Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Noerad AP
"Dampak dari berbagai pembangunan fisik untuk mendukung perekonomian mulai mengancam kelestarian situs-situs arkeologi dan lingkungannya baik ancaman secara langsung seperti penghancuran, penggusuran, dan perusakan, maupun ancaman secara tidak langsung seperti polusi, perubahan iklim mikro, penelantaran situs-situs, dan kurangnya perlindungan. Oleh karena itu, untuk situs-situs yang belum secara langsung menghadapi ancaman fisik dart pembangunan perlu diberi perhatian yang intensif sehingga kemungkinan-kemungkinan akan adanya kontlik kepentingan terutama yang berhubungan dengan proses pembangunan fisik oleh pemerintah daerah di kernudian hari akan dapat diminimalisasi. Dengan mengoptimalkan sistem pengelolaan dan penataan situs maka situs tersebut dapat mernenuhi sendiri kebutuhan pelestariannya dan meminimalisasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya gangguan serta tidak hanya bergantung pada pemerintah daerah atau pusat.
Latar belakang pengambilan Candi Panataran sebagai objek adalah karena candi ini tttemiliki keistimewaan-keist newaan nilai yang berpotensi untuk lebih dikembangkan lagi (baik nilai-nilai budaya, sosial, dan ekonomi) menjadi situs yang dapat memenuhi kebutuhan pelestariannya sendiri. Sebagai kompleks percandian, candi ini merupakan kunci sejarah Pang sangat panting karena masa pernbangunannya melalui suatu rnasa yang sangat panjang dan melampaui beberapa masa kerajaan di Jawa Timur selama kurang lebih 250 tahun. Metode pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan strategis dengan metode analisis SWOT (Strengh, Weakness, Oportunity, dan Threat) pada kondisi-kondisi internal dan ekstemaldan menyesuaikannya dengan tahapan-tahapan Manajemen Sumber Daya Budaya yang dikemukakan oleh Feilden dan Jokilehto yang menyusun tahap-tahap perencanaan yang diperlukan dalam menyelenggarakan manajemen situs.
Dalam tulisan ini diuraikan potensi-potensi internal (historis, arsitektural, lingkungan, dan kondisi situs) dengan kelemahan-kelemahart dalam pengelolaan situs dan potensi-potensi eksternal (pariwisata, sosial, budaya, pendidikan, dan ilmu pengetahuan) yang masih belum optimal serta tantangan-tantangan yang dihadapi oleh situs. Dengan penguraian potensi-potensi yang ada maka dapat disusun sebuah strategi pengelolaan situs yang mandiri. Situs cagar budaya yang mandiri dapat memenuhi kebutuhannya sendiri untuk menjaga eksistensi situs, melancarkan jalannya proses pelestarian yang berkesinambungan, dan dapat memaksimalkan potensi sumber daya yang ada untuk pengembangan sektor-sektor terkait (seperti penelitian, budaya, dan ilmu pengetahuan).
Kebutuhan situs di sini secara spesifik dapat disebutkan sebagai kebutuhan dana, sumber daya manusia, kegiatan kerja, dan fasilitas-fasilitas penunjang. Strategi pengelolaan situs dilakukan dengan memperhatikan perbaikan manajemen perkantoran dan organisasi serta mengembangkan manajemen situs (meliputi pemintakatan, penataan lingkungan dan pembangunan infrastruktur) dan manajemen pariwisata (pengadaan fasilitas umum, pemngembangan kawasan pariwisata, promosi, dan pengembangan sistem inforrnasi). Kemudian menyesuaikannya dengan potensi-potensi yang ada (internal dan eksternal) untuk menemukan strategi pengelolaan yang tepat sesuai dengan karakteristik situs dan daerah tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T39131
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rawung, Josephine Imelda Wiesye
"Kajian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi dan keletakan medalion di Percandian Panataran. Medalion adalah ragam hias berbentuk lingkaran atau oval, yang di dalamnya dipahatkan suatu obyek atau figur dalam bentuk relief. Medalion di percandian Panataran dipahatkan dalam bentuk relief tinggi dan berselang-seling dengan panil relief cerita Ramayana seperti di candi Induk serta menembus ruang dalam candi dan berselang-seling dengan arca tokoh seperti di candi Naga. Di dalam medalion tersebut dipahatkan sejumlah hewan yang terdiri dari berbagai jenis, yaitu mamalia, unggas, reptil, dan hewan mitos. Di candi Induk Panataran salah satu hewan rnitos yaitu hare dipahatkan dalam medalion yang letaknya mengapit tangga nark candi dan pada bagian awal dan akhir kisah Ramayana. Penempatan medalion berhiaskan hare tersebut selain sebagai pembatas panil relief cerita dan penunjuk awal dan akhir rangkaian relief cerita Ramayana, kemungkinan juga dimaksudkan agar orang yang membaca relief cerita tersebut untuk melakukan yoga. Pemahatan hewan-hewan dalam medalion di candi Induk Panataran sangat mungkin dimaksudkan (1) untuk menghormati dewa dan dewi yang dilambangkan dengan adanya penggambaran hewan-hewan yang berhubungan dengan dewa atau dewi, misalnya sebagai vahana atau atributnya, (2) penggambaran berbagai jenis hewan pada percandian tersebut merupakan perlambangan dewa Siva sebagai Penguasa Hewan."
1996
S11894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonila Retnoningdyah
"ABSTRAK
Penelitian ini mengambil tema tentang sejarah kesenian dan secara khusus dalam bidang seni area. Tujuan peneli_tian ini, adalah berusaha untuk mengetahui sejauh mana area-area dvarapala Panataran mengikuti aturan India dan untuk mengetahui apakah ada perbedaan gaya dalam pengarcaan dvarapela di Panataran, serta bila ada berusaha untuk merumuskan gaya-gaya tersebut, sehingga diharapkan dapat menjadi panduan untuk menandai gaya area-area dvarapala lain di Jawa Timur.
Penelitian ini menggunakan pendekatan induktif. Tahapan kerja yang dilalui adalah tahap pertama pengumpulan data meliputi aspek bentuk, ruang dan waktu, tahap kedua adalah analisa data, dan tahap ketiga yaitu sintesa dan interpretasi yang berusaha menghubungkan kelompak-kelompOk data yang berbeda, di mana hasilnya adalah pole dari hasil sintesa data bentuk, ruang dan waktu. Berdasarkan pola tersebut, beberapa area yang tidak berangka tahun dapat diperkirakan penanggalannya.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa arca-arca dvarapala Panataran semakin tidak mengikuti aturan India dan berdasarkan hasil sintesa data dapat disusun perkembangan gaya pengarcaan di candi Panataran yaitu: gaya Duduk dengan kronologi 4- 1320 M dan gaya Berdiri dengan kronologi _ 1347 M yang memiliki 2 variasi yaitu gaya Berdiri A dan B. Satu hal yang menarik dari hasil peneli_tian ini adalah adanya perbedaan penggambaran hiasan teratai pada arca-arca candi Induk. Kemungkinan arca tersebut merupakan hasil dari masa peralihan yaitu peralihan dari gaya Singasari ke pada gaya Majapahit, karena area tersebut sebagian besar memiliki ciri dari gaya Majapahit namun masih terdapat satu ciri dari gaya Singasari.

"
1995
S11783
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Joenoes
"Relief di teras kedua candi induk Panataran berdasarkan penelitian Stein Callenfele dikatakan sebagai relief yang mengikuti jalan cerita dari kakawina Kranayana, yang inti ceritanya adalah penculikan Rukmini oleh Krana . Selain Kranayana terdapat beberapa kakawin lain yang mempunyai inti cerita yang sama, tetapi jika dilihat dari usia kakawin tersebut kebanyakan lebih muda daripada candi induk Panataran. Stein Callenfele sewaktu akan nembandingkan carita dari relief dengan cerita dari kakawin mendapat kesulitan karena kakawin-kakawin mengenai penculikan Rukmini oleh Krana yang ada belum diterjemahkan dari bahasa Jawa kuno ke bahasa Belanda. Sehingga Stein Callenfels hanya menggunakan kakawin Kranayana yang diterjemahkan dengan bantuan R. Ng. Poerbatjaraka. Berdasarkan pendapat dari Stein Callenfels mengenai relief di teras kedua candi induk Panataran, maka diadakan penelitian kembali berupa perbandingan antara relief tersebut tidak hanya dengan kakawin Kranayana, tetapi juga kakawin Hariwansa. Relief di teras kedua candi induk Panataran ini dideskripei kembali secara lebih mendetil, lalu tokah-tokoh dan adegan-adegan yang ada pada relief diidentifikasi, sehingga dapat diadakan perbandingan dengan kakawin Kranayana dan Hariwafa. Mari perbandingan tersebut diketahui bahwa meskipun terdapat beberapa adegan pada panil relief di teras kedua candi induk Panataran yang tidak dapat dite_rangkan oleh kakawin Kranayana atau Hariwansa; tetapi pada dasarnya kakawin Kranayana memang lebih sesuai alur ceritanya dengan alur cerita yang terdapat pada panil relief di teras kedua candi induk Panataran..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11529
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Lidiawati
"Dewi Ladiawati. Relief Cerita Binatang di Kompieks Candi Panataran. (Di bawah bimbingan Hariani Santiko). Fakultas Sastra Universitas Indonesia. 1992. Di kompleks Candi Panataran terdapat beberapa rangkaian relief cerita binatang, yang dipahatkan di bagian-bagian tertentu suatu bangunan. Relief cerita binatang di kompleks percandian ini ada pada dinding Pendopo Teras, Candi Naga, di bagian belakang area dwarapa1a candi induk, serta pada ketiga dinding kolam. Adegan-adegan yang diwujudkan dalam bentuk relief cerita binatang di kompleks Candi Panataran, sebagian besar terdapat pula dalam kumpulan cerita binatang Jataka, Pancatantra, Hitopadeia, Hikayat Ralila dan Jamina, Tantri, serta cerita Kancil. Tampaknya ada hubungan yang erat antara adegan pada relief dengan adegan yang ada dalam naskah. Apabila pengunjung candi mengamati relief cerita binatang secara cermat, maka akan tampak nilai-nilai kebajikan yang terkandung dalam cerita-cerita tersebut. Nilai-nilai itu sangat berkaitan erat dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, seperti persahabatan, tolong-menolong, dan balas budi; yang merupakan lawan dari sifat iri dan dengki, culas, tamak, serta sifat munafik. Oleh sebab itu cerita binatang menjadi sangat menarik, sehingga banyak orang yang menyenanginya, baik dalam bentuk naskah maupun relief."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S12830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library