Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 517 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Liberty, Jesse
Beijing : O`Reilly, 2005
005.133 LIB P
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmalena
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Vitamin C merupakan antioksidan yang banyak terdapat dalam sayuran dan buah-buahan. Jus dari buah mengkudu dilaporkan dapat memberikan perlindungan terhadap hati tikes yang diberi CCL, sifat hepatoprotektif ini diduga karena mengkudu banyak mengandung berbagai antioksidan dengan kandungan vitamin C yang tertinggi. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efek perlindungan vitamin C terhadap kerusakan jaringan hati akibat stress oksidatif yang ditimbulkan oleh induksi CCl4. Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus putih galur Wistar jantan dengan berat sekitar 200 gram per ekor. Tikus dibagi secara random menjadi 5 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Kelompok I (KK) adalah kelompok kontrol yang mendapat makan dan minuet ad libitum. Kelompok II (KP1) adalah kelompok yang diracuni dengan 0,55 mgCCl4/g berat badan diberikan per oral sebagai dosis tunggal pada hari ke 11. Kelompok III (KP2), IV (KP3), dan IV (KP4), adalah kelompok yang diberi vitamin C dosis rendah (0,03 mg/g berat badan ), dosis sedang (0,06 mg/g berat badan), dan dosis tinggi (0,2 mg/berat badan) yang diberikan per oral selama 11 hari. Pada hari kesebelas 2 jam setelah pemberian vitamin C tikus kelompok III, IV dan V diinduksi CCl4 0,55 mg/g berat badan per oral. Pada hari keduabelas tikus dikorbankan, kemudian dibedah diambil darah dan hatinya untuk pemeriksaan glutation eritrosit dan glutation jaringan hati Berta pemeriksaan histopatologik jaringan hati. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan uji ANOVA searah.
Hasil dan Kesimpulan: Kadar glutation eritrosit kelompok I (2,389 ± 0,716mg/g Hb); kelompok H (1,832 ± 0,320 mg/g Hb); kelompok III (3,131 ± 0,682 mg/g Hb); kelompok IV (2,425 ± 0,488mg/g.Hb); dan kelompok V (3,497 ± 0,488 mg/g Hb). Kadar glutation eritrosit pada kelompok III, IV dan V yaitu kelompok yang dilindungi vitamin C sebelum diinduksi CCLI lebih tinggi dibanding dengan kelompok I maupun H dan secara statistik berbeda bermakna (p0.05). Hasil pemeriksaan jaringan hati secara histopatologik didapatkan derajat kerusakan jaringan hati pada kelompok I (1,000 ± 0,000); kelompok II (3,000 ± 0,632); kelompok III (2,833 ± 0,408); kelompok IV (3,167 ± 0,408); dan kelompok V (2,833 ± 0,408). Meskipun derajat kerusakan jaringan hati pada kelompok III dan V lebih rendah dibanding dengan kelompok II, yaitu kelompok yang diberi vitamin C sebelum induksi CCI4, namun perbedaan ini tidak berbeda bermakna secara statistik (p>0.01)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T17675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafika Sari
"ABSTRAK
Vitamin C digunakan untuk mencegah penuaan dini, pembentukan melanin dan merangsang pembentukan kolagen. Vitamin C dibuat dalam sediaan topikal agar dapat langsung diaplikasikan pada kulit seperti bentuk larutan. Akan tetapi dalam bentuk larutan, vitamin C tidak stabil karena mudah teroksidasi sehingga efektifitasnya berkurang. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode analisis dan menetapkan kadar vitamin C dan turunannya dalam sampel dengan KLT densitometri menggunakan fase diam silika gel 60 F 254 dengan fase gerak butanol-asam asetat-air (5:1:1). Deteksi dilakukan menggunakan Camag TLC Scanner 3 pada panjang gelombang 266 nm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa batas deteksi dan batas kuantitasi vitamin C, magnesium askorbil fosfat, natrium askorbil fosfat, askorbil glukosida dan etil askorbil eter memenuhi persyaratan karena dibawah konsentrasi terkecil dari kurva kalibrasi. Hasil uji keterulangan vitamin C, natrium askorbil fosfat, askorbil glukosida dan etil askorbil eter memberikan nilai koefisien variasi ≤ 2% sedangkan magnesium askorbil fosfat memberikan nilai koefisien variasi lebih dari 2%. Hasil uji perolehan kembali vitamin C dan natrium askorbil fosfat berturut-turut adalah (99,98 ± 1,909)% dan (84,94 ± 1,533)%. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada sampel A mengandung vitamin C sebesar 8,62%, dalam sampel B mengandung natrium askorbil fosfat dengan sebesar 7,62% dan dalam sampel C tidak ditemukan vitamin C maupun turunannya.

ABSTRACT
Vitamin C is used to aging and prevent melanin formation and also stimulate collagen formation. Vitamin C was formulation in topical dosage form to apply easily to the skin was like solution. Nevertheless in solution, vitamin C could be oxidation so its effectiveness was less. The purposes of this research were determined analysis method and the level of vitamin C and its derivates in samples by TLC scanner using silica gel 60 F 254 as stationary phase, with butanol-acetic acid-water (5:1:1) as mobile phase. Detection was using Camag TLC Scanner 3 at 266nm. The result showed that the limit of detection and the limit of quantitation of vitamin C, magnesium ascorbyl phosphate, sodium ascorbyl phosphate, ascorbyl glucoside and ethyl ascorbyl ether were suitable with the requirement because under the lowest concentration of calibration curve. The result of vitamin C, sodium ascorbyl phosphate, ascorbyl glucoside and ethyl ascorbyl ether repeatability have coeffisien variation 2%, while magnesium ascorbyl phosphate repeatability has coeffisien variation more than 2%. The accuration of vitamin C and sodium ascorbyl phosphate were (99,98 ± 1,909)% and (84,94 ± 1,533)% respectively. The result of analysis showed that in sample A the average concentration of vitamin C was 8,62%, sodium ascorbyl phosphate in sample B was 7,62% and in sample C did not detect vitamin C or its derivates.
"
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2010
S33044
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
McGrath, Mike, 1947-
Southam: FSC, 2012
005.133 MCG c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayuningsih Dharma Setiabudy
"Thrombopoietin is synthesized in hepatocytes and She kidney. After it enters the blood stream, thrombopoetin is transported to the bone marrow. The receptor for thrombopoietin is known as c-mpl, which is expressed on the surface of platelets, megakaryocytes and Pltiripotent Stem Cells (PSCs). The function of ihrombopoietin is as a regulator of Colony Forming Unit (CFU)-Meg proliferation and as a stimulator for megakaryocyte maturation and platelet production. The plasma concentration ofthmmbopoietin is regulated by the platelet number. During thrombocytopenia, the plasma concentration of thrombopoietin is increased, and the platelet production is stimulated. On the other hand, during thrombncytosis, a large number of platelets will remove thrombopoietin from the circulation and the plasma concentration of thrombopoietin will decrease. The clinical application of thrombopoietin is to stimulate the number of platelets in thromhocytopenia induced by chemotherapy. Two forms of recomhinunl thrombopoietin have been developed for clinical use, i.e.: recombinanl Human Mcgakaryocyte Growth and Development Factor (rHuMGDF) and Polythylene Glycol (PEG)-rHuMGDF. Administration of rHuMGDF is preferred to PEG-rHuMGDF, because the later can stimulate an antibody reaction. In addition, thrombopoietin is also required for the maintenance of PSC, stimulation of PSC proliferation, and mobilization of PSCto peripheral tissues. The concentration of thrombopoietin can be determined by a highly sensitive enzyme-linked immunosorbent assay using a monoclonal antibody. Under normal conditions, the plasma concentration of thrombopoietin ranges from 12 pg/mL to 61 pg/mL."
2002
AMIN-XXXIV-3-JuliSep2002-115
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Blank, Glenn
New York : McGraw-Hill, 1998
004BLAU001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Shandy Sastra
"Penyebab utama kandidiasis yang merupakan infeksi jamur tersering pada manusia, adalah Candida albicans. Asupan glukosa yang tinggi merupakan salah satu faktor predisposisi kandidiasis oral. Substitusi asupan glukosa dengan xylitol dilaporkan mampu mengontrol pertumbuhan C. albicans. Berbagai penelitian in vitro terdahulu tentang konsentrasi efektif xylitol dalam menghambat pertumbuhan C. albicans bervariasi, yaitu xylitol 1%, 5%, atau 10%.
Tujuan: Mengetahui pengaruh konsentrasi dan durasi pemaparan xylitol dalam menurunkan jumlah koloni C. albicans in vitro.
Metode: Sampel C. albicans diambil dari usapan lesi mukosa mulut seorang pasien laki-laki penderita kandidiasis oral. Identifikasi spesies menggunakan CHROMagar dan uji serum. Setelah teridentifikasi positif, dibuat suspensi C. albicans pengenceran 108 kali. Pemaparan xylitol konsentrasi 1%, 5%, 10% (kelompok uji) serta tanpa xylitol (kelompok kontrol) dilakukan dalam Sabouraud Dextrose Broth (SDB) selama 3 hari dan 7 hari. Selanjutnya, C. albicans diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam dalam Sabouraud Dextrose Agar (SDA) untuk mendapatkan jumlah CFU/ml. Sebagai pembanding, prosedur yang sama dilakukan terhadap C. albicans strain ATCC 10231.
Hasil: Pada kultur C. albicans yang diberi xylitol selama 3 hari, peningkatan konsentrasi xylitol menyebabkan penurunan jumlah koloni C. albicans secara bermakna (p = 0,044). Konsentrasi xylitol 10% menyebabkan penurunan jumlah koloni C. albicans yang sangat bermakna dibandingkan kontrol (p = 0,024). Pada kultur C. albicans yang diberi xylitol selama 7 hari, konsentrasi xylitol tidak mempengaruhi jumlah koloni C. albicans secara bermakna (p = 0,396).
Kesimpulan: Konsentrasi dan durasi pemaparan xylitol mempengaruhi efek xylitol dalam menurunkan jumlah koloni C. albicans in vitro. Pemaparan xylitol 10% selama 3 hari sangat berpengaruh dalam menurunkan jumlah koloni C. albicans in vitro.

Candidiasis which is the most common fungal infection of human, primarily caused by Candida albicans. The growth of C. albicans is influenced by glucose intake. Substitution of glucose intake with xylitol is reported to inhibit the growth of C. albicans. Several previous studies reported various concentrations of xylitol, 1%, 5%, or 10%, as an effective concentration in inhibiting C. albicans in vitro.
Objectives: Investigating the effect of different concentration and duration of xylitol exposure in inhibiting C. albicans growth in vitro.
Methods: C. albicans sample was taken from oral swab of a male oral candidiasis patient. Identification of C. albicans was conducted using CHROMagar, confirmed by germ tube test. The cultures were serially diluted and inoculated in Sabouraud Dextrose Broth (SDB) contained 1%, 5%, 10% xylitol, and without xylitol (as control), for 3 and 7 days. These inoculations were then incubated in 37oC on Sabouraud Dextrose Agar (SDA). The Colony Forming Unit (CFU) were counted after 48 hours. As a comparison, the same procedure was conducted for the C. albicans ATCC 10231 strain.
Results: After 3 days, increased concentration of xylitol added to C. albicans media lead to decreased growth of C. albicans significantly (p = 0,044). Ten percent xylitol resulted in significant lower growth of C. albicans compared to control (p = 0,024). After 7 days, there?s no significant effect of the three concentrations of xylitol in decreasing the growth of C. albicans (p = 0,396).
Conclusion: Concentration and duration of xylitol exposure influent the inhibitory effect of xylitol on the growth of C. albicans. Three days exposure of 10% xylitol could significantly inhibit the growth of C. albicans in vitro."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdelmalek, Nabih N.
Boca Raton: CRC Press, Taylor & Francis Group, 2008
518 ABD n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Liberty, Jesse
Beijing: O'Reilly, 2008
005.133 LIB p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Edesmetiana Sri Hernawati
"ABSTRAK
Motilitas spermatozoa merupakan salah satu faktor penentu untuk keberhasllan terJadinya pembuahan. Telah diketahul bahwa, glikosida Jantung dapat meningkatkan motilitas spermatozoa pada hewan, melalui penghambatannya pada aktlvltas enzim Na+,K+ -ATP-ase yang terdapat pada membran plasma ekor spermatozoa. Dalam penelitian ini, Ianatoslde-C sebagal salah satu senyawa glikosida Jantung diberikan pada spermatozoa manusia. Sampel semen yang digunakan berasal dari 30 pria pasangan infertil yang mempunyal persentase motilitas spermatozoa lebih dari 40% dan Jumlah spermatozoa lebih dari 20 Juta per ml.
Sampel semen diencerkan dalam larutan Hanks sampai didapatkan Jumlah spermatozoa sepuluh Juta per ml. Kemudlan semen tersebut dibagl menjadi empat bagian, dan ke dalam maslng-masing bagian ditambahkan dua mI larutan Hanks tanpa lanatoside-C (sebagal kontrol), dua mI konsentrasi lanatoside-C 1O-9 M, 10-7 M, dan 10-5 M. LaIu masing-masing diinkubasi pada suhu 37oC selama 20, 40, 60, dan 8O menit. Penghitungan persentase motilitas spermatozoa dilakukan dengan menggunakan metoda WHO, yaitu dengan menghitung jumlah spermatozoa baik yang motil maupun imotil pada sepuluh lapangan pandangan yang terplsah dan diIakukan secara acak.
Hasll uji statistik nonparametrik Friedman pada α = 0,01 menunjukkan bahwa, pemberlan larutan lanatoside-c ke dalan semen manusia dapat neningkatkan motilitas spermatozoa pada konsentrasi 10-7 M, sedangkan dengan konsentrasi 10-9 M juga meningkat tetapl tidak berbeda nyata dari kontrol. selain itu dapat menurunkan motilitas spermatozoa pada konsentrasi 10-5M. Motilitas spermatozoa pada konsentrasi 10-7 M dan 10-9 M tersebut dapat dipertahankan sampai 60 menit waktu inkubasi (α =0,05). Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah: Diantara ketiga konsentrasi yang digunakan, motilitas spermatozoa tertinggi terdapat pada semen dengan perlakuan larutan lanatoside-c 10-7 M, yang dapat dipertahankan sampai 60 menit waktu inkubasi. Disarankan: Melakukan penelitian yang sama pada pria pasangan fertil atau pada pria pasangan infertil yang mempunyai spernatozoa yang honogen dalam keutuhan membran."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>