Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Angga Baskoro
"Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, diperlukan suatu konsep pembelajaran baru yang memberi peluang para siswa untuk dapat lebih berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Salah satu konsep pembelajaran itu adalah penerapan metode Collaborative Learning (CL) dan Problem Based Learning (PBL) yang bersifat learner centered. Berkenaan dengan hal itu, Universitas Indonesia saat ini sedang menerapkan konsep pembelajaran melalui program PDPT. Dalam program PDPT tersebut implementasi CL & PBL dilakukan melalui dua cara, tradisional melalui media konvensional dan melalui media komputer yang dikenal dengan Computer Mediated Learning (CML). Student Project ini lebih memfokuskan penerapan metode CL & PBL dalam CML. Untuk itu dikembangkan sebuah modul yang memfasilitasi kegiatan diskusi agar para siswa dapat lebih berperan aktif. Kegiatan diskusi dalam CML telah diimplementasikan melalui modul Chatting Manager (sinkron) dan Discussion Manager (asinkron). Namun kedua modul tersebut, hanya terbatas pada diskusi melalui media tulisan. Dibutuhkan sebuah kegiatan diskusi dalam media whiteboard yang dapat menyediakan kegiatan diskusi melalui gambar dan tulisan secara sinkron . Untuk mengimplementasikannya, dalam CML dikembangkan modul Whiteboard Manager. Modul Whiteboard Manager sendiri terdiri dari atas dua sub modul, yaitu sub modul Administrasi Whiteboard yang berfungsi untuk mengelola sumberdaya whiteboard; dan sub modul Online Whiteboard yang berfungsi untuk memfasilitasi kegiatan diskusi melalui media whiteboard. Setelah pelaksanaan Student Project ini kegiatan diskusi yang berlangsung dalam sistem CML tidak hanya terbatas dalam format tulisan melainkan juga melalui objek-objek grafis. Selain itu kebutuhan akan pengelolaan sumberdaya Whiteboard serta integrasi modul Whiteboard Manager dengan modul lain dalam CML juga telah berhasil dipenuhi."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Interkoneksi antara jaringan GSM Satelindo dengan jaringan PSTN Telkom meliputi aspek-aspek teknis dan non teknis. Untuk menjamin kuahtas teknis pelayanan antarpenyelenggara, masing-masing penyelenggara harus mengacu kepada Fundamental Technical Plan (FTP) yang telah disusun oleh pemerintah, dalam hat ini adalah Dir.Jen ParPosTel. Sedangkan aspek yang bersifat non teknis, yang menjadi pennasalahan cukup dominan dalam interkoneksi seperti tarif jasa telekomunikasi dan pembagian pendapatan interkoneksi diatur oleh pemerintah. Pengaturan dari pemerintah diperlukan untuk menjembatani kesenjangan bargaining power antarpenyeienggara yang berinterkoneksi, dalam rangka mengembangkan kompetisi yang sehat secepat mungkin. Hingga saat ini proses interkoneksi di Indonesia telah berjalan baik. Namun beberapa aturan interkoneksi perlu ditinjau kembali , agar proses kompetisi dapat berlangsung secara sehat. Sehingga penyeleaggara jasa telekomunikasi di Indonesia menjadi lebih slap dalam menyambut pasar bebas yang akan datang."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S38898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lili Legiawati
"

Kelainan kulit kering banyak ditemukan pada penyandang DMT2. Patogenesis kulit kering pada DMT2 dipicu oleh kondisi hiperglikemia kronik yang meningkatkan Advanced glycation end products (AGE) N(6)-carboxymethyl-lysine (CML), sitokin proinflamasi dan stres oksidatif.  Kombinasi Centella asiatica  oral  (CAo) dan topikal (CAt) diduga dapat meningkatkan efektivitas tatalaksana kulit kering DMT2. Penelitian bertujuan menganalisis efektivitas dan keamanan kombinasi CAo + CAt dalam memperbaiki kulit kering DMT2.

 

Penelitian merupakan uji klinis acak tersamar ganda di Poliklinik Metabolik Endokrin Departemen Penyakit Dalam RSCM dan 5 puskesmas di Jakarta pada bulan Juli 2018–Maret 2019. Subjek dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok CAo + CAt, plasebo oral (Plo) + CAt, dan Plo + Plasebo topikal (Plt) masing-masing berjumlah 53 orang. Perbaikan kulit kering secara klinis diukur dengan Specified Symptom Sum Score (SRRC) dan Skin Capacitance (SCap). Perbaikan secara molekular diukur  CML, IL-1a, dan aktivitas superoksida dismutase (SOD). Keamanan kombinasi CAo + CAt dilakukan melalui penilaian efek simpang oral dan topikal.

 

Pada ketiga kelompok, median HbA1c > 7%. Glukosa darah sewaktu (GDS) kelompok CAo + CAt hari ke-15 dan 29 semakin menurun. Efektivitas kombinasi CAo + CAt dinilai melalui analisis subgrup berdasarkan nilai HbA1c dan GDS. Pada glukosa darah terkontrol baik, persentase penurunan SRRC lebih besar pada kelompok CAo + CAt vs Plo + Plt (p = 0,04). Peningkatan SCap kelompok CAo + CAt lebih besar dibandingkan Plo + Plt (p = 0,01). Pada glukosa darah terkontrol kurang baik peningkatan SOD kelompok CAo + CAt lebih besar dibandingkan Plo + Plt  (p = 0,01). Tidak terdapat korelasi antara CML, IL-1α dan SOD dengan SRRC atau SCap. Terdapat korelasi sedang sampai kuat dan arah korelasi sesuai antara CML dengan SOD (r = 0,58, p < 0,05)  dan  IL-1α dengan SOD (r = 0,70, p < 0,05) pada glukosa darah terkontrol baik. Tidak terdapat efek simpang oral dan topikal yang bermakna pada penggunaan CAo + CAt dibandingkan 2 kelompok.

 

Simpulan: Pada glukosa darah terkontrol baik, perbaikan SRRC dan SCap  kelompok CAo + CAt lebih besar dibandingkan Plo + Plt.  Pada glukosa darah terkontrol kurang baik peningkatan SOD kelompok CAo + CAt lebih besar daripada Plo + Plt. Terdapat korelasi sedang sampai kuat antara CML atau IL-1α dengan SOD pada glukosa darah terkontrol baik. Tidak terdapat efek simpang oral dan topikal yang bermakna pada kelompok CAo + CAt dibandingkan 2 kelompok.

 

Kata kunci: CML, DMT2, IL-1a, kulit kering, SCap, SOD, SRRC

 


Dry skin is a common findings in type 2 diabetes mellitus (T2DM). The pathogenesis of dry skin in T2DM rises from chronic hyperglycemic condition which causes an increase in levels of Advanced glycation end products (AGEs)  N(6)-carboxymethyl-lysine (CML), pro-inflammation cytokines and oxidative stress. Combination of oral and topical Centella asiatica (CA) is expected to ameliorate dry skin in T2DM patients more effectively.

 

This study was a double blinded randomized clinical trial in T2DM patients with dry skin in outpatients clinic of Metabolic Endocrine, Internal Medicine Department, dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, and 5 primary health cares in Jakarta from July 2018 to March 2019. The subjects were divided into three groups, CA oral (CAo) + CA topical (CAt) group, oral placebo (Plo) + CAt group, and Plo + topical placebo (Plt) which included 53 subjects respectively. Dry skin improvement was evaluated clinically using Specified Symptom Sum Score (SRRC) and Skin Capacitance (SCap). The molecular improvement was evaluated using levels of CML, inflammation interleukin 1-α (IL-1α) concentration, and oxidative stress superoxide dismutase (SOD).

 

In the three groups, median of HbA1c > 7%. Random blood glucose (RBG) in CAo + CAt group in day-15 and 29 were further decreased. Effectivity of CAo + CAt combination were assessed via subgroup analysis based on HbA1c and RBG. In well controlled blood glucose, on day-29, percentage of SRRC decrement was greater in  CAo + CAt compared to control group without CA (p = 0,04). SCap value in CAo + CAt group was greater than control group (p = 0,01). In the partially controlled blood glucose, increment of SOD activity of CAo + CAt group was greater than control group (p = 0,01). There was no correlation found between CML, IL-1α and SOD with SRRC nor SCap. There were medium to strong correlation between CML with SOD (r = 0,58, p < 0,05)  and IL-1α with SOD (r = 0,70, p < 0,05)  in well controlled blood glucose. Systemic and topical adverse events were not found significantly in CAo or CAt usage compared to the other two groups.

 

Conclusion: In well controlled blood glucose, improvement of SSRC and SCap in CAo + CAt were greater than Plo + Plt.  In partially controlled blood glucose,  increment of SOD in CAo + CAt was greater than Plo + Plt.  There was moderate to strong correlation between CML or IL-1 and SOD in well controlled blood glucose. There were no significant adverse events found due to CAo + CAt compared to the other 2 group in the study.

 

Keywords: CML, diabetes mellitus, dry skin, IL-1a, SCap, SOD, SRRC

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Putri
"

Latar Belakang. Imatinib mesilat (IM) merupakan tirosin kinase inhibitor pertama, yang dapat mengubah prognosis dari leukemia granulositik kronik (LGK). Namun resistansi terhadap IM pada pasien LGK semakin sering dijumpai. Respons terapi digunakan sebagai prediktor terjadinya resistansi, major molecular response (MMR) merupakan target terapi IM setelah 12 bulan pemberian. Terjadinya resistansi dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satu kemungkinan adalah ekspresi gen STAT5A atau STAT5B.

Tujuan. Mengetahui hubungan antara ekspresi STAT5A dan STAT5B pada pasien LGK fase kronik dalam terapi IM dengan capaian MMR.

Metode. Studi ini menggunakan metode potong lintang, dilakukan analisis data sekunder sampel darah (whole blood) simpan pasien LGK fase kronik usia 18-60 tahun yang telah menggunakan IM setidaknya 12 bulan, dan telah diperiksakan MMR Subjek kemudian dikelompokkan menjadi subjek yang mencapai MMR dan yang tidak mencapai MMR. Dilakukan pemeriksaan ekspresi STAT5A dan STAT5B menggunakan metode RT Polymerase Chain Reaction (RT PCR).

Hasil. Dilakukan analisis pada 118 subjek, 71.1 % subjek tidak mencapai MMR. Rasio laki-laki terhadap perempuan adalah 1.2:1, dengan rerata usia 42.7±13.2 tahun. Proporsi subjek dengan high expression STAT5A yang tidak mencapai MMR adalah 47 (55.9%) dan hanya 12 (35.3%) pada subjek yang mencapai MMR (p 0.048). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik median ekspresi STAT5A pada kelompok MMR tercapai dan tidak tercapai. Namun ekspresi STAT5A memiliki tren angka yang lebih tinggi pada kelompok yang tidak mencapai MMR. Terdapat perbedaan proporsi ekspresi STAT5B, di mana pada kelompok dengan high expression STAT5B memiliki proporsi subjek MMR tercapai lebih tinggi dibandingkan tidak tercapai yaitu 23 (67.6%) dibandingkan 36 (42.8%) secara berurutan dan hal ini bermakna secara statistik (p.0015).

Kesimpulan. Ekspresi STAT5A memungkinkan untuk digunakan sebagai prediktor pencapaian MMR pada pasien LGK fase kronik yang menggunakan IM. Namun ekspresi STAT5B menunjukkan hasil yang bertolak belakang.


Background. Imatinib mesylate (IM) is the first tyrosine kinase inhibitor (TKI), which change the prognosis of chronic myeloid leukemia (CML) patients. Fail to achieve the MMR is a sign of treatment resistance. Previous studies suggest that expression of STAT5A and/or STAT5B is another indicator of TKI resistance.

Objective. To identify the relationship between expression levels of STAT5A and/or STAT5B with MMR in chronic phase CML patients on IM treatment.

Methods. This was a cross-sectional study, from CML patients in chronic phase, age range from 18-60 years, consume IM ≥ 12 months and known the MMR status and categorized as achieved or fail to achieve the MMR. We analyzed the expression of STAT5A and STAT5B used RT Polymerase Chain Reaction methods.

Results. Total 118 subjects were analyzed; 71.1% fail to achieve MMR. The male to female ratio was 1.2:1, with mean age 42.7±13.2 years. High expression of STAT5A were observed in subjects who fail to achieve the MMR ( p=0.048). However, high expression of STAT5B were observed in subject who achieve the MMR ( p=0.015).

Conclusion. High expression of STAT5A were observed in subjects who fail to achieve the MMR, may use as predictor of MMR achievement in CML patient. Nevertheless, needs further study to explain the opposite result of STAT5B expression.

"
2019: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59145
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Krisis blastik pada lekemia mielositik kronik (CML) bisa berasal dari lini granulosit, monosit, eritrosit, limfoid (sel B atau sel T), dan megakariositik. Krisis blastik seri limfoid biasanya berupa sel B dengan fenotipik sel Pre-B, di mana Ig permukaan belum diekspresikan. Krisis blastik dari sel T sangat jarang didapatkan. Tujuan penelitian : mendeskripsikan gambaran fenotipik, transkrip fusi bcr-abl, dan CD3 sitoplasmik, dan terminal deoxynucleotidyl transferase pada kasus-kasus CML dengan krisis blastik seri limfoid-T. Laporan kasus dari 4 kasus leukemia mielogenik kronik dengan krisis blastik sel-sel T yang dikumpulkan dalam kurun waktu 17 tahun (1987-2004). Kasus-kasus tersebut telah dilakukan pemeriksaan analisis fenotipik dan genotipik pada awal diagnosis ditegakkan. Kesemua kasus menunjukkan adanya t(9;22)(q34;q11). Sampel sel-sel mononuklear pasien yang disimpan dalam bentuk 10%DMSO diperiksa Reverse Transkripsi (RT) PCR BCR_ABL multiplex untuk mendeteksi transkrip fusi bcr-abl, PCR CD3ε untuk mendeteksi Cd3 sitoplasmik, dan PCR TdT untuk mendeteksi terminal deoxynucleotidyl transferase. Hasil analisis antigen permukaan sel pada awal diagnosis menunjukkan 1 kasus CD7+, CD5-, dan CD2-; 1 kasus CD7+, CD5+, dan CD2-; dan 2 kasus CD7+, CD5+, dan CD2+ yang menunjukkan bahwa semua sel T krisis blastik CML berada pada stadium pre dan protimik. Dua kasus menunjukkan hasil positip untuk transkrip bcr-abl b2a2, 1 kasus positip pada e1a2, dan 1 kasus negatip. RT PCR CD3ε menunjukkan hasil positip pada semua kasus dan RT PCR TdT hanya positip pada 1 kasus. Hasil yang dikumpulkan diharapkan dapat menjadi dasar analisis lebih lanjut pada kasus CML dengan krisis blastik sel-sel T. (Med J Indones 2005; 14: 184-9)

Blast crisis (BC) transformation in chronic myelogenous leukemia (CML) can involve each differentiation lineage of the hematopoietic system, i.e. granulocyte, monocyte, erythrocyte, megakaryocyte, and lymphocyte lineage. The lymphoid blast crisis (BC) leukemia cells usually belong to B-lineage, commonly having the phenotype of Pre-B stage of the B-lineage, in which cell-surface immunoglobulin(sIg) is not yet expressed. In contrast, T-lineage BC of CML is extremely rare. The objective of this study is to describe the fenotype, fusion transcript of bcr-abl, TdT, and cytoplasmic CD3 in T-lineage BC CML cases. Case report study. This report shows a simple summary of 4 cases of T-lineage BC of CML which have been collected in the phenotypic and genotypic analysis study for 17 years (1987-2004). In all cases, the chromosomal analysis revealed the presence of t(9;22)(q34;q11) at presentation. Cell surface analysis were done at diagnosis. Cases’ mononuclear cells stored as 10% DMSO were retrieved to be performed reverse transcription (RT) PCR BCR-ABL multiplex to demonstrate the presence of the fusion transcript of bcr-abl. RT-PCR was also performed for detecting the expression of cytoplasmic CD3ε and terminal deoxynucleotydil transferase (TdT). The results of cell surface antigen (CSA) at presentation showed that 1 case was CD7+, CD5-, and CD2-; 1 case CD7+, CD5+, and CD2-; and 2 cases CD7+, CD5+ and CD2+ indicating that all these T-lineage BC of CML cells show the phenotype of pre-(pro-) thymic stage phenotype. In the present study, two cases showed b2a2, one e1a2, and one negative bcr-abl transcript. The RT-PCR revealed the presence of CD3ε mRNA in all cases, and TdT mRNA in only one case. These results can constitute a basis for the future analysis of T-lineage BC of CML from now on. (Med J Indones 2005; 14: 184-9)"
Medical Journal of Indonesia, 14 (3) July September 2005: 184-189, 2005
MJIN-14-3-JulSep2005-184
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wulyo Rajabto
"Latar Belakang: Leukemia Granulositik Kronik (LGK) fase kronik merupakan salah satu penyakit keganasan hematologi yang diagnosis definitifnya ditegakkan menggunakan pemeriksaan baku emas sitogenetika untuk mendeteksi Kromosom Philadelphia dan/ atau Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) BCR-ABL untuk mendeteksi transkrip gen BCR-ABL. Berdasarkan pengamatan, pasien-pasien LGK fase kronik di Poliklinik Hematologi-Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo yang telah menjalani pemeriksaan sitogenetika dan/ atau RT-PCR BCR-ABL akan menunjukkan: LGK Ph (+)/ BCR-ABL (+) dan LGK bentuk kelainan Ph/ BCR-ABL lainnya.
Tujuan: Mengetahui gambaran klinis dan laboratorium hematologis LGK fase kronik, proporsi LGK Ph(+)/BCR-ABL(+), serta bagaimana perbandingan dan hubungan gambaran klinis dan laboratorium hematologis antara LGK Ph (+)/ BCR-ABL (+) dengan LGK bentuk kelainan Ph/ BCR-ABL lainnya.
Metode: Studi potong lintang. Sampel penelitian diambil dengan metode consecutive. Analisis menggunakan uji Chi-square dan regresi logistik. Hubungan antar variabel dinyatakan bermakna apabila nilai p<0,05.
Hasil: Dari 80 subjek LGK fase kronik: rerata usia 39,4 ± 13,1 tahun. Perbandingan pria : wanita = 1 : 1. Keluhan subjek yang simtomatik : asimtomatik = 83,8% : 16,2%. Keluhan yang simtomatik adalah: perut bengkak, lemas, begah, keringat malam, dan benjolan di perut. Pemeriksaan fisik splenomegali : limpa tidak teraba = 83,8% : 16,2%. Pemeriksaan laboratorium hematologis menunjukkan: rerata kadar Hb adalah 10,6 ± 1,7 g/dL, median jumlah leukosit adalah 125.710 /uL, dan median jumlah trombosit adalah 470.000/uL. Proporsi LGK Ph (+)/ BCR-ABL (+) mencapai 90%. Perbandingan gambaran klinis dan laboratorium hematologis antara LGK Ph (+)/ BCR-ABL (+) dan LGK bentuk kelainan Ph/ BCR-ABL lainnya adalah sebagai berikut: keluhan yang simtomatik 80,6% : 100 %, Splenomegali 82% : 92,3%, Median Hb 10,3 g/dL : 10,3 g/dL, Median leukosit 124.620 : 127.050, Median Trombosit 455.000 : 487.000. Hasil analisis bivariat dan multivariat menunjukkan tidak ada variabel gambaran klinis dan laboratorium hematologis yang berhubungan bermakna antara LGK Ph (+)/ BCR-ABL (+) dengan LGK bentuk kelainan Ph/ BCR-ABL lainnya.
Kesimpulan: Tidak ada variabel gambaran klinis dan laboratorium hematologis yang berhubungan bermakna antara LGK Ph(+)/ BCR-ABL(+) dengan LGK bentuk kelainan Ph/ BCR-ABL lainnya.

Background: Chronic myeloid leukemia (CML) is one of hematological malignancy in which the gold standard of definitive diagnosis is established by cytogenetic to detect Philadelphia chromosome and Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) to detect the BCR-ABL gene transcript. Based on observation, patients with chronic phase CML at policlinic Hematology-Medical Oncology Department of Internal Medicine dr. Cipto Mangunkusumo National Hospital who have been performed cytogenetic and RT-PCR BCR-ABL examination showed: Ph (+)/ BCR-ABL (+) CML and other type of Ph/ BCR-ABL CML.
Aims: To recognize the clinical features and hematological laboratories of chronic phase CML, the proportion of Ph (+)/ BCR-ABL (+) CML, and comparison & association of clinical features and hematological laboratories between Ph (+)/ BCR-ABL (+) CML and other type of Ph/ BCR-ABL CML.
Method: This is a cross-sectional study. The samples were taken by consecutive method. We used Chi-square test and logistic regression analysis. Association between variables considered significant when p value < 0.05.
Result: There were 80 subjects with chronic phase CML. Mean of age was: 39,4 ± 13,1 years. Ratio male : female = 1 : 1. Ratio symptomatic : asymptomatic = 83,8% : 16,2%. The symptoms of chronic phase CML were: abdominal swelling, fatigue, abdominal bloating, night sweat, and abdominal lump. The vast majority of subjects with chronic phase CML revealed splenomegaly (83,8%). Hematological laboratory showed: mean of Hb level was 10,6 ± 1,7 g/dL, median of white blood cell count was 125.710 /uL, and median of platelet count was 470.000/uL. The proportion of Ph (+)/ BCR-ABL (+) CML was up to 90%. The comparison of clinical features and hematological laboratories between Ph (+)/ BCR-ABL (+) CML and other type of Ph/ BCR-ABL CML were: Simptomatic features 80,6% : 100%, Splenomegaly 82% : 92,3%, Median of Hb 10,3 g/dL : 10,3 g/dL, Median of white blood cell 124.620 : 127.050, Median of thrombocyte 455.000 : 487.000. Bivariate and multivariate analysis showed no significant variables both clinical features and hematological laboratories between Ph (+)/ BCR-ABL (+) CML and other type of Ph/ BCR-ABL CML.
Conclusion: There were no variables both clinical features and hematological laboratories have a significant relationship between Ph (+)/ BCR-ABL (+) CML and other type of Ph/ BCR-ABL CML.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library