Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stenbak, Else
Copenhagen: WHO , 1986
618.920 023 1 STE c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Emmy Harniyati
"ABSTRAK
Pesatnya perkembangan perumahsalatan akibat bergesernya nilai dan norma yang ada di masyarakat menuntut pelayanan yang bermutu dari rumah sakit. Rumah sakit diharapkan mampu menjawab semua tantangan yang ada sesuai keinginan dan tuntutan dari masyarakat sendiri dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan.Unit rawat jalan merupakan basis terdepan dan sebagai ujung tombak pelayanan sehingga merupakan "image" pertama yang dinilai oleh pengguna jasa rumah sakit. Oleh karenanya dalam rangka upaya meningkatkan mutu pelayanan pihak manejerial rumah sakit memerlukan suatu pendekatan yang berorientasi kepada pihak pengguna jasa melalui persepsi mereka.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran karakteristik pengguna jasa dan memperoleh gambaran persepsi mereka melalui pengukuran skala kepuasan serta akan mencari faktor-faktor mana yang berhubungan dengan kepuasan ataupun ketidak puasan mereka.
Tehnik analisa yang dipakai selain secara deskriptif untuk memperoleh gambaran karakteristik pengguna jasa juga digunakan analisa Bivariat dengan uji Chi Square untuk melihat hubungan kepuasan pengguna jasa dengan faktor-faktor yang melatar belakanginya.
Hasil penelitian diperoleh gambaran karakteristik pengguna jasa dan dari analisa hubungan menunjukkan hampir semua faktor yang diduga mempengaruhi persepsi pengguna jasa terbukti mempunyai hubungan kecuali faktor persepsi Biaya. Selain itu diperoleh gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ketidak puasan mereka yang mempunyai jumlah yang terbesar pada faktor Perilaku disusul faktor Waktu dan Lingkungan. Apabila dijabarkan adalah sebagai berikut:
Untuk faktor Perilaku terutama terhadap Perilaku Perawat, faktor Waktu terutama adalah lamanya menuuggu Obat di Apotik dan menugggu pemeriksaan sedangkan untuk faktor Lingkungan terutama adalah masalah kebersihan Toilet.
Untuk itu beberapa Saran yang dapat disumbangkan untuk kepentingan RSAB Harapan Kita adalah perlunya pembinaan terhadap petugas yang berfungsi sebagai " The major Caring Profession "dalam melayani penggtma jasa melalui Komite Medik dan melibatkan mereka dalam kegiatan fungsi marketing rumah sakit. Disamping itu disarankan pula beberapa saran lain yang menyangkut usaha perbaikazi,tindakan korektif dan tindakan inovatif.

ABSTRACT
Perceptions of Users on The Appearance of Outpatients Unit of "Harapan Kita" Maternity and Children's Hospital in 1995The fast growth of hospital business as the result in the shift of values and norms within the community demands quality service from the hospital. A hospital is expected to be able to meet all existing challenges in accordance with the wishes and demands of the community itself in carrying out its function as a health service. The outpatients unit constitutes the fore-most base and the spearhead of service so that it constitutes the first "image" that will be evaluated by hospital service users. Therefore, in the effort to improve the quality of service, the hospital management needs to have an approach which is oriented to service users through their perceptions.
The purpose of this research is to find out the characteristics of users and to have their perceptions by measuring their scales of satisfaction and to find out which factors are connected with the satisfaction or none satisfaction of the users.
The techniques of analysis used besides the descriptive one in order to get the characteristics of the users, also the Bivariat analysis with the Chi Square test to see the connection between the users satisfaction and the background factors.
The results of the study indicate that from the characteristics of service users and the analysis of connection, we can see that almost all factors suspected to influence th"users4 perceptions do have a connection except for the perception on costs. Besides this, The factors which cause dissatisfaction on their part the largest in number are Behaviour followed by Time and Environment. Broken down they are like this: For the Behavioural factor particularly of the Nurses, for the time factor, the length of time one has to wait to get medicine at the Dispensary and waiting to be examined, for the Environment factor, the foremost the cleanliness of the Toilets.
For this reason, we recommend in the interest of "Harapan Kita" Maternity and Children Hospital (RSAB) to develop the personnel whose function is that of "Major Caring Profession" in serving the users through a Medical Committee and involving them in the marketing function of the hospital.
Besides this, it is also recommended actions regarding improvements, corrective actions and innovative actions.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Anggun Dewi
"Brawijaya Women and Children Hospital merupakan salah satu rumah sakit yang telah menggunakan rekam medis elektronik dalam pendokumentasian semua kegiatan operasionalnya baik untuk rawat inap, rawat jalan, maupun gawat darurat. Penggunaan rekam medis elektronik ini diharapkan dapat mengurangi kelemahan pencatatan dan pendokumentasian secara manual.
Namun dalam implementasinya, penggunaan rekam medis elektronik tersebut di lapangan terutama oleh para perawat di ruang perawatan sebagai salah satu pengguna rekam medis elektronik dalam pendokumentasian catatan keperawatan tersebut masih belum optimal. Hal ini terbukti dengan masih ditemukannya, endokumentasian catatan keperawatan yang belum lengkap dalam aplikasi rekam medis elektronik, tercatat pada bulan Februari ketidaklengkapan pengisian catatan keperawatan oleh perawat ruang rawat inap sebesar 81,5%, dan pada bulan Maret sekitar 87%.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran persepsi perawat sebagai salah satu pengguna rekam medis elektronik yang digunakan sebagai sarana dalam pendokumentasian catatan keperawatan terkait dengan penerapan rekam medis elektronik di unit rawat inap. Penelitian dilakukan di unit rawat inap Brawijaya Women and Children Hospital mulai dari bulan Februari-Juni 2008. Jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian kualitatif dengan pengambilan informan disesuaikan dengan prinsip kesesuaian dan kecukupan dengan total 11 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Validasi data dilakukan dengan metode sumber dan metode.
Hasil penelitian didapatkan dengan melihat persepsi perawat terhadap ketenagaaan, sarana, kebijakan dan dukungan organisasi dalam rangka penerapan rekam medis elektronik ini. Persepsi perawat terhadap ketenagaan yang terdiri dari aspek pengetahuan dan pengalaman menunjukkan bahwa pengetahuan pengguna yang masih sangat kurang akan manfaat rekam medis elektronik ini sehingga keinginan untuk menggunakan rekam medis elektronik ini masih kurang. Dilihat dari persepsi perawat tentang sarana, membuktikan bahwa sarana yang digunakan saat ini untuk alat pendokumentasian dalam rekam medis elektronik ini perlu dilakukan penyempurnaan dan perbaikan secara menyeluruh dan berkelanjutan. Dilihat dari kebijakan rumah sakit, saat ini belum ada SK atau Peraturan Rumah Sakit atau SOP yang mengatur tentang penerapan rekam medis elektronik di Brawijaya Women and Children Hospital. Dilihat dari dukungan organisasi, menurut perawat saat ini, dukungan organisasi masih dirasakan kurang, sehingga belum jelas apa feedback yang akan diberikan rumah sakit, ketika para perawat ini berhasil menjalankan tanggung jawabnya dengan baik.
Dari hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah dilakukan penambahan pengetahuan perawat melalui pelatihan yang berkelanjutan terutama berkaitan dengan pendokumentasian dalam rekam medis elektronik, melakukan perbaikan dan penyempurnaan sarana, membuat kebijakan dan peraturan rumah sakit mengenai rekam medis elektronik ini dan mensosialisasikan, melakukan pengawasan dan evaluasi sehingga dapat mengetahui kendala-kendala yang ada di lapangan."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, Elyn Dohar Idarin
"Infeksi protozoa usus pada kelompok usia anak masih merupakan masalah kesehatan di negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Di Indonesia dilaporkan prevalensinya berkisar antara 6,1-57,0%. Namun, infeksi protozoa usus pada anak seringkali tidak terdiagnosis karena gejala seringkali sudah tidak khas akibat berbagai pengobatan yang diberikan, terutama di rumah sakit tersier. Hasil negatif palsu juga dapat ditemukan pada kelompok pasien ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi terkait profil klinis pasien anak dengan kecurigaan diagnosis infeksi parasit usus serta hubungannya dengan hasil pemeriksaan spesimen feses. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi infeksi protozoa usus pada anak di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo serta mengetahui karakteristik klinis dan faktor yang berhubungan dengan deteksi protozoa usus. Penelitian dilakukan secara potong lintang retrospektif, menggunakan data rekam medis pasien anak usia <18 tahun dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang diperiksa fesesnya di Laboratorium Parasitologi FKUI. Data demografi, status gizi, riwayat penyakit, riwayat pemberian obat antiparasit, status HIV dan nilai CD4, dan hasil pemeriksaan feses diekstraksi dari rekam medis. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antarvariabel terhadap deteksi protozoa usus. Dari total 251 rekam medis pasien yang tercatat pada tahun 2018 hingga 2020, terdapat 97 sampel yang memenuhi kriteria eligibilitas penelitian dan dilakukan analisis. Hasil penelitian menunjukkan proporsi infeksi protozoa usus sebesar 10,3% (10/97). Infeksi Blastocystis hominis paling banyak ditemukan (6/10), diikuti Cryptosporidium spp. (3/10), Giardia duodenalis (2/10), Cyclospora sp. (1/10) dan Entamoeba histolytica (1/10). Kelompok usia sekolah, status HIV positif, dan nilai CD4 <200 sel/μl merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan deteksi protozoa usus pada studi ini.

Intestinal protozoa infection in the child age group is still a health problem in developing countries, one of which is in Indonesia. In Indonesia, the reported prevalence ranges from 6.1% to 57.0%. These infections tended to be undiagnosed due to nonspecific clinical and laboratory findings, as the patients might have been exposed to various antimicrobial treatments prior to examination. Thus, a study on the relationship between patients’ clinical profiles and stool specimen results needs to be performed. The current study aimed to identify the proportion of intestinal protozoan infection in pediatric patients at Cipto Mangunkusumo General Hospital and the associated factors of the infection. The research was a retrospective, cross-sectional study on patients aged <18 years. Data on patients’ medical records were retrieved: demography, nutritional status, past medical history, treatment history, HIV status, CD4 levels, and results of the fecal examination. Bivariate analysis was performed to identify the associated factors of intestinal protozoan infection. A total of 251 medical records from patients admitted in years 2018 through 2020 were obtained, among which 97 fulfilled the eligibility criteria and underwent final analysis. The proportion of intestinal protozoan infection was 10.3% (10/97), the most prevalent being Blastocystis hominis (6/10), followed by Cryptosporidium spp. (3/10), Giardia duodenalis (2/10), Cyclospora sp. (1/10) and Entamoeba histolytica (1/10). Current study results demonstrated that being school-age children, being HIV-positive, and having CD4 <200 cells/μl contributed to intestinal protozoan infection."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lucia Sri Sunarti
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Clostridium docile merupakan salah satu kuman anaerob penyebab infeksi nosokomial. Infeksinya dapat berupa Antibiotic Associated Diarrheae (AM) ataupun Pseudomembranous Colitis (PMC). Bayi dan neonates dianggap sebagai sumber penyebab infeksi nosokomial oleh kuman tersebut karena organisme ini ditemukan sebagai flora normal dalam saluran pencernaannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persentase anak berumur kurang dari 1 tahun yang dalam fesesnya ditemukan Clostridium difficile toksigenik. Deteksi toksin dilakukan dengan uji koaglutinasi lateks terhadap filtrat kultur organisme dan dibandingkan dengan uji sitotoksisitas menggunakan biakan sel BHK-21. Isolasi organisme dilakukan pada media Cycloserine Cefoxitin Fructose Agar (CCFA) dan Cycloserine Cefoxitin Manitol Agar (CCMA). Penggunaan media CCMA bertujuan untuk memperoleh cara identifikasi Clostridium dicile yang mudah dan praktis.
Hasil dan kesimpulan : Ditemukan 11,7 % anak berumur kurang dari 1 tahun mengandung Clostridium difficile toksigenik dalam fesesnya. Uji koaglutinasi lateks yang dilakukan terhadap filtrat kultur organisme memberikan nilai sensitivitas sebesar 100 %, nilai spesifisitas 100 %, nilai prediktif positif 100 % ,don nilai predlktif negatif 100 % ,dengan menggunakan uji sitotoksisitas sebagai gold standard. Jumlah dan jenis bakteri yang tumbuh pada media CCFA dan CCMA adalah sama, koloni Clostridium dif,ficile yang tumbuh pada media CCMA memiliki warna yang spesifik yaitu loaning sedang koloni spesies Clostridium lain berwarna merah muda. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa 11,7 % anak membawa Clostridium difficile toksigenik dalam saluran cernanya, uji koaglutinasi lateks dengan filtrat kultur organism memberikan hasil yang sama dengan uji sitotoksisitas dengan biakan sel BHK-21, penggunaan media CCMA tidak berpengaruh terhadap tingkat isolasi Clostridium difficile bahkan memberikan gambaran koloni yang lebih spesifik sehingga mempermudah dan mempersingkat waktu identifikasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T8306
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shields, Linda
"Anak-anak adalah makhluk unik yang membutuhkan perhatian dan orang dewasa termasuk orang tua dalam rangka membimbing menghadapi masalah-masalah selama masa anak-anak. Seorang anak yang sakit membutuhkan lebih perhatian dari orang-orang dewasa termasuk perawat dalam rangka memhantunya menghadapi pengalaman selama sakit. Di masa lalu, Rumah Sakit anak tidak dilihat sebagai tempat yang nyaman untuk anak-anak yang sedang sakit. Rumah sakit telah dianggap sehagai tempat pemisah antara anak-anak dan orang tuanya. Beberapa tahun terakhir, Rumah sakit di negara-negara yang sedang berkembang telah berubah citranya dari sebuah tempat untuk : naughty boy menjadi suatu tempat dimana seorang anak dapat melanjutkan kegiatan hariannya dengan atau tanpa orang tua. Mempertimbangkan sejarah perkembangan Rumah Sakit-Rumah Sakit anak amat penting bagi mereka yang terlibat pelayanan/asuhan keperawatan pada anak-anak.
Artikel ini mendiskusikan tentang sejarah Rumah Sakit anak, dan berfokus pada betapa pentingnya mempersiapkan anak yang sakit untuk menghadapi proses perpisahan. Artikel ini juga membahas tentang fase-fase yang harus dilalui oleh anak-anak yang dipisahkan dari orang tuanya selama sakit.

Children are unique human beings- who need attention from an adult including their parents m order to assist him/ deal with problems in their childhood period. An unhealthy child needy more attention from adult person including 1 order lo assist him/her to deal with experiences during his/her period.
Children?s hospital '- was not always seen ax a convenient place for unhealthy children. They were thought as place >u Id detach children from their parents. However, considering the history of development of children s hospitals is important for those who are involved in nursing care for children.
This article discusses about a history of children?s hospitals and focuses on how important to prepare unhealthy child to face a separation process. The article also discusses about stages through which children who &re separated from their parents go.
"
1999
JJKI-II-7-Sept1999-242
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Elfikri Asril
"Pendahuluan: Indonesia dengan kapasitas penapisan neonatus yang belum baik, memiliki angka kejadian developmental dysplasia of the hip (DDH) lambat-diagnosis yang cukup tinggi sehingga usia pasien saat dioperasi lebih besar dibanding negara maju. Hingga saat ini belum banyak penelitian yang dilakukan mengenai luaran pasca operasi DDH di Indonesia. Studi ini bertujuan untuk mengetahui luaran anatomis dan fungsional pasien DDH yang dilakukan operasi satu tahap dengan reduksi terbuka, rekonstruksi tulang femur, dan acetabuloplasty.
Metode: Studi ini mengikutsertakan 21 pasien (24 panggul) yang dioperasi antara Januari 2013 hingga Januari 2020. Prosedur operasi yang dilakukan adalah operasi satu tahap reduksi terbuka, rekonstruksi femur dan acetabuloplasty (Salter innominate atau Pemberton). Semua operasi dilakukan oleh satu orang ahli pediatrik orthopaedi yang sama. Luaran anatomis dievaluasi dengan klasifikasi Severin dan sudut acetabular index pasca operasi. Luaran fungsional diukur dengan kriteria McKay dan skor CHOHES (Children’s Hospital of Oakland Hip Evaluation Scores).
Hasil: Rata – rata usia pasien saat operasi adalah 6 tahun dan rata – rata durasi follow up 43 bulan. Derajat Severin baik dan baik sekali pada 23 panggul, derajat McKay baik dan baik sekali pada 19 panggul serta skor CHOHES baik dan baik sekali pada 19 panggul. Acetabular index pasca operasi signifikan lebih baik dibanding pre operasi (p=0,01). Pasien dengan usia kurang dari 5 tahun memiliki luaran Severin dan McKay lebih baik dibanding yang lebih tua (p<0,05). Derajat Severin berbanding lurus dengan derajat McKay (p=0,01).
Kesimpulan: Operasi satu tahap dengan reduksi terbuka, rekonstruksi tulang femur, dan acetabuloplasty pada DDH memberikan hasil yang memuaskan baik dari segi anatomis maupun fungsional. Usia saat dilakukan intervensi merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap luaran pasca operasi.

Introduction: Indonesia, with its poor neonatal screening capacity, has a fairly high incidence of late-diagnosis developmental dysplasia of the hip (DDH) so that the patient's age at surgery is higher than in developed countries. Until now, not much research has been done on the postoperative outcome of DDH in Indonesia. This study aims to determine the anatomical and functional outcomes of DDH patients who underwent single-stage surgery with open reduction, femur reconstruction, and acetabuloplasty.
Method: This study included 21 patients (24 hips) who undergone surgery between January 2013 and January 2020. The surgery was a single-stage procedure of open reduction, femoral reconstruction and acetabuloplasty (Salter innominate or Pemberton). All of the surgery was conducted by the same pediatric orthopaedic surgeon. Anatomical outcome was evaluated by Severin classification and postoperative acetabular index. Functional outcome was measured by McKay criteria and CHOHES (Children’s Hospital of Oakland Hip Evaluation Scores).
Results: The mean age at the time of operation was 6 years and the average duration of follow up was 43 months.The Severin’s grade was good to excellent in 23 hips, the McKay’s score was good to excellent in 19 hips and the CHOHES score was good to excellent also in 19 hips. Postoperative acetabular index was significantly better than preoperative. (p=0,01). Patient younger than 5 years old had better grades of Severin and McKay (p<0,05). Severin’s and McKay’s grade were directly proportional (p=0,01).
Conclusion: Single-stage procedure of open reduction, femoral reconstruction, and acetabuloplasty in DDH gives satisfactory results both of anatomically and functionally. Age is the significant factor for better outcomes. Early diagnosis and intervention is therefore imperative in the successful treatment of patients suffering from DDH.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library