Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tati Asiati Pouw
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1968
S2193
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Rizky Putri Rahmawati
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ketahanan keluarga pada keluarga yang memiliki anak cerebral palsy dan bersekolah di YPAC Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Data kualitatif yang diperoleh dikumpulkan melalui studi literatur, observasi, dan wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini, yaitu menggambarkan sumber kesulitan dan sumber kekuatan yang dimiliki oleh keluarga dengan anak cerebral palsy. Selain itu, penelitian ini juga melihat interaksi yang terjalin antara keluarga dengan lingkungan di sekitarnya. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui jika sumber kesulitan dan sumber kekuatan dominan berasal dari dalam diri anggota keluarga individu, dimana ketika sumber kesulitan tidak didukung oleh sumber kekuatan maka sumber kesulitan tersebut dapat menghasilkan sumber kesulitan baru. Ketika keluarga memiliki sumber kesulitan yang banyak dan tidak memiliki sumber kekuatan yang memadai, maka keluarga akan mengalmi krisis. Krisis tersebut dapat diminimalisir dengan adanya bantuan dari lingkungan di sekitarnya, seperti keluarga besar dan komunitas di sekitar keluarga.

This study aims to describes family resilience in families who have cerebral palsy children and studying at YPAC Jakarta. This research used qualitative approach with case study research. Qualitative data were collected from literature study, observation and interview. The results of this research shows that every family with cerebral palsy children has a different risk and protective factors. The dominants factors comes from within the individual, and every risk and protective factors could bring up another risk and protective factors. When families have many risk factors and do not have adequate protective factors, the family will end up in crisis. The crisis can be minimized with the help of the surrounding environment, such as extended families and communities around the family. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naila Elvarra Octiasti
"Tanaman ganja atau cannabis sativa merupakan tanaman liar yang seluruh bagiannya memiliki kandungan psikoaktif, yaitu delta 9 tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidiol (CBD). Tanaman ganja dapat digunakan sebagai pengobatan untuk penyakit tertentu, salah satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy merupakan gangguan pada fungsi otak. Isu penggunaan ganja sebagai pengobatan untuk penyakit tertentu kembali terangkat di Indonesia ketika seorang ibu melakukan aksinya yang menyerukan ia membutuhkan tanaman ganja untuk pengobatan anaknya yang mengalami cerebral palsy. Berangkat dari hal tersebut timbul beberapa rumusan masalah antara lain: (1) Pengaturan penyandang disabilitas terkait penyakit cerebral palsy; (2) Pengaturan ganja di Indonesia untuk keperluan medis; dan (3) Analisis putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 106/PUU-XVIII/2020. Bentuk penelitian berupa yuridis-normatif, tipe penelitian deskriptif, pendekatan kualitatif, dan bahan hukum primer, sekunder, serta tersier. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka dan wawancara. Pemanfaatan tanaman ganja untuk pengobatan cerebral palsy dengan kejang tidak dapat digunakan di Indonesia karena selain penggunaannya dilarang oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Indonesia juga belum memiliki penelitian terhadap pemanfaatan tanaman ganja dalam bidang. Dampak adanya putusan tersebut antara lain adalah adanya kepastian hukum, tertutupnya peluang pengujian kembali, pemerintah harus segera melakukan penelitian ganja medis, serta penentuan kebijakan ada di Dewan Perwakilan Rakyat.

Cannabis plant or cannabis sativa is a wild plant that contains of psychoactive component: delta 9 tetrahydrocannabinol (THC) and cannabidiol (CBD). Based on literature, it is stated that cannabis plant can be used as a treatment for a certain diseases, one of which is cerebral palsy. Cerebral palsy is a neurological disorder caused by a brain injury. The issue of the use of cannabis as a therapy treatment for certain disease was again raised in Indonesia when a mother took action on behalf of her daughter who has cerebral palsy and needs cannabis plants for the treatment. Departing from this, several questions arise, including: (1) Regulations for person with disabilities related to cerebral palsy; (2) Regulations of cannabis in Indonesia in the medical field; (3) Analysis Decisions of the Constitutional Court Number 106/PUU-XVIII/2020. The research was using juridical-normative methods, descriptive research types, qualitative approaches, and primary, secondary, and tertiary legal materials. The data collection tools used were literature studies and interviews. The use of the cannabis plant for therapy treatment of cerebral palsy with seizures cannot be used in Indonesia, apart from being prohibited by Law of the Republic of Indonesia Number 35 of 2009, Indonesia also does not have research on the use of cannabis plants in the medical field. The impact of this decision includes the existence of legal certainty, closing the opportunity for re-testing, the government must immediately conduct research on medical cannabis, and policies in the House of Representatives."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Rambe, Abdul Mutholib
"Telah dilakukan penelitian mengenai tingkat kecerdasan pasien anak penyandang kelumpuhan otak (CP) di Yayasan pembinaan anak cacad (YPAC) Medan, dengan menghubungkan antara jenis CP, derajat retardasi mental, serta jenis kelamin. Penelitian dilaksanakan secara potong lintang, meliputi semua pasien dengan CP yang terdaftar dalam buku registrasi poliklinik YPAC Medan antara Juli 1987-Juni 1998. Semua di antara 74 pasien yang diikutsertakan dalam penelitian ini mempunyai IQ di bawah rata-rata dan 62% di antaranya berjenis perempuan. Jenis yang paling banyak ialah tipe spastik (65%), kemudian campuran (16%), diskinetik (11%) dan hipotonik (8%). Secara keseluruhan, golongan CP campuran mempunyai derajat retardasi mental paling berat. Secara statistik terdapat hubungan bermakna antara jenis CP dengan tingkat retardasi mental (P < 0.001), dan tak terdapat hubungan bermakna antara jenis CP dengan jenis kelamin. (Med J Indones 2002; 11: 242-5)

Children with cerebral palsy has been investigated at YPAC (Yayasan Pembinaan Anak Cacat / Institute for Crippled Children) Medan to obtain the detailed description of patient?s intelligence level referring to cerebral palsy types and to determine the relationship between palsy types and mental retardation level as well as to relate cerebral palsy types and sex. The study is cross-sectionally conducted involving all cerebral palsy patients listed in registration book of YPAC Policlinic Medan from July 1987 to June 1998. Of 74 patients participated in the study, all had IQ under average and 62% them were female. The most common type is spastic (65%), followed by mixed (16%), dyskinetic (11%) and hypotonic (8%), respectively. Overall, the mixed type had severe mental retardation. Statistically, there is a significant relationship between cerebral palsy types and mental retardation level (p < 0.001). There is no significant relationship between cerebral palsy types and sex. (Med J Indones 2002; 11: 242-5)"
Medical Journal of Indonesia, 2002
MJIN-11-4-OctDec2002-242
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Pertin
"Epilepsi merupakan suatu kondisi kronis yang disebabkan oleh gangguan fungsi otak. Keadaan ini merupakan penyulit yang biasa ditemukan pada berbagai gangguan neurologis seperti kelumpuhan otak (cerebral palsy: CP) yang dapat mengakibatkan kerusakan otak lebih lanjut, terutama apabila disertai dengan serangan kejang yang berlangsung lama. Insidens epilepsi pada penyandang CP berkisar antara 25 ? 35%. Insidens epilepsi yang sering pada pasien penyandang CP menunjukkan bahwa kedua kelainan tersebut agaknya mempunyai penyebab yang sama atau saling berhubungan. Kami melaksanakan suatu studi retrospektif untuk menentukan apakah insidens epilepsi berbeda tergantung pada tipe CP. Data diambil dari rekam medik, meliputi: nama, jenis kelamin, paritas, usia ibu, penatalaksanaan pra, peri dan pasca lahir serta hasil rekaman EEG. Pengolahan data menggunakan uji statistik X2 pada P < 0,05. Didapatkan di antara 67 kasus dengan CP, 53 bertipe CP spastik, 13 kasus campuran dan 1 CP diskinetik. Lelaki 47,8%, Perempuan 52,2% dengan usia rerata 50,3 (SD 36,3) bulan. Pada 25 pasien dengan CP yang berhubungan dengan epilepsi ditemukan 72% dengan kejang umum, 20% dengan kejang parsial, dan 8% dengan spasme infantil. Insidens epilepsi ternyata menunjukkan perbedaan yang bermakna (P < 0,05) tergantung tipe CP dan usia kehamilan saat pasien dilahirkan. Disimpulkan bahwa insidens epilepsi pada pasien penyandang CP di YPAC medan ialah 37,3%, dan terdapat perbedaan bermakna sesuai tipe CP dan usia kehamilan saat pasien dilahirkan. (Med J Indones 2002; 11: 158-63)

Epilepsy is a chronic condition due to cerebral function disorders. Epilepsy occurs as a common complication of many neurological disorders such as cerebral palsy (CP) that can cause further brain damage if especially they are accompanied with prolonged seizure. The incidence of epilepsy among patients with CP varies, 25-35%. The high incidence of epilepsy among patients with CP suggests that these disorders has common or related origins. We carried out a retrospective study to determine the incidence of epilepsy among patients with CP registered July 1988 to June 1998 in YPAC Medan and to determine whether the incidence of epilepsy was different according to type of CP. Data was compiled from medical records, including name, sex, parity, mothers age, prenatal, perinatal, and postnatal history, and EEG resuts. Data were analysed using statistical computer program and its significance was evaluated by chi square test at p < 0.05. There were 67 cases with CP, 53 cases spastic CP, 13 cases mixed CP and one case dyskinetic CP. Of the 67 cases CP, 47.8% were male, 52.2% female with the mean age of 50.3 (SD 36.9) months. There were 25 (37.3%) patients CP associated with epilepsy, 72% general seizures, 20% partial seizures, and 8% infantile spasm. The incidence of epilepsy was significantly different among patients with CP associated with the type of CP and gestational age, p < 0.05. We concluded that the incidence of epilepsy among patient with CP in YPAC Medan was 37.3% and showed significant difference in CP according to type and gestational age. (Med J Indones 2002; 11: 158-63)"
Medical Journal of Indonesia, 2002
MJIN-11-3-JulSep2002-158
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Meiliana
"ABSTRAK
Tesis ini disusun untuk mengetahui kondisi kualitas hidup ibu yang mengasuh anak dengan palsi serebral (PS), serta hubungannya dengan kondisi PS anak, faktor sosial demografik dan kondisi mental ibu. Penelitian menggunakan desain potong lintang. Subjek ibu diminta untuk mengisi kuesioner WHOQOL-BREF dan dilakukan wawancara untuk penilaian faktor sosial demografik dan kondisi mental ibu menggunakan MINI ICD-10, serta penilaian kondisi PS anak melalui pemeriksaan dan data rekam medis. Analisa statistik untuk menilai kualitas hidup ibu serta korelasinya dengan kondisi PS anak, faktor sosial demografik, dan kondisi mental ibu. Hasil penelitian menyatakan bahwa nilai tengah dari kualitas hidup ibu sebesar 50 (31-88), 63 (13-94), 62,5 (0-100), dan 50 (25-75) pada setiap domain. Faktor sosial demografik mempengaruhi kualitas hidup ibu pada faktor usia ibu, usia anak, pendapatan keluarga, jarak dari rumah ke pusat terapi, status tempat tinggal, jenis kelamin anak, pekerjaan ibu, dan pendidikan ibu. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi PS anak dan kondisi mental ibu terhadap kualitas hidup ibu. Maka, penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk mulai memberikan pendampingan dan pelayanan yang komperhensif kepada para ibu yang mengasuh anak dengan PS ataupun kondisi disabilitas lainnya.

ABSTRACT
This thesis was aimed to determine the mother s quality of life (QoL) who caring for cerebral palsy (CP) child, also its relationship with CP child s condition, socio-demographic factors and mother s mental conditions. The design was cross-sectional. Mothers were asked to fill out the WHOQOL-BREF questionnaire and interviews to assess the social demographic factors and mental conditions using the MINI ICD-10, also assess the CP child s condition from examination and medical record data. Statistical analysis was conducted to assess the mother s QoL and its correlation with the CP child s condition, socio-demographic factors, and the mother s mental condition. The results stated that the mean value of mother s QoL were 50 (31-88), 63 (13-94), 62.5 (0-100), and 50 (25-75) in each domain. Social demographic factors affect the mother s QoL on the mother s age, child s age, family income, distance from home to the therapy center, residence state, child s sex, mother s occupation, and mother s education. There is no significant correlation between the CP child s condition and mother s mental condition to the mother s QoL. Thus, this research can be considered to start providing comprehensive assistance and services to mothers with CP child or other disability conditions. "
2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>