Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Gusti Ngurah Akwila Dwi Yundha
"Latar Belakang : Peningkatan tekanan darah dan laju nadi merupakan komplikasi tersering saat laringoskopi dan dapat mengakibatkan komplikasi yang berat. Obatobatan yang selama ini digunakan tidak selalu efektif menekan tanggapan kardiovaskular. Memperbaiki teknik laringoskopi dengan menggunakan video laringoskop CMAC® diperkirakan dapat mengurangi tanggapan kardiovaskular karena memberikan visualisasi laring yang lebih baik dibandingkan teknik lain. Manuver BURP lazim digunakan untuk menurunkan nilai Cormack-Lehane namun juga memberi rangsang nyeri saat laringoskopi.
Tujuan : Membandingkan tanggapan kardiovaskular dan kebutuhan manuver BURP saat laringoskopi antara penggunaan video laringoskop CMAC® dengan Macintosh Konvensional.
Metode : Uji klinis acak tersamar tunggal. Seratur tiga puluh sembilan pasien yang akan menjalani anestesia umum dengan intubasi endotrakea dibagi ke dalam 2 kelompok. Kelompok kontrol (Macintosh Konvensional) dan kelompok perlakuan (CMAC®). Kriteria inklusi adalah usia 18-65 tahun, status fisik ASA 1 atau 2, tanpa penyulit jalan napas. Parameter kardiovaskular (sistolik, diastolik, TAR, dan laju nadi) diukur sebelum induksi (T1). Midazolam 0.05 mg/KgBB dan Fentanyl 2 mikrogram/kgBB diberikan 2 menit sebelum induksi. Induksi anestesia menggunakan Propofol 1 mg/kgBB dan dilanjutkan infusi manual Propofol 10 mg/kg/jam. Setelah reflek bulu mata menghilang, diberikan Atrakurium 0,8-1mg/KgBB. Parameter kardiovaskular (T2) diukur ulang setelah nilai TOF mencapai 0 lalu dilakukan laringoskopi. Saat laringoskopi menunjukkan nilai Cormack-Lehane 1 atau 2 (dengan atau tanpa manuver BURP) dilakukan pengukuran ulang parameter kardiovaskular (T3).
Hasil : Uji-T tidak berpasangan menunjukkan rerata perubahan kardiovaskular saat laringoskopi lebih rendah pada kelompok CMAC® dibandingkan pada kelompok Macintosh Konvensional (p < 0,005). Interval kepercayaan 5,58-14,44 (sistolik), 2,93-9,54 (diastolik) 3,86-10,7 (TAR), dan 2,26-8,66 (laju nadi). Kebutuhan Manuver BURP lebih sedikit (13,9%) pada kelompok CMAC® dibandingkan Macintosh Konvensional (40,3%) dengan uji K-kuadrat (p < 0.05).
Simpulan : Tanggapan kardiovaskular dan kebutuhan manuver BURP saat laringoskopi lebih rendah secara bermakna pada penggunaan CMAC® dibandingkan dengan Macintosh Konvensional.

Background : Increased blood pressure and heart rate are the most frequent response to laryngoscopy. Sometimes it can cause serious complications. Medications are used to blunt these responses, but most of them are not yet effective. Improving laryngoscopy technique by using CMAC® video assisted laryngoscope seems promising since it significantly gives better visualization of larynx compared to other. BURP maneuver is used to lower Cormack-Lehane level but it can cause additional pain stimulation during laryngoscopy.
Objective : To compare the cardiovascular response and the needs of BURP maneuver during laryngoscopy between CMAC® and Conventional Macintosh.
Method : Randomised, single blinded, control trial. One hundred thirty nine patients who underwent general anesthesia with endotracheal intubation were randomised into two groups. Control group (Conventional Macintosh) and intervention group (CMAC®). Inclusion criteria are 18-65 years old, ASA 1 or 2 physical status, without any airway problem. Cardiovascular parameters (systolic, dyastolic, MAP, and heart rate) were measured prior to induction (T1). Midazolam 0.05 mg/Kg and Fentanyl 2 micrograms/kg were given 2 minutes before induction. Propofol 1 mg/kg and followed by propofol infusion of 10 mg/kg/hour were given to induce anesthesia. After eyelid reflex disappeared, we give Atracurium 0.8-1 mg/kg. After TOF reached 0, we remeasured cardiovascular parameters (T2) and proceeded to laryngoscopy. When laryngoscopy shows Cormack-Lehane 1 or 2 (with or without BURP maneuver), cardiovascular parameters were remeasured (T3).
Results : Unpaired T-test shows that cardiovascular response during laryngoscopy were lower in CMAC® group compared to Conventional Macintosh group (p < 0.05). Confidence interval 95% were 5,58-14,44 (systolic), 2,93-9,54 (dyastolic), 3,86-10,7 (MAP), and 2,26-8,66 (heart rate). Chi square test shows BURP maneuver was less needed in CMAC® group compared to Convensional Macintosh group (13.9% vs 40.3%, p < 0.05).
Conclusion : Cardiovascular response and BURP maneuver during laryngoscopy with CMAC® were significantly lower compared to Conventional Macintosh."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi Tri Handayani
"Pada tanggal 25 Januari 2022 pemerintah Indonesia bersama dengan Singapura menyetujui kesepakatan penyesuaian Flight Information Region (FIR) Indonesia-Singapura yang di ratifikasi melalui Peraturan Presiden No 109 Tahun 2023. Adanya perjanjian realignment FIR penting untuk dikaji terutama dilihat melalui pertahanan dan keamanan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggambarkan objek yang diteliti berdasarkan fakta di lapangan dengan menggunakan key informan sebagai sumber data dan data sekunder. Pada penelitian ini juga digunakan teori Kedaulatan dari Kranser dan Teori Keamanan Kompleks dari Barry Buzzan. Penelitian ini menghasilkan bahwa Indonesia belum sepenuhnya mengelola ruang udara yang semula di delegasikan kepada Singapura khususnya di sebagian sektor A dan B. Tetapi Indonesia tetap memiliki kontrol dan pengawasan melalui Civil-Military Cooperation In Air Traffic Control (CMAC), dimana CMAC tersebut dapat menjadi solusi dalam isu kedaulatan, pertahanan, dan keamanan. Di sisi lain perjanjian tersebut dianggap dapat menabrak UU No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan yang menyatakan bahwa Indonesia harus sudah melakukan pengelolaan secara penuh selambat-lambatnya pada tahun 2024. Pada penelitian ini juga dihasilkan bahwa Indonesia masih dihadapkan dengan kendala pengambilalihan ruang udara tersebut, diantaranya: (1) kepercayaan; (2) diplomasi.

On January 25, 2022, the Indonesian government together with Singapore approved the realignment Flight Information Region (FIR) Indonesia-Singapore agreement which was ratified through Presidential Regulation Number 109 Year 2023. The existence of an FIR realignment agreement is important to be reviewed, especially seen through defense and security. This research uses qualitative descriptive methods by describing the object under study based on facts in the field using key informants as data sources and secondary data. In this study also used the theory of sovereignty from Kranser and the theory of security the complex of Barry Buzzan. This research results that Indonesia has not fully managed the airspace originally delegated to Singapore, especially in some sectors A and B. But Indonesia still has control and supervision through Civil-Military Cooperation In Air Traffic Control (CMAC), where the CMAC can be a solution in sovereignty, defense, and security issues. On the other hand, the agreement is considered to be able to violate Law of the Republic Indonesia Number 1 Year 2009 concerning Aviation which states that Indonesia must have carried out full management no later than 2024. In this study, it was also found that Indonesia is still faced with obstacles to the takeover of airspace, including: (1) trust; (2) diplomacy."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jacky
"Latar Belakang : Tatalaksana jalan napas dan intubasi merupakan salah satu kompetensi utama dalam pendidikan anestesiologi. Kegagalan intubasi dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas bagi pasien. Idealnya intubasi dilakukan dalam satu kali percobaan. Salah satu faktor yang meningkatkan kegagalan intubasi adalah jalan napas sulit. Video laringoskop dapat meningkatkan keberhasilan intubasi namun belum ada penelitian yang membandingkan dua video laringoskop dengan bilah khusus jalan napas sulit. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keberhasilan intubasi residen anestesi FKUI menggunakan video laringoskop CMAC D-Blade dengan McGrath X-Blade pada manekin jalan napas sulit.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian eksperimental analitik dengan desain cross over randomized controlled trial. Penelitian ini dilakukan bulan Juni 2022. Subjek penelitian sebanyak 81 orang yang diambil dengan metode randomisasi residen anestesiologi FKUI, dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri atas 41 orang yang melakukan intubasi dengan CMAC D-Blade terlebih dahulu kemudian menggunakan McGrath X-Blade dan kelompok 2 sebanyak 40 orang yang melakukan sebaliknya. Uji stastistik data kategorik berpasangan menggunakan uji McNemar dan data numerik berpasangan dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test.
Hasil : Keberhasilan CMAC D-Blade lebih tinggi pada manekin jalan napas sulit (ekstensi leher terbatas, buka mulut terbatas dan edema lidah) dengan nilai p<0.001 namun risk ratio masing-masing sebesar 1.284, 1.245 dan 1.003 sehingga secara statistik tidak signifikan. Keberhasilan intubasi dengan CMAC D-Blade pada ke tiga model manekin adalah sebesar 70.4%, 75.3% dan 74.1% dibandingkan McGrath X-Blade sebesar 39.5%, 24.7% dan 38.3%. Keberhasilan intubasi dalam satu kali percobaan menggunakan D-Blade adalah sebesar 64.9%,59% dan 63.3% dibandingkan X-Blade sebesar 40.6%, 37.9% dan 45.2%
Kesimpulan : Video laringoskop CMAC D-Blade memiliki keberhasilan intubasi yang lebih baik dibandingkan McGrath X-Blade. Penggunaan CMAC D-Blade memiliki jumlah upaya percobaan intubasi lebih sedikit dibandingkan McGrath X-Blade

Background : Airway management and intubation is one of the main competency in anesthesiology study program. Failure of intubation can lead to morbidity and mortality. Ideally intubation has to be done in one attempt. One of the factor that can cause failure of intubation is difficult airway. Video laryngoscope can increase success rate of intubation but there is no any research of comparison two difficult airway video laryngoscope blade. This study aims to compare succesfull intubation by resident of anesthesiology faculty of medicine Universitas Indonesia using CMAC D-Blade and McGrath X-Blade in difficult airway mannequine.
Methods : This is an experimental analitic study, we did the cross over randomized controlled trial in which the participants are assigned randomly to a sequence using CMAC D-Blade and McGrath X-Blade on June 2022. Total 81 participants were collected by random sampling and divided into two groups. Group 1 (n=41) did the intubation with CMAC D-Blade first and then using McGrath X-Blade. Group 2 (n=40) did the intubation with McGrath X-Blade first and then using CMAC D-Blade. Researher obtained the data and analyzed using McNemar test for categoric data and Wilcoxon Signed Rank Test for numeric data.
Result : Success rate using CMAC D-Blade is higher in the difficult airway mannequin (limited neck extention, limited mouth opening and tongue edema) compare to McGrath X-Blade with p value p<0.001, although the p value is lower that 0.05 but the risk ratio consecutively are 1.284, 1.245 and 1.003 so the result was not significant by the statistic. Success rate of intubation with CMAC D-Blade consecutively are 70.4%, 75.3% and 74.1% compare with McGrath X-Blade 39.5%, 24.7% and 38.3%. First attempt success rate with D-Blade consecutively are 64.9%,59% and 63.3% compare with X-Blade 40.6%, 37.9% and 45.2%
Conclusion : Video laryngoscope CMAC D-Blade has higher intubation success rate compare with McGrath X-Blade. CMAC D-Blade has less intubation attempt compare with McGrath X-Blade
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library