Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Donny Warma Dewa
"Ce rapport cherche à analyser la politique de prix de Carrefour Indonésie en observant le processus de la fixation et l'ajustement des prix chez Carrefour Indonésie. A partir des observations aux ces deux éléments principales d'une politique de prix, L'auteur procède au raisonnement inductif concernant la politique de prix de Carrefour Indonésie. Le processus de raisonnement est base sur la comparaison entre les aspects théoriques et réels de la politique de prix, en ces cas la politique de prix du secteur de grande distribution et celle de Carrefour Indonésie
La politique de prix est un concept qui combine les aspects de comptabilité et marketing, de manière que le prix d'un produit doive satisfaire l'objectif den consommateurs, qui est d'acheter un produit duquel ils reçoivent certaine qualité d'utilité au prix raisonnable. Ces aspects sont couverts par le processus de fixation des prix de vente à partir des couts et demande.
Pendant la période du stage qui dure trois mois, l'auteur a observé et participe aux activités journalières de département de priming, de la division de marchandise de Carrefour Indonésie, notamment concernant la maintenance des prix de vente et marges commerciales de marchandise. Dans la réalisation de ces taches, l'auteur a développé une compréhension à fond sur le processus de la fixation des prix et la maintenance des marges. Ce type de compréhension aide l'auteur d'établir une perspicace de tous les aspects de politique des prix de Carrefour Indonésie.
La politique de prix de Carrefour Indonésie, comme celle de I ?industrie, couvre les deux aspects de la politique de prix. La fixation des prix de vente initiaux se procède de la méthode a partir des couts, cependant l'ajustement des prix de vente se procède de la méthode a partir des couts et demande. Afin de suivre la demande de consommateur, Carrefour Indonésie a développé une classification de marchandise orientée à la demande. Cette classification est basée sur la comparabilité des produits et la sensibilité des consommateurs à la variation des prix.
Ca rapport est conclu par quelques conclusions concernant la politique de prix de Carrefour Indonésie, particulièrement sur le processus d'ajustement des prix. A l'égard de ce facteur, Carrefour Indonésie doit clairement définir sa classification de marchandise orientée a la demande et réaliser plus d'études liées a la demande sur les produits auxquels l'entreprise peut maximiser son profit sans réduisant les ventes.

This report is an attempt to analyze the pricing policy of Carrefour Indonesia by observing the process of price setting and adjustment in Carrefour Indonesia. From the observations on these principal elements of pricing policy of Carrefour Indonesia. The analysis is based on the concerning the pricing policy of Carrefour Indonesia. The analysis is based on the asessment of theoretical and factual aspects of pricing policy, in this case, the pricing policy of the retail industry and the pricing policy of Carrefour Indonesia.
Pricing policy is a concept that combines the aspects of accounting and marketing, in a sense that the price of a product must satisfy the objective of the company, which is to sell a product more than the cost of producing it, and the objective of the consumers, which is to buy a product that gives them a certain kind of utility reasonables price. These aspects are covered by the process of price setting that based on cost and on demand.
During the internship program that last for three months, the writer has observed and participated in day-to-day activities of the pricing department in the merchandise division of Carrefour Indonesia, especially in the tasks of maintaining retail price and commercial margin of the merchandise. In performing these tasks, the writer has developed a profound comprehension on the process of price setting and margin maintenance. This kind of comprehension helps the writer to establish an insight of all the aspects of pricing policy of Carrefour Indonesia.
The pricing policy of Carrefour Indonesia, as that of the industry, covers the two aspects of pricing policy. THe initial price setting proceeds in a cost and demand oriented method. In order to follow the consumer's demand, Carrefour Indonesia has developed a demand-oriented method of merchandise classification. This classification is based on comparability of the products and consumer's price sensitiveness.
This report is concluded by several findings concerning the pricing policy of Carrefour Indonesia, particularly in the process of price adjustment. In this process, Carrefour Indonesia must clearly define its demand oriented product category and perform more demand-related study on the products where the company can maximize its profit without reducing the sales."
2000
T1364
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Puspitasari
"ABSTRAK
Konsep hypermarket merupakan sebuah alternatif untuk mengatasi menurunnya daya bell masyarakat sebagai akibat dari krísis ekonomi Karena dengan konsep ini hypermarket menawarkan harga yang lebih rendah dibandingkan supermarket ataupun minimarket. Hal ini membuat para ritel hjpermarket saling bersaing dalam menjaring konsumen agar berbelanja di tempatnya. Walau bagaimanapun juga keputusan untuk melakukan pembelian, tetap ada ditangan konsumen. Konsumen akan rnemutuskan untuk membeli kebutuhannya di salah satu hypermarket tersebut jika mereka merasa nyaman dan harga yang ditawarkan murah.
Karya akhir ini memiliki tiga tujuan utama yaitu mengetahui top of mind dari konsumen terhadap setiap hypermarket yang ada di Jakarta, mengetahui dan menganalisis perilaku konsumen terhadap setiap hypermarket yang ada di Jakarta, serta mengetahui atribut-atribut yang dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan konsunisi akan kcbutuhannya pada hypermarket tersebut.
Studi karya akhir ini menggunakan dua pendekatan yaitu penelitian ekaploratori dan penelitian deskriptif Penelitian eksploratori dilakukan untuk mengetahui atribut-atribut yang menjadi pertimbangan konsumen pada setiap kunjungannya untuk berbelanja pada saiah satu hypermarket tersebut sedangkan penelitian deskriptif daiam bentuk kuesioner ditujukan untuk mendapatkan informasi data primer mengenai perilaku konsumen hpermarket. Populasi target dalam peneiitian ini adalah semua orang yang berbeanja pada retail hypermarket yang dimaksud (Alfa, Carrefour, dan Makro) yang berdomisili di Jakarta.
Hasil penelitian pada karya akhir ini menunjukkan bahwa dari sisi awareness, Makro menempati posisi pertama untuk Top of mind awareness diikuti oleh Carrefour. Sedangkan peringkat pertarna untuk pengujian unaided awareness ditempati oleh Carrefour. Dalam aided awareness, lebih dari 90% responden dari total 150 responden memiliki awareness terhadap 3 nama hypermarket yaitu Carrefour , Makro dan Alfa.
Dari sisi perilaku konsumen menunjukkan bahwa penilaku responden saat berbelanja di hypermarket cukup bervariasi.
Pertama, setiap responden pernah melakukan pembelanjaan pada lebih dari satu hypermarket dengan alasan bahwa lokasi dari hypermarket mudah dicapai, harga relatif murah produk yang dijual lengkap, kemudahan dalam mencari barang, kenyamanan berbelanja, kualitas barang baik, parkír luas dan aman serta kebersihan yang teriaga.
Kedua, sebagian besar responden sering melakukan pembelanjaan rutin pada hypermarket tersebut dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan usaha. Dengan rata-rata lama waktu yang paling banyak digunakan konsumen adalah sam jam. Dan hari yang paling sering digunakan sebagai waktu untuk berbelanja adalah pada saat akhir pekan bersama -sama dengan keluarga.
Ketiga, kategori produk yang paling banyak dibeli pada hypermarket adalah kategori produk toiletries, diikuti dengan beras / tepung / gula, sayur / buah serta peralatan rumah tangga dan penlengkapan dapur / bumbu.
Keempat, sebagian besar responden dalam berbelanja selalu membuat daftar belanja terlebih dahulu sehingga lebih terencana. Namun walaupun sudah membuat daftar belanja, banyak responden menyatakan bahwa pola pembelanjaan tidak sesuai dengan daftar belanja karena rnereka suka melakukan pembelanjaan seketika begitu melihat produk produk yang ada di setiap display atau yang sedang metniliki harga diskon. Kategori produk yang sering dibeli untuk pembelian seketika adalah snack / minuman ringan, pembelian makanan olahan seperti sosis, bakso, makanan yang sudah jadi, toiletries, roti bakery serta sayur / buah.
Kelima, sistem pembayaran yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah tunai.
Dari analisis cross tabulation menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilih untuk melakukan pembelanjaan pada akbir pekan dengan keluarga sebagai teman belanja, dan bagi reponden yang melakukan pembelanjaam pada hari kerja Iebih memilih untuk berbelanja sendiri atau didampingi rekan kerja Dan sebagian besar responden berbelanja dalam kisaran kurang dari 1 jam, 60 menit dan 90 menit dengan rata-rata besar pengeluaran adalah Rp 200.001 - Rp 400.000. Dengan waktu 120 mcenit terdapat 2 responden yang berbelanja dengan kisaran pengeluaran Rp 2000.001 ? Rp 3000.000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin lama konsumen berada didalam hypermarket tersebut, maka semakin besar pula pengeluarannya.
Dan importance analysis menunjukkan bahwa yang menjadi faktor utama yang dipertimbangkan oleh responden dalam memilih dan membeli barang kebutuhan di hypermarket pada umurnnya adalah kualitas produk dan harga. Dan dari basil perhitungan melalui analisis faktor, terdapat 4 dimensi yang harus diperhatikan bagi masing-masing ritel swalayan hypermarket yaitu produk, harga, fsailitas dan promosi. Temuan ini memberikan beberapa implikasi bagi pihak manajemen ritel terutama bagi manajemen ritel hypermarket bahwa awareness konsumen dapat terus ditingkatkan dengan menambah event promosi serta terus meningkatkan eksposure ritelnya meIalui media cetak dan elektronik. Implikasi lain bagi pihak rnanajemen dan masing-masing market adalah sebaiknya terus meningkatkan performancenya baik melalui fasilitas yang dimilikìnya maupun suasana tokonya. Serta masing-masing Pihak ritel hypermarket diharapkan dapat terus mengadakan riset mengenal ritelnya dan juga kompetitornya secara berkesinambungan sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan yang dapat teijadi mengenai perilaku konsumennya untuk mengantisjpasj perpindahan konsumen ke kompetitor."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kumalasari
"Tesis ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif terhadap data kepustakaan atau data sekunder. Yang menjadi permasalahan adalah apakah penetapan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modem sesuai dengan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat? Apakah pemberian izin pendirian pasar modern dapat mematikan usaha pasar tradisional (usaha kecil) dilihat dari aspek hukum persaingan usaha? Yang perlu dipahami dengan berlakunya Prinsipprinsip persaingan usaha terhadap Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 adalah harmonisasi hukum yang dapat memberikan jaminan dan kepastian hukum dalam menciptakan iklim persaingan yang sehat, kondusifj dan seimbang sehingga terwujud keadlian antara pelaku usaha kecil, menengah, besar, dan dapat mensejahterakan konsumen. Penataan hukum perpasaran swasta di DKI Jakarta telah diawali dengan adanya Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2002 yang secara normatif telah mengatur mengenai letak, perizinan, dan jam beroperasi pasar. Seiring pesatnya perkembangan ritel, maka berkembang pula kepentingan para penanam modal untuk mengembangkan usahanya di bidang ritel di Indonesia. Sehingga diperlukan peraturan mengenai perlindungan terhadap pelaku usaha kecil khususnya di bidang perizinan agar dapat tercipta level playing field yang seimbang. Sebagai hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 secara substansi belum dapat mengakomodasi kepentingan pelaku usaha kecil dan cenderung masih melindungi kepentingan pelaku usaha besar. Demikian Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 belum selaras dengan prinsip-prinsip persaingan usaha. Sementara itu di bidang perizinan, implementasinya tidak terlepas dari budaya hukum Pemerintah Daerah yang berwenang dalam pemberian izin pendirian pasar modem.

The research method for this study is a juridical-normative study, while using literature or secondary documents. The issues of this study are the determination on Regulation o f the President the Republic o f Indonesia No.l 12 of 2007 concerning Organization and Directions o f Traditional Market, Shopping Centers, and Modem Stores suited with the principles of unfair business competition, and whether the permission of the modem market can harming a traditional market enterprise (small business) according to competition law aspect. Things to be understood with the enacted of principles of competition law and the regulation of president No.l 12 of 2007 is a harmonization of law so that can provide a guarantee and legal certainty in creating the fair competition, conducive, balance, and equity among small enterprise, micro, large, and creating a consumer's welfare. In building the private market's atmosphere in DKI Jakarta, the ordering private market law has begun by the presence of Regulation of District No.2 of 2002, which normatively regulate about zoning, licencing, and determining business hour. The development of retail also increasing the interest of investors to develop business in the Indonesia's retail sector. Therefore, there is a need to create regulation about small enterprise protecting particularly in licencing sector to creating an equal level playing field. As a result of this study, The Regulation of President No.l 12 o f2007 substantially not yet accomodate the interest o f small business enterprise and still tend to protect the interest of large business. Therefore the Regulation of President No.l 12 of 2007 has not been consistent with the principles of competition law. Meanwhile, the implication of licencing sector is related to the legal culture of Regional Government who have an authority in giving licency to establish a modem market."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T37350
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ririen Riani Kurnia
"ABSTRAK
Keadaan bisnis ritel di Indonesia semakin berubah dengan adanya krisis mata uang dan
kasus kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. Peristiwa terakhir mengakibatkan sebanyak 12 supermarket
dan perkulakan terbakar, dan 33 buah dijarah dan dirusak massa. Sekitar 14.482 karyawan
kehilangan pekerjaan, dan total kerugian sekitar 661,52 milyar rupiah. Deparwrnen store juga
mengalami penurunan penjualan sebesar 30 % untuk tahun 1999, sedangkan nilai penjuIannva
naik sekitar 10 % akibat kenaikan harga barang.
Keadaan industri ritel ini menyebabkan hanya empat pemain asing masuk ke pasar ritel
Indonesia, yang makin terbuka sesuai instruksi IMF. Mereka adalah Carrefour, Continent,
Delhaize Le Lion dan Dairy Farm. Hal ini menjadi sinyal positif ritel selama krisis selain
keuntungan yang diperoleh Ramayana dan Hero sebagai pemain lokal.
Topik ritel tersebut diangkat sehubungan perubahan kondisi ekonomi dan sosial budaya
masyarakat Jakarta saat masa krisis ini. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menentukan
bagaimana strategi pemasaran Carrefour, Kuningan dan perilaku konsumen dan manajemen ritel.
Hasil studi menunjukkan bahwa pembelian konsumen masih bersifat selektif
pengeluaran responden konsumen di hipermarket masih di bawah pengeluaran di supermarket.
dan adanya beberapa keluhan mengenai pelayanan kualitas dan harga serta belum efektifnya
iklan Carrefour, Kuningan di media cetak sebagai salait satu stimulus proses pengambilan
keputusan konsumen.
Beberapa saran yang dapat diajukan baik untuk pihak perusahaan Carrefour (Contimas
khususnya) dan pemerintah adalah sebagai berikut:
. Saran untuk pihak perusahaan adalah perubahan strategi misal dengan aliansi
. Sedangkan saran untuk pemerintah adalah penyelesaian masalah birokrasi dan
pembuatan aturan yang lebih jelas.
Adanya kekurangan pada pelayanan, harga dan kualitas barang tertentu seperti yang dikeluhkan
konsumen dapat diperbaiki melalui pelatihan kepada karyawan, penjelasan dari pihak manajemen
dan penelitian pasar secara untuk memantau perilaku konsumen terutama persepsi sebagai faktor
kunci dalam menjaga kepuasan pelanggan.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3836
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kumalasari
"Tesis ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif terhadap data kepustakaan atau data sekunder. Yang menjadi permasalahan adalah apakah penetapan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modem sesuai dengan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat? Apakah pemberian izin pendirian pasar modem dapat mematikan usaha pasar tradisional (usaha kecil) dilihat dari aspek hukum persaingan usaha? Yang perlu dipahami dengan bei lakunya Prinsip- prinsip persaingan usaha terhadap Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 adalah harmonisasi hukum yang dapat memberikan jaminan dan kepastian hukum dalam menciptakan iklim persaingan yang sehat, kondusif dan seimbang sehingga terwujud keadlian antara pelaku usaha kecil, menengah, besar, dan dapat mensejahterakan konsumen. Penataan hukum perpasaran swasta di DKI Jakarta telah diawali dengan adanya Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2002 yang secara normatif telah mengatur mengenai letak, perizinan, dan jam beroperasi pasar. Seiring pesatnya perkembangan ritel, maka berkembang pula kepentingan para penanam modal untuk mengembangkan usahanya di bidang ritel di Indonesia. Sehingga diperlukan peraturan mengenai perlindungan terhadap pelaku usaha kecil khususnya di bidang perizinan agar dapat tercipta level playing field yang seimbang. Sebagai hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 secara substansi belum dapat mengakomodasi kepentingan pelaku usaha kecil dan cenderung masih melindungi kepentingan pelaku usaha besar. Demikian Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 belum selaras dengan prinsip-prinsip persaingan usaha. Sementara itu di bidang perizinan, implementasinya tidak terlepas dari budaya hukum Pemerintah Daerah yang berwenang dalam pemberian izin pendirian pasar modem.

The research method for this study is a juridical-nonnative study, while using literature or secondary documents. The issues of this study are the determination on Regulation of the President the Republic of Indonesia No. 112 of 2007 concerning Organization and Directions of Traditional Market, Shopping Centers, and Modem Stores suited with the principles of unfair business competition, and whether the permission of the modern market can harming a traditional market enterprise (small business) according to competition law aspect. Things to be understood with the enacted of principles of competition law and the regulation of president No. 112 of 2007 is a harmonization of law so that can provide a guarantee and legal certainty in creating the fair competition, conducive, balance, and equity among small enterprise, micro, large, and creating a consumer’s welfare. In building the private market’s atmosphere in DKI Jakarta, the ordering private market law has begun by the presence of Regulation of District No. 2 of 2002, which normatively regulate about zoning, licencing, and determining business hour. The development of retail also increasing the interest of investors to develop business in the Indonesia’s retail sector. Therefore, there is a need to create regulation about small enterprise protecting particularly in licencing sector to creating an equal level playing field. As a result of this study, The Regulation of President No. 112 of 2007 substantially not yet accomodate the interest of small business enterprise and still tend to protect the interest of large business. Therefore the Regulation of President No. 112 of 2007 has not been consistent with the principles of competition law. Meanwhile, the implication of licencing sector is related to the legal culture of Regional Government who have an authority in giving licency to establish a modem market."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
T26007
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Antoni Gelorawan
"Direct Marketing Association (DMA) menyatakan bahwa terdapat lebih dari 10.000 jenis katalog dikirimkan kepada konsumen. Konsumen dapat menerima sekitar 70 katalog dalam satu minggunya di musim liburan. Dalam penelitiannya pada awal tahun 2000, Chiger (2001) mendapati adanya peningkatan konsumen yang berbelanja melalui katalog_ Reynolds (1974) mengungkapkan bahwa konsumen yang berbelanja melalui katalog biasanya memiliki tingkat penghasilan yang Iebih tinggi dan merupakan keluarga yang memiliki anak kecil.
Kehadiran Carrefour di Indonesia pada penghujung tahun 1999, merupakan fenomena tersendiri disebabkan keberaniannya menanamkan investasi yang sangat besar dalam melakukan penetrasi di pasar retail, padahaI baru saja Indonesia mengalami krisis ekonomi yang sangat berat, Dengan 11 outlet yang dimilikinya sekarang ini, boleh dikatakan Carrefour merupakan Market Leader di bidangnya. Dalam mensukseskan tujuannya, Carrefour menerapkan strategi promosi tertentu yang salah satunya adalah penyampain katalog (direct mail) kepada calon pembeli, Dengan frekuensi 1-2 minggu sekali dan desain yang selalu dibuat menarik (misalkan dengan cover artis terkenaI), Carrefour berusaha menarik konsumen berbelanja dengan katalog ini.
Tesis ini merupakan studi terhadap usaha promosi Carrefour melalui katalog dikaitkan dengan keinginan konsumen untuk berbelanja. Empat unsur dalam katalog yaitu desain, kategori/pilihan produk, cara promosi dan harga diduga dapat mempengaruhi keinginan berbelanja konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bauran keempat unsur tersebut secara statistik mempengaruhi keinginan berbelanja konsumen secara signifikan . Dengan demikian, Carrefour dapat meneruskan strategi promosi yang dilakukannya sekarang ini dengan meningkatkan fungsi katalog dalam mempengaruhi keinginan berbelanja konsumen."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T11570
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Dharmawan S.
"Kompetisi bisnis ritel swalayan di Indonesia akhir-akhir ini semakin intens sebagai akibat dari ekspansi yang dilakukan oleh peritel global di pasar Indonesia, menyambut gayung deregulasi yang ditetapkan pemerintah. Tesis ini meneliti persepsi dan perilaku konsumen ritel swalayan dengan tujuan untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat bagi pelaku bisnis ritel swalayan. Persepsi yang diteliti meliputi awareness, persepsi terhadap tingkat kepentingan atribut dan persepsi terhadap kinerja 5 ritel swalayan yang diteliti (Indomaret, Hero, Matahari, Carrefour, Makro) dalam tiap atribut. Perilaku yang diteliti meliputi ritel swalayan yang paling sering dikunjungi, frekuensi kunjungan, durasi kunjungan, hari kunjungan, uang yang dibelanjakan dalam setiap kunjungan, cara pembayaran, rencana belanja dan kategori produk yang dibeli di ritel swalayan.
Hasil penelitian dianalisis dengan frekuensi distribusi, crosstab analysis, analisis atribut, brand positioning map, analisis hirarki dan analisis kuadran. Untuk mendukung analisis tersebut, penulis melakukan studi literatur yang meliputi klasifikasi institusi ritel, analisis trading format, diferensiasi kompetitif ritel, keyakinan/sikap/penilaku konsumen ritel, generic business level strategy, strategi segmentasi/targeting/posi(ioníng, strategi bauran pemasaran dan profil kelima perusahaan ritel yang diteliti.
Dengan mengetahui persepsi dan perilaku konsumen ritel swalayan, tesis ini memberikan beberapa rekomendasi strategi pemasaran bagi ritel swalayan path umumnya dan kelima ritel swalayan yang diteliti pada khususnya.
Dari segi persepsi konsumen terhadap ritel swalayan secara umum, penulis merekomendasikan ritel swalayan untuk meningkatkan top of mind (TOM) awareness melalui pembukaan gerai besar di lokasi strategis dan memenuhi kebutuhan konsumen terhadap ritel swalayan berupa kelengkapan produk, kualitas produk serta harga.
Dari segi persepsi konsumen terhadap kelima ritel swalayan yang diteliti, penulis merekomendasikan Indomaret untuk memperbaiki kinerjanya dalam kelengkapan produk dan kenyamanan berbelanja serta memposisikan diri sebagai tempat belanja murah sehari-hari, Hero untuk memperbaiki kinerjanya dalam harga dan memposisikan diri sebagai ritel swalayan yang nyaman dan berkualitas, Matahari untuk memperbaiki kinerjanya dalam harga dan memposisikan diri sebagai ritel swalayan yang lengkap dan berkualitas, Carrefour untuk memperbaiki kinerjanya dalam lokasi dan memposisikan diri sebagai ritel swalayan yang Iengkap dan nyaman, Makro untuk memperbaiki kinerjanya dalam lokasi dan memposisikan din sebagai ritel swalayan termurah.
Dari segi perilaku konsumen, penulis merekomendasikan ritel swalayan untuk meningkatkan loyalitas peJanggan melalui continuity program, meningkatkan frekuensi kunjungan pelanggan melalui penciptaan pengalaman berbelanja yang unik, meningkatkan durasi kunjungan pelanggan melalul pembukaan gerai luas dengan banyak kategori produk, melakukan antisipasi terbadap peningkatan jumlah pelanggan pada hari libur, menyediakan kategori produk yang dibeli konsumen di ritel swalayan, menyediakan pilihan produk yang sesuai bagi kelas sosio ekonomi yang lebih tinggi, meneria pembayaran dengan kartu kredit dan memfokuskan promosi hemat untuk low involvement product."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Wurjandari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong pelanggan untuk menjalin hubungan relasional serta menentukan kontribusi pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap keterlibatan pelanggan dalam hubungan relasional.
Faktor-faktor yang mendorong pelanggan untuk menjalin hubungan relasional tersebut dikembangkan dari konsep relational market behavior (RMB) sebagaimana dijabarkan oleh Sheth dan Parvatiyar (1995). Konsep RMB intinya menyebutkan bahwa seorang pelanggan memiliki kecenderungan untuk mereduksi pilihan ketika memutuskan pembelian terhadap barang atau jasa. Proses reduksi pilihan tersebut didasarkan kepada beberapa motif tertentu. Pada akhirnya, dengan melalui proses reduksi pilihan tersebut, pelanggan akan cenderung untuk melibatkan din dalam hubungan relasional dengan merek yang sama, dengan perusahaan yang sama atau dengan toko yang sama serta melalui pola pembelian yang sama.
Motivasi pelanggan ketika melibatkan diri dalam hubungan relasional dapat dibedakan atas tiga faktor utama yaitu motivasi personal, faktor sosiologis dan faktor institusional. Motivasi personal diterangkan oleh pembelajaran konsumen, perceived risk, pemrosesan informasi dan memori serta konsistensi kognitif. Faktor sosiologis diterangkan melalui adanya pengaruh keluarga dan kelompok sosial serta pengaruh kelompok acuan dan word-of-mouth communication. Sedangkan faktor institusional diterangkan oleh adanya pengaruh agama dan pemasar bagi pelanggan.
Sampel yang diteliti adalah para pelanggan Carrefour di outlet Lebak Bulus, MT. Haryono dan Ambassador yang berjumlah 150 orang. Sampel ini diambil dengan metoda non probability sampling melalui mall-intercept. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan teknik Structural Equation Modeling (SEM).
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor sosiologis dan institusional lebih dominan dalam mendorong pelanggan untuk melibatkan diri dalam hubungan relasional dibanding faktor psikologis pelanggan itu sendiri. Faktor sosiologis dan institusional ini memiliki kontribusi yang sama dalam mendorong pelanggan untuk melibatkan din pada hubungan relasional. Hal ini terjadi karena (1) masyarakat dan kehidupan sosial dapat diorganisasikan untuk mereduksi pilihan, (2) institusi dapat dibangun secara sengaja untuk menarik minat pelanggan serta dapat secara aktif terlibat dalam mereduksi pilihan bagi individu pelanggan, (3) institusi dapat memiliki legitimasi untuk memberikan reward dan punishment bagi pelanggan. Sedangkan motivasi personal tidak berpengaruh signifikan yang dapat disebabkan karena pelanggan menghadapi kebosanan terhadap rutinitas pilihan yang telah dilakukannya serta tingginya rasa percaya din pelanggan yang menyebabkan rendahnya kebutuhan untuk mereduksi resiko.

The purposes of the research are to know the factors that influence customer to engage in relational market behavior and its contribution. Influencing factors are developed based on relational market behavior (RMB) concept by Sheth and Parvatiyar (1995). RMB describes that customer tends to reduce buying choice, because of several motives. At the end, customer tends to engage in relational market behavior with the same brand, the same supplier, the same store and the same buying pattern.
Customer motivations to engage in relational market behavior could be divided into three factors such as personal motive, sociological motive and institutional motive. Personal motive is explained by consumer learning, perceived risk, information processing and memory, and cognitive consistency. Family and social groups influence, and reference group and word-of-mouth communication are indicator for sociological motive.
Sample of this research are from three outlets of Carrefour. They are from Lebak Bulus, MT, Haryono and Ambassador. This research uses non-probability sampling through mall-intercept. Data are processed by Structural Equation Modeling (SEM) technique.
The research concludes that sociological and institutional motives are the more dominant factors than psychological motive for inducing relationship. Sociological motive has the same contribution with institutional motive for engaging in relational market behavior. The reasons are (1) society could be organized to reduce choice; (2) institution could be developed to pull customer interest actively; (3) institution could be legitimized to give reward and punishment to customer. On the other hand, personal motive does not have significance influence, because customer gets bored and has high self confidence that affects the needed for reducing risk.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20044
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Rahmawati
"PT Nabisco Foods out for light food producer do increasing of sale of the product. For PT Nabisco Foods do promotion cooperation with a few retail company. This cooperation can be done by giving discount, giving of goods for free, year-end bonus if was abysmal of goals. Product placement in counter retail also one of form of promotion done by PT Nabisco Foods."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dani VIna Oktarine
"Carrefour merupakan hypermarket yang menguasai pangsa omset hypermarket di Indonesia dan memiliki jumlah gerai terbanyak dengan karakteristik dan wilayah pelayanan yang berbeda-beda. Jumlah gerai terbanyaknya di Indonesia terdapat di DKI Jakarta, terutama Jakarta Selatan. Dengan menggunakan variabel bangunan, lokasi dan keadaan sekitar, aksesibilitas serta pesaingnya, dan metode wawancara dengan menggunakan kuisioner yg ditujukan kepada konsumen Carrefour, serta analisis deskriptif dengan bantuan informasi peta, maka dilakukan penelitian mengenai hubungan wilayah pelayanan dengan karakteristik hypermarket Carrefour di Jakarta Selatan dan pesaingnya.
Hasil dari penelitian ini, yakni tidak terdapat hubungan antara wilayah pelayanan dengan karakteristik bangunan hypermarket Carrefour di Jakarta Selatan serta pesaingnya. Namun demikian berdasarkan karakteristik lokasi dan keadaan sekitar serta aksesibilitas, maka Carrefour yang memiliki wilayah pelayanan terluas memiliki perbedaan dengan wilayah pelayanan lainnya, yakni berada pada dominasi penggunaan tanah perkantoran/perdagangan dan industri, serta memiliki volume kendaraan yang melintas paling tinggi.

Carrefour is hypermarket that gain control of turnover compartment in Indonesia and has majority of stores with variably characteristics and service area. Majority store in Indonesia is in DKI Jakarta, South Jakarta exactly. With use building, location and surrounding condition, accessibility, competitor as well as, and interview metode with use questioners to Carrefour consumer, descriptive analysis by using the map information as well as, therefore it is done research about the relationship of service areas with characteristics of Carrefour Hypermarkets in South Jakarta and Its Competitors.
Result from this research, there is not relation between service areas with characteristics of Carrefour Hypermarkets in South Jakarta and Its Competitors. But such according to location and surrounding condition characteristic, accessibility as well as, Carrefour that has got most extent service area has difference with other service areas, that location is on office/trade and industry dominate land use, as well as has got supreme traffic volume that passed by.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1066
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library