jaringan komunikasi informal karena departemen tempat seorang karyawan bekerja lebih menentukan dalam berhubungan informal dengan rekan-rekan satu kantor.
Dan melihat tingginya minat karyawan terhadap isu seputar perusahaan, maka sebaiknya perusahaan berusaha lebih terbuka dalam memberikan informasi tentang manajemen untuk meredusir rumor yang dapat berakibat fatal. Para karyawan baru juga sebaiknya diberi panduan tentang struktur organisasi agar tidak mencari-cari informasi melalui grapevine yang tidak dapat menjamin kebenaran informasi. Perusahaan juga sebaiknya memperhatikan para karyawan yang menjadi star dalam jaringan komunikasinya karena mereka dapat menjadi penghubung yang baik antara perusahaan dan para karyawan bila perusahaan sedang berada dalam situasi krisis untuk menjelaskan masalah yang dihadapi perusahaan maupun meluruskan berita.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaprudin Dino Syaf, auhtor
"Masih ada perbedaan pandangan mengenai kedudukan Humas di kalangan pemerintahan. Di Departemen Pekerjaan Umum, kedudukan Humas setingkat dengan Bagian (eselan III). Kedudukan ini mempengan.rhi mekanisme kerja Bagian Hubungan Masyarakat. Dilatarbelakangi kenyataan ini, penulis mencoba menggambarkan kedudukan dan mekanisme kerja Bagian Hubungan Masyarakat Departemen Pekerjaan Umum, baik dalam menjalankan kegiatan komunikasi eksternal maupun komunikasi internal. Idealnya, kedudukan Humas harus sedekat mungkin dengan pimpinan puncak sebuah organisasi, sehingga mendukung terlaksananya kegiatan kehumasan secara optimal.
Hasil penelitian memberi gambaran bahwa kedudukan Bagian Humas Departemen Pekerjaan Umum berdampak pada tidak optimalnya kegiatankegiatan yang dilakukannya. Unjuk kerja terganggu karena keterbatasan anggaran untuk menyediakan saran dan prasarana yang memadai, serta akses ke bagian lain. Penerbitan jumal intern yang ditargetkan menjadi jembatan informasi bagi karyawan tidak dapat dipenuhi karena penyebarannya tidak dapat dilakukan secara merata. Berikan informasi yang lengkap dan mendalam kepada pihak media massa pun terhambat karena sebagian besar nara sumber memiliki posisi yang lebih tinggi daripada Bagian Humas.
Melihat kenyataan ini, disarankan untuk menempatkan Humas pada kedudukan yang lebih strategis yakni selingkat Biro (Eselon II) dengan kemampuan melakukan komunikasi vertikal, horisontal, maupun diagonal secara lebih fleksibel."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T8828
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Faridawati
"Tesis ini membahas hasil penelitian mengenai Hubungan iklim komunikasi Organisasi dengan tingkat kepuasan kerja. Type penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu menggambarkan tentang iklim komunikasi pada organisasi BPKP dan tipe penelitian eksplanatif yang mencoba menjelaskan hubungan antar variabel.
Dengan menggunakan analisis korelasional dicoba dihubungkan antara variabel bebas iklim komunikasi yang meliputi daya dukungan, partisipasi dalam pengambilan keputusan, kepercayaan, keterbukaan, tujuan prestasi, yang tinggi ,kedekatan hubungan dengan variabel terikat tingkat kepuasan kerja. Sedangkan yang dijadikan populasi yaitu karyawan teknis yaitu Supervisor dan Ketua tim pemeriksa.
Pemilihan obyek ini didasarkan pertimbangan bahwa pada organisasi tersebut adalah organisasi pemeriksa yang tugasnya sehari-hari sebagai pemeriksa yang selaiu memberikan kritik dan rekomendasi kepada aparat lain yang tentunya organisasi tersebut harus bisa menjalin komunikasi baik itu keluar maupun kedalam sehingga diharapkan dapat memberi wawasan baru dalam organisasi tersebut.
Untuk pengambilan sampel penelitian digunakan tehnik stratified random sampling agar supaya masing-masing bagian dari populasi terwakili secara porposional dan dapat memberi gambaran secara utuh. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa secara umum mayoritas responden Supervisor dan Ketua Tim menilai positif iklim komunikasi Organisasi pada BPKP yang meliputi daya dukung, partisipasi dalam pengambilan keputusan, kepercayaan dan keterbukaan.
Sementara itu aspek-aspek yang berhubungan dengan variabel tujuan prestasi yang tinggi dan kedekatan hubungan ada yang dinilai positip dan ada juga yang dinilai negatif oleh para responder.
Hasil korelasi antara variabel-variabel yang terdapat dalam iklim komunikasi dengan variabel kepuasan kerja yang merupakan gabungan antara responden Supervisor dan Responden Ketua Tim temyata variable-variabel tersebut mempunyai kekuatan hubungan dalam tingkatan relatif kecil terhadap variabel Kepuasan Kerja. Temuan ini memberi indikasi bahwa disamping variabel-variabel iklim komunikasi yang diteliti, diduga ada variabel-variabel lainnya yang ikut mempengaruhi variabel kepuasan kerja."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.P. Dwi Widiastuti
"Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) merupakan sebuah organisasi bare di Indonesia yang dapat dijadikan sarana untuk menjembatani berbagai kepentingan Pemerintah Kabupaten serta menjalin solidaritas dalam rangka memperkokoh kesatuan nasional. APKASI mempunyai pecan yang sangat penting dalam menentukan pelaksanaan Otonomi aerah, dan mampu mengakomodasikan serta memperjuangkan aspirasi dart seluruh Pemerintah Kabupaten yang inenjadi anggotanya.
Selama kurang iebih 3 tahun APKASI secara tegas dan konsisten telah menyatakan sikapnya kepada Pemerintah Pusat dalam penundaan revisi UU Pemerintahan Daerah. Walaupun pada akhimya UU 2211999 direvisi oleh Pemerintah Pusat pada tahun 2004, namun gaung dan perjuangan APKASI dalam penundaan revisi dinilai Iebih menonjol daripada Asosiasi Pemerintah Pemerintah Daerah Iainnya di Indonesia.
Permasalahan penelitian ini difokuskan kepada bagaimanakah pola komunikasi interpersonal dalam pembuatan keputusan di APKASI yang dirumuskan dalam tiga permasalahan panting yaitu bagaimana APKASI melakukan komunikasi dengan anggotanya, bagaimana hubungan antar anggota di dalam proses pembuatan keputusan Asosiasi, dan bagaimana pengaruh tersebamya keanggotaan APKASI terhadap partisipasinya di dalam proses pembuatan keputusan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif agar dapat diperoleh pemahaman yang mendalam tentang pola komunikasi interpersonal dalam pembuatan keputusan organisasi di APKASI, dan dukungan yang diberikan dalarn upaya penundaan revisi UU Pemerintahan Daerah_ Sedangkan texnik pengambilan data ditakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pengamatan, pengumpulan data-data sekunder dan studi pustaka.
Kesimpulan panting yang diperoleh dart basil penelitian ini antara lain adalah interaksi komunikasi seperti yang tercemnin dalam struktur organisasi APKASI tidaklah cukup untuk membangun komunikasi interpersonal, apabila tidak didukung dengan ketersediaan informasi yang kontinyu untuk seluruh anggota.
Struktur komunikasi di APKASI menunjukan struktur jaringan komunikasi yang kurang tersentralisasi (struktur Y), dan struktur semua saluran yang memungkinkan setiap anggota bisa berkomunikasi dengan anggota lainnya terutama di tingkat KORWIL. Sifat anus informasi yang serentak dan berurutan dilakukan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan APKASI. KORWIL mempunyai peran yang besar untuk penyampaian informasi yang berurutan dan urnpan balik dalam pembuatan keputusan organisasi.
Pola dasar arus informasi yang memungkinkan semua anggota dapat berkomunikasi satu sama lain tidak berjalan efektif karena perbedaan tingkat pemanfaatan teknologi dan jauhnya }etak antar anggota secara geografis. Komunikasi melalui surat-menyurat dan pengunaan teknologi komunikasi (seperti telepon, faksimili, e-mail) menjadi sarana interaksi komunikasi utama.
Tiga bentuk jaringan komunikasi yaitu bentuk jaringan vertikal dua arah, horisontal (lateral), dan diagonal diiakukan oleh APKAS1. Bentuk jaringan diagonal terbukti menjadi jaringan komunikasi yang memberikan kontribusi besar dalam komunikasi interpersonal di APKASI dengan parlisipasi dan kerjasama dart para Pejabat dan Staff di jajaran Pemerintah Kabupaten dalam berbagai pertemuan dan kegiatan yang relevan.
Masa pergantian jabatan di Pemerintah Daerah, permasalahan-permasalahan daerati, dan terhambatnya informasi dan lingkungan merupakan gangguan (noise) yang mempengaruhi besar kecilnya kesempatan dalam memberikan umpan balik. Komunikasi interpersonal di APKASI daiam penundaan revisi UU Pemerintahan Daerah mengidentifikasikan karakteristik panting adanya hubungan interpersonal yang berbeda-beda dalam hat keluasan dan kedalaman.
Komunikasi interpersonal di APKASI dalam penundaan revisi UU Pemerintahan Daerah dipengaruhi adanya power yang melekat kepada Bupati, yang mempunyai posisi sebagai Dewan Pengurus Asosiasi dan mempunyai kemampuan yang besar untuk memberikan persuasi untuk mengontrol perilaku anggota Asosiasi. Pembuatan keputusan di APKASI merupakan proses dimana pars anggota berusaha mencapai konvergensi yang ditempuh melalui musyawarah danfatau pemungutan suara."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>