Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Henny Dwi Susanti
"ABSTRAK
Penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan mengakibatkan tingginya angka kematian adalah kanker serviks. Upaya untuk mencegah terjadinya kematian perempuan akibat kanker serviks diperlukan motivasi perempuan untuk melakukan pemeriksaan skrining kanker serviks. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi perempuan untuk melakukan pemeriksaan skrining kanker serviks. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan triangulasi dengan menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menjelaskan faktor yang paling dominan mempengaruhi motivasi adalah faktor pembiayaan. Direkomendasikan untuk meningkatkan motivasi perempuan untuk melakukan skrining kanker serviks dengan membuat program dan strategi yang sesuai kemampuan dan kebutuhan perempuan.

ABSTRACT
A disease that attracts world?s attention and results the high mortality rate is cervical cancer. In order to prevent the occurrence of women?s death caused by cervical cancer, women need a motivation to perform a cervical cancer screening test. The purpose of this research was to determine factors affecting women?s motivation to perform a cervical cancer screening test. This research was conducted using triangulation approach with a combination of quantitative and qualitative methods. The result showed that the most dominant factor affecting motivation was financial factor. It is recommended to increase women?s motivation to perform a cervical cancer screening by developing a program and strategy suitable to women?s capacities and needs."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T32934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismarliani
"ABSTRAK
Kanker serviks menempati urutan keempat di dunia. Menurut WHO, kasus baru kanker serviks tahun 2018 sebanyak 570.000 dengan angka kematian sebanyak 311.000. Di Indonesia, berdasarkan data Globocan tahun 2018, kasus baru kanker serviks sebanyak 32.469 menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Angka kematian kanker serviks di Indonesia mencapai 18.279 per tahun. Salah satu faktor yang membuat tingginya angka kejadian kanker serviks dikarenakan terlambatnya penemuan kasus kanker serviks. 70% kasus kanker serviks yang ditemui di rumah sakit berada pada stadium lanjut sehingga angka kematian kanker serviks menjadi tinggi. Skrining kanker serviks bertujuan mengurangi angka kejadian dan angka kematian kanker serviks. Jika kanker serviks terdeteksi sejak awal tahap pra kanker, maka dapat diberikan tindak lanjut pengobatan sehingga tidak berkembang menjadi kanker serviks. Namun, kenyataannya cakupan skrining kanker serviks masih rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan hambatan terkait dengan perilaku pemanfaatan skrining kanker serviks. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data melalui wawancara mendalam. Informan penelitian terdiri dari 5 orang yang sudah pernah skrining kanker serviks dan 5 orang yang belum pernah skrining kanker serviks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan yang pernah skrining kanker serviks memiliki pengetahuan yang lebih baik, sebagian besar informan memiliki sikap positif terhadap skrining kanker serviks. Ketakutan merupakan faktor yang menjadi hambatan melakukan skrining kanker serviks. Alasan informan tidak melakukan skrining kanker serviks karena takut, tidak ada gejala, dan kurangnya informasi. Hampir semua informan yang pernah melakukan skrining kanker serviks karena motivasi diri sendiri. Pengetahuan yang baik, sikap yang positif, serta tidak adaya hambatan memungkinkan informan untuk melakukan skrining kanker serviks.

ABSTRACT
Cervical cancer ranks fourth in the world. According to WHO, new cases of cervical cancer in 2018 were 570,000 with a death rate of 311,000. In Indonesia, based on Globocan data in 2018, 32,469 new cases of cervical cancer rank second after breast cancer. Cervical cancer mortality rate in Indonesia reaches 18,279 per year. One of the factors that make the high incidence of cervical cancer is due to the late discovery of cervical cancer cases. 70% of cervical cancer cases found in hospital are at an advanced stage so that the cervical cancer mortality rate is high. Cervical cancer screening aims to reduce the incidence and mortality rate of cervical cancer. If cervical cancer is detected early in the pre-cancer stage, follow-up treatment can be given so that it does not develop into cervical cancer. However, the reality is that cervical cancer screening coverage is still low. The purpose of this study was to describe the knowledge, attitudes, and barriers associated with cervical cancer screening behavior. This study uses a qualitative method with a case study approach. Data collection through indepth interviews. The research informants consisted of 5 people who had been screened for cervical cancer and 5 people who had never been screened for cervical cancer. The results showed that the informants who had cervical cancer screening had better knowledge, most of the informants had a positive attitude towards cervical cancer screening. Fear is a factor that hinders cervical cancer screening. The reason the informants did not do cervical cancer screening was because of fear, no symptoms, and lack of information. Almost all informants who had cervical cancer screening were self-motivated. Good knowledge, a positive attitude, and no obstacles allowed the informants to do cervical cancer screening."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhasanah
"ABSTRAK
Deteksi dini kanker serviks merupakan salah satu upaya dalam menurunkan prevalensi kasus baru dan kematian karena kanker serviks yang setiap tahunnya terus meningkat. Namun, di Negara berkembang seperti Indonesia, partisipasi perempuan dalam menggunakan layanan deteksi dini kanker serviks masih sangat rendah.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan antara faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan jumlah responden sebanyak 176 perempuan usia 20-60 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Srensgseng Sawah Jakarta Selatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara pengetahuan (p = 0,000), sikap (p=0,026), hambatan (p=0,000) dengan perilaku pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA. Untuk meningkatkan penggunaan layanan deteksi dini kanker serviks, dibutuhkan pendidikan kesehatan dan kebijakan yang mendorong serta menjamin keterjangkauan penggunaan layanan deteksi dini kanker serviks bagi seluruh perempuan di Indonesia.

ABSTRACT
Cervical cancer screening is one way to reduce the prevalence of new cases and deaths caused by cervical cancer which every year increasing. However, in developing countries such as Indonesia, participation womens to uptake cervical cancer screening services is still very low.
The purpose of this study is to identify correlation between the factors related to the behavior of cervical cancer screening with VIA. This study used cross sectional method with 176 womans aged 20-60 years as respondent who lived in Kelurahan Srengeng Sawah South Jakarta.
The results of this study showed that there is a statistically significant relationship between knowledge (p = 0,000), attitude (p=0,026), barriers (p=0,000) with behavior of cervical cancer screening by IVA method. To increase uptake of cervical cancer screening service needs health education and policies that encourage and ensure accesibility cervical cancer screening for all Indonesian women.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyoman Bagus Donny Aryatma Mahadewa
"Latar Belakang: Kanker serviks masih merupakan penyakit keganasan tersering kedua yang mengenai perempuan di Indonesia dimana setiap tahunnya didapatkan hampir 15.000 kasus baru dan setengahnya meninggal.1-4 Oleh karena itu, skrining kanker serviks penting sebagai usaha pencegahan primer. Metode inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) merupakan metode alternaltif yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Female Cancer Program (FCP)-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) berkolaborasi dengan Universitas Leiden memiliki program see and treat yaitu skrining lesi prakanker serviks dengan metode IVA dan secara langsung dapat memberikan krioterapi pada kunjungan pertama. Sejak 2007 hingga 2011,FCP Jakarta melakukan skrining lesi prakanker serviks dengan metode IVA melibatkan 25.406 perempuan yang tersebar di beberapa wilayah Jakarta. Dengan menggunakan data tersebut, kita dapat mengetahui prevalensi dan faktor-faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya IVA positif di Jakarta yang berguna bagi peningkatan performa kegiatan skrining pencegahan kanker serviks.
Tujuan: Untuk mengetahui prevalensi IVA positif di Jakarta dari 2007 - 2011 dan faktor-faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya lesi prakanker yang ditandai dengan IVA positif.
Metode Penelitian: Penelitian potong lintang menggunakan data program see and treat dari Desember 2007-Desember 2011, dilaksanakan oleh FCP di 6 wilayah di Jakarta menggunakan metode IVA yang dilakukan oleh dokter umum serta bidan yang ada di puskesmas dibawah pengawasan teknik oleh dokter spesialis Obsteri dan Ginekologi.
Hasil Penelitian: Sejak Desember 2007 hingga Desember 2011 terdapat sebanyak 25.406 perempuan yang mengikuti program see and treat. Dari 25.406 perempuan terdapat 1192 kasus (4,7%) perempuan dengan hasil IVA positif dimana 1162 kasus (97%) diantaranya memiliki luas lesi acetowhite<75% dan sisanya memiliki luas lesi acetowhite>75%. Sebanyak 4745 kasus (18%) perempuan mengalami servisitis dan 19 kasus (0,07%) perempuan sudah menderita kanker serviks. Faktor-faktor risiko yang menunjukkan hubungan kemaknaan (p<0,05) terhadap timbulnya IVA positif yaitu jumlah pernikahan, paritas, kebiasaan merokok dan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan odd ratio 1,51;1,85;1.95 and 0,68 secara berurutan.
Diskusi dan Kesimpulan: Prevalensi IVA positif masih cukup tinggi pada populasi Jakarta dan faktor risiko jumlah pernikahan, paritas, kebiasaan merokok dan penggunaan kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi hasil IVA.

Background: Cervical cancer is still the 2nd most frequent cancer in women especially in developing countries that almost 15,000 women were diagnosed with cervical cancer every year in Indonesia and half of them died from the disease.1-4 Therefore screening program is still important to prevent it.Inspection with acetic acid (VIA) is introduced as an alternative method that more suitable with indonesia?s condition. The female cancer program (FCP)-Faculty of Medicine University of Indonesia (FMUI) organization collaborates with University of Leiden has a program called see and treat program that screen precancerous lesions using VIA method and simultaneously offer the immediate therapy on the first visit setting using cryotherapy. Since 2007 until 2011, the FCP from Jakarta Regional has done cervical cancer screening involving 25.406 correspondents patients spreading across several primary health centers and other agencies in several areas of Jakarta. By using these data, we can find out the prevalence and risk factor of VIA positive in Jakarta as a useful data to improve the performance of cervical cancer screening program.
Objective: The purpose of the study was to report the prevalence and risk factor of VIA Test-Positive in Jakarta from 2007- 2011.
Material and Method: An Observational study using the data from see and treat program that has been conducted at several areas in Jakarta from December 2007 until December 2011. VIA was used as the screening method, and performed by doctors and midwives in community health centers with technical supervision by gynecologists and management supervision by District and Provincial Health Officers.
Results: Starting December 2007 to December 2011, there were 25.406 women screened with VIA (Visual inspection with acetic acid). From 25.406 correspondents that had been screened, there were 1192 cases (4,5%) of VIA test positive. The risk factors that significantly (p<0,05) can influence the result of VIA in this study were number of marriage, parity, smoking habits and the use of hormonal contraception with OR 1,51;1,85;1.95 and 0,68 respectively.
Disscussion and Conclusions: Prevalence of VIA test-positive is still high in Jakarta population and number of marriage, parity, smoking and the use of hormonal contraception can influence the result of VIA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library