Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Timotius Sutto Halim
"ABSTRAK Pembentukan senyawa dimer dari senyawa amina aromatis, dengan bantuan biokatalis, diketahui dapat menghasilkan senyawa produk yang memiliki sifat bioaktif. Sifat bioaktif ini dapat berupa aktivitas antioksidan, antikanker, dan antimikroba. Pada penelitian ini digunakan anilin dan orto-anisidin, masing-masing sebagai prekursor, dalam pembentukan senyawa dimer menggunakan biokatalis peroksidase. Peroksidase yang digunakan berupa enzim kasar yang diekstrak dari tanaman brokoli (Brassica oleracea). Aktivitas spesifik enzim kasar adalah 0,161 U/mg protein. Senyawa produk yang terbentuk, baik yang berasal dari anilin maupun orto-anisidin tersebut, kemudian diekstraksi dengan etil asetat lalu dimurnikan dengan kromatografi kolom silika gel. Masing-masing prekursor menghasilkan suatu senyawa berupa padatan berwarna merah. Identifikasi senyawa produk dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis dan GC-MS. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa senyawa dimer padatan adalah para-amino difenil amina dengan m/z = 184 dan waktu retensi 19,06 menit untuk senyawa produk yang berasal dari anilin. Senyawa produk yang berasal dari orto-anisidin merupakan kelompok kuinon diimina dengan m/z = 242 dan waktu retensi 20,07 menit. Kedua isolat senyawa produk tersebut diuji aktivitas biologisnya sebagai senyawa antitumor dalam medium Eagle?s MEM yang mengandung sel leukemia L1210 dan ditentukan nilai IC50 dengan metode least square. Nilai IC50 yang diperoleh untuk senyawa para-amino difenil amina dan anilin adalah berturut-turut sebesar 94,52 ?g/mL dan 171,65 ?g/mL, sedangkan untuk senyawa kelompok kuinon diimina dan orto-anisidin adalah berturut-turut sebesar 78,22 ?g/mL dan 145,93 ?g/mL. Kata kunci: amina aromatis, antitumor, enzim peroksidase, senyawa bioaktif."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"marine environment is a rich source of both chemical compounds and biological diversities. In recent years, many bioactive compounds have been isolated from various marine organism, like sponges, coelenterates, microorganisms, algae,echinoderms,tunicates,bryozoans and molluscs. This paper wil be explained several bioactive compounds that have been isolated from marine sponges."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bhayangkara Tegar Pradana
"Propolis merupakan suatu kekayaan alam yang dihasilkan dari lebah selain madu. Salah satu kandungan propolis yang memiliki manfaat besar dari bioaktivitasnya adalah Artepillin C. Artepillin C merupakan suatu derivat asam sinamat terprenilasi pada posisi meta dari gugus karboksil dalam cincin aromatis. Sintesis asam sinamat dengan dilanjutkan dengan reaksi prenilasi adalah suatu cara untuk melakukan pendekatan menuju sintesis Artepillin C. Asam sinamat yang digunakan adalah hasil sintesis dari benzaldehida dan anhidrida asetat dengan bantuan katalis kalium asetat. Karakterisasi dengan UV-Vis menunjukkan λmax sebesar 279 nm. Hasil FT-IR spesifik asam sinamat pada 3070nm sebagai penunjuk OH karboksilat dan 1681 nm sebagai gugus karbonil. Asam sinamat hasil sintesis diprenilasi dengan dua katalis heterogen, yaitu γ-Al2O3/NaOH/Na dan K2CO3. Keduanya memiliki hasil yang serupa baik dari hasil karakterisasi spektrofotometer FT-IR dengan kemunculan peak pada daerah 1400 nm, spektrofotometer UV-Vis dengan adanya pergeseran batokromik, maupun LC-MS dengan keberadaan peak yang mirip. Pada asam sinamat yang telah mengalami prenilasi ini dilakukan uji aktivitas antioksidan dan dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 517 nm. Adanya persentase kenaikan aktivitas antioksidan sebesar 27,28% membuktikan bahwa asam sinamat terprenilasi memiliki aktivitas lebih baik dibandingkan asam sinamat hasil sintesis.

Propolis is a natural resource produced by bees other than honey. One component in propolisthat has the benefit for its bioactivity is Artepillin C. Artepillin C is a prenylated cinnamic acid derivatives at the meta position of the carboxyl group in the aromatic ring. Synthesis of cinnamic acid followed by the reaction with dimethyl allyl bromide is a way to synthesize Artepillin C. Cinnamic acid was synthesized from benzaldehyde and acetic anhydride in the presence of potassium acetate as the catalyst. The characterization by spectrophotometer UV-Vis showed the λmax at 279 nm. The spectrophotometer FT-IR results of cinnamic acid showed the specific absorbancypeak at 3070 nm of OH carboxylate and at 1681 nm of carbonyl groups. Prenylation of cinnamic acid was conducted using two heterogeneous catalysts, namely γ-Al2O3/NaOH/Na and K2CO3. Both catalysts showed similar results based onspectrophotometer FT-IR with peak emergence in the 1400 nm region, spectrophotometer UV-Vis with a bathochromic shift, so doLC-MS in the presence of a similar peak. Antioxidant activity test is done onprenylated cinnamic acid using spectrophotometer UV-Vis at 517 nm. The increased antioxidant activity of27.28% proved that the prenylated cinnamic acid had better antioxidant activity than the original cinnamic acid."
Universitas Indonesia, 2014
S53151
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Di sekitar Departemen Teknik Gas dan Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia terdapat satu jenis tumbuhan yang buahnya banyak, berbuah sepanjang musim, serta beraroma khas. Tumbuhan tersebut memiliki nama ilmiah Diilenia indica dan nama lokalnya adalah sempur air. Penggunaan utama tumbuhan ini adalah kayunya, sementara bagian lainnya masih belum banyak digunakan.
Secara tradisional, buahnya telah dimanfaatkan sebagai obat batuk dan obat sakit perut tanpa pemah diuji kemampuan antibakterinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah senyawaan bioaktif polar daging buah Dillenia indica memiliki aktivitas antibakteri. Untuk mencapai tujuan tersebut, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengambil senyawa polar dari daging buah Dillenia indica. Hal ini dilakukan dengan elcstraksi menggurlakan pelarut polar, yaitu etanol dengan sedikit air. Selanjutnya, diperlukan pemisahan ekstrak kasar tersebut menjadi beberapa fiaksi dengan menggunakan krornatografi kolom. Fasa diarmlya adalah silika gel, sementara fasa geraknya adalah etanol dan ldoroform dengan kepolaran dinaikkan secara gradien. Fraksi-fraksi yang diperoleh diuji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri Escherichia coli dengan metode difusi paper disc, dengan kloramfenikol sebagai kontrol positif.
Hasil ekllaksi berupa cairan berwarna kopi susu. Setelah diuapkan pelarumya, diperoleh ekstrak kasar berupa resin kental berwarna coklat karamel sebanyak 100 ml. Hasll isolasi dengan kromatograii kolom menghasilkan 7 fraksi, A sampai G, dengan Rf sangat berdekatan. Hasil uji aktivitas antibakteri memperlihatkan bahwa aktivitas antibakterl hanya dimiliki oleh fiaksi B dan E. Kemampuan antibakteri kedua fraksi tersebut pada konsentrasi 25 mg/mL temyata tidak terlalu besar. Hal ini mungkin disebabkan karena Fraksi tersebut bukan merupakan senyawa mumi, sehingga ada kemungkinan terjadi penghilangan kemampuan antibakteri karena sinergisme antara beberapa senyawa tcrsebut."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49469
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Fariska
"Spons Callyspongia aerizusa dapat ditemukan di dua zona Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNLKS) dengan kondisi ekologis yang berbeda, yaitu zona pemukiman (Pulau Karya dan Pramuka) dan zona inti (Pulau Penjaliran Timur). Kondisi ekologis di zona inti relatif lebih baik jika dibandingkan dengan zona pemukiman. Zona inti merupakan zona dengan akses terbatas guna perlindungan biota laut, diasumsikan tingkat kerusakan ekosistem yang terjadi dan asupan pencemarannya rendah. Untuk mengetahui adanya perbedaan aktivitas senyawaan bioaktif tersebut, dilakukan uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp (Artemia salina) Lethality Test (BSLT) menggunakan crude extract dan ekstrak hasil fraksinasi spons C. aerizusa dari kedua zona tersebut. Fraksinasi crude extract spons tersebut dilakukan dengan teknik kromatografi cair-cair. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawaan crude extract C. aerizusa yang paling aktif berasal dari Pulau Penjaliran Timur (nilai LC50 sebesar 723,972 ppm) dan ekstrak hasil fraksinasinya yang paling aktif ialah ekstrak fraksi etil asetat (nilai LC50 sebesar 529,032 ppm)."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S31487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Anggraeni
"Telah dibuat film sambung silang kitosan-tripolifosfat yang mengandung asiatikosida sebagai pembalut bioaktif untuk luka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari parameter yang berpengaruh dalam pembuatan film sambung silang kitosan-tripolifosfat, mempelajari karakteristik film yang dihasilkan, mempelajari profil pelepasan asiatikosida dari film, serta mempelajari aktivitas penyembuhan lukanya secara in vivo. Film dibuat dalam empat formula F1, F2, F3, dan F4 dengan memvariasikan konsentrasi tripolifosfat antara lain 0%, 4%, 8%, dan 12% b/b kitosan. Sambung silang kitosan-tripolifosfat dibuat dengan metode gelasi ionik dan film dibuat dengan metode penguapan pelarut. Cairan pembentuk film (CPF) dan film yang dihasilkan dikarakterisasi yang meliputi spektroskopi FTIR, turbidimetri, viskositas, ketebalan, sifat mekanik, daya mengembang, laju transmisi uap air, kekuatan bioadhesif, profil pelepasan asiatikosida dari film, dan aktivitas penyembuhan luka secara in vivo pada luka mekanik terbuka derajat tiga. Hasilnya menunjukkan bahwa film F2, F3, dan F4 memiliki karakteristik yang lebih baik, terutama sifat mekaniknya daripada F1 dengan karakteristik terbaik ditunjukkan oleh F4. Persen kumulatif pelepasan asiatikosida pada jam ke enam dari film F1, F2, F3, dan F4 berturut-turut 84,8%, 72,1%, 73,4%, dan 72,0% dengan kinetika pelepasan dikontrol oleh proses difusi dan erosi. Film sambung silang kitosan-tripolifosfat (F4) belum menunjukkan aktivitas penyembuhan luka yang lebih baik dibandingkan kontrol dan aktivitas yang ditunjukkan tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05) pada jenis luka yang diujikan (luka kering).

Cross-linked chitosan-tripolifosfat films containing asiaticoside have been prepared as bioactive dressing. The objectives of this research were to study the parameters that affect in preparation of cross-linked chitosan-tripolyphosphate films, to study the characteristics of the resulting films, to study the release profile of asiaticoside from the films, and to study in vivo wound healing activity. The Films were formulated in four formulas termed F1, F2, F3, and F4 by varying the concentration of tripolyphosphate including 0%, 4%, 8%, and 12% w/w of chitosan. Cross-linked chitosan-tripolyphosphate was prepared by ionic gelation technique and the films were prepared by casting/ solvent evaporation technique. Film-forming fluids (CPF) and the resulting films were characterized, including spectroscopy FTIR, turbidimetry, viscosity, film thickness, mechanical properties, swelling degree, water vapor transmission rate, bioadhesive property, release profil of asiaticoside from the film, and in vivo wound healing activity on third degree mechanical open wound. The result showed that F2, F3, and F4 films had better characteristics especially in mechanical properties than F1 film and the best characteristics was showed by F4 film. Cumulative release of asiaticoside at sixth hours from F1, F2, F3, and F4 films respectively were 84,8%, 72,1%, 73,4%, and 72,0% with the release kinetics were controlled by diffusion and erosion process. Chross-linked chitosan-tripolyphosphate film (F4) has not showed better wound healing activity than control and the activity wasn't significantly different on the type of wound that was tested (dry wound)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T31069
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erline Yuniarti
"Biji kopi robusta (Coffea canephora) dapat diolah menjadi biji kopi hijau yang memiliki asam klorogenat lebih tinggi dibandingkan dengan kopi sangrai. Penggunaan pelarut ramah lingkungan untuk ekstraksi target metabolit sekunder dari tanaman terus ditingkatkan, diantarnya adalah Natural Deep Eutectic Solvent (NADES). Tujuan penelitian adalah mendapatkan kondisi optimum NADES kolin klorida-sorbitol yang dapat digunakan untuk mengekstraksi kafein dan asam klorogenat dari serbuk biji kopi hijau dibandingkan dengan metode maserasi serta melakukan uji aktivitas ekstrak NADES tersebut terhadap inhibitor aktivitas lipase. Serbuk biji kopi diekstraksi menggunakan NADES dan ultrasound-assisted extraction (UAE) dengan variasi kondisi yaitu perbandingan mol kolin klorida terhadap sorbitol (2:1, 4:1, 6:1), waktu ekstraksi (10, 35 dan 60 menit) dan perbandingan pelarut terhadap simplisia (10:1, 20:1 dan 30:1 mL/g).
Disain variasi perlakuan menggunakan respon permukaan (RSM) Box Behnken Design. Analisa kafein dan asam klorogenat menggunakan KCKT fase gerak gradien 0,1% asam asetat sebagai pelarut A dan asetonitril sebagai pelarut B selama 35 menit, deteksi kafein dan asam klorogenat berturut-turut menggunakan panjang gelombang 272 nm dan 326 nm. Kondisi terbaik ditunjukkan pada perbandingan mol kolin klorida- sorbitol 4:1, waktu ekstraksi 60 menit dan perbandingan pelarut NADES dengan simplisia 1:30 g/mL sehingga dapat mengekstraksi senyawa bioaktif serbuk kopi hijau dengan kadar 5,87 mg/g untuk kafein dan 12,24 mg/g untuk asam klorogenat.
Hasil ini bila dibandingkan dengan metode maserasi relatif sama 93,72% untuk kafein dan lebih tinggi 297% untuk asam klorogenat. Kondisi optimum berdasarkan analis RSM untuk perbandingan mol kolin klorida-sorbitol adalah 4,17:1, waktu ekstraksi selama 59,94 menit dan perbandingan pelarut NADES dengan simplisia sebanyak 29,96:1 mL/g dan ekstrak cair NADES tersebut memiliki IC50 terhadap lipase sebesar 32,46 μg/mL.

Robusta coffee beans (Coffea canephora) could be processed into green coffee beans (GCB) that have higher chlorogenic acid (CGA) than roasted coffee. The developing of environmentally friendly solvents for the extraction of secondary metabolites from the plants were increasing, such as the Natural Deep Eutectic Solvent (NADES). This study aimed to obtain the optimum conditions of NADES choline chloride-sorbitol which could be used to extract caffeine and CGA from the powder of GCB compared to the maceration method and testing the NADES extract for the activity as inhibitor lipase. GCB powder was extracted with NADES by UAE method with variation conditions: ratio mol of choline chloride:sorbitol (2: 1, 4: 1, 6: 1), extraction time (10, 35 and 60 minutes) and ratio of sample solvents (10: 1, 20: 1 and 30: 1 mL / g).
Design variation treatment was obtained by the Box Behnken Design of Response Surface Methodology (RSM). Analysis of caffeine and CGA by HPLC with gradient system for 35 minutes and the mobile phase were 0.1% acetic acid as solvent A and acetonitrile as solvent B, detection of caffeine and CGA respectively using wavelengths 272 nm and 326 nm. The best conditions were shown in the composition of NADES with 4 mol choline chloride, 60 minutes extraction time and 1:30 g/mL ratio of sample solvent and the yield of that condition were 5.87 mg / g for caffeine and 12.24 mg / g for CGA.
The result was relatively the same 97% for caffeine and higher 297% for CGA compared with maceration methode. Based on RSM analysis, the optimum conditions for obtaining highest levels of caffeine and CGA were 4.17 moles of choline chloride, extraction time for 59.54 minutes and 29.96 mL/g for the ratio of sample solvent and IC50 for these extract were 32.46 μg /mL."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T52606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Larasati
"ABSTRACT
Ikan lepu ayam Pterois volitans yang lebih dikenal dengan lionfish merupakan ikan tropis asli dari perairan Indo-Pasifik yang bersifat invasif terhadap ekosistem laut karena pertumbuhannya yang cepat dan sbersifat predator, sehingga menurunkan populasi ikan dan karang di perairan. Saat ini antioksidan alami dari sumber biota laut telah banyak dikembangkan sebagai pencegah penyakit kanker dan kardiovaskular. Crude Venom CV diekstraksi menggunakan metode sonikasi dan diendapkan menggunakan etanol dan Amonium Sulfat AS dengan saturasi 20, 40, 60, dan 80. Konsentrasi protein dari masing-masing sampel dideteksi menggunakan metode Lowry dan untuk mengetahui berat molekul protein menggunakan SDS-PAGE. Analisis toksisitas dilakukan untuk menentukan nilai Lethal Concentration LC50 dengan metode Brine Shrimp Lethality Test BSLT dan aktivitas antioksidan diuji menggunakan metode 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil DPPH untuk menentukan nilai Inhibitor Concentration IC50. AS 80 memiliki nilai konsentrasi protein yang paling tinggi 361,76 ppm. Hasil uji menunjukkan nilai LC50 AS 80 101,93 ppm. Analisis antioksidan menunjukkan AS 80 memiliki nilai penghambatan lebih tinggi 57,08 dengan IC50 1,56 mg/mL. Analisis SDS-PAGE menunjukkan bahwa AS 80 memiliki pita protein pada 7,9 , 46,2 dan 52,7 kD yang memiliki potensi sebagai antioksidan. Penelitian ini menunjukkan bahwa AS 80 memiliki potensi tertinggi sebagai senyawa antioksidan karena kemampuannya untuk menghambat radikal bebas.

ABSTRACT
Lionfish Pterois volitans is a native tropical fish from Indo Pacific Ocean and has invaded on marine ecosystem due to its rapid growth and predatory properties that highly affecting fish and coral populations. Recent studies shows the importance of natural antioxidants especially in the prevention of cancer and cardiovascular disease. Crude Venom CV was extracted using sonicator and precipitated using ethanol and Ammonium Sulfate AS with 20, 40, 60, and 80 saturation. Protein concentration of each samples detected using Lowrys method and SDS PAGE was done to find out the Molecular Weight MW of protein samples. Toxicity analysis to determine Lethal Concentration LC50 value was done using Brine Shrimp Lethality Test BSLT and antioxidant activity tested using 2,2 diphenyl 1 picrylhydrazyl DPPH method to determined Inhibitor Concentration IC50 value. AS 80 had the higher value of protein concentration 361,76 ppm. SDS PAGE analysis showed that AS 80 had protein band at 7,9, 46,2 and 52,7 kD which supposed to be protein that had antioxidant activity. The test showed the LC50 of AS 80 101,93 ppm. Antioxidant analysis showed AS 80 had the higher value of inhibition 57,08 with IC50 1,56 mg mL. This research showed that AS 80 has the highest potential as an antioxidant compound due to its ability to inhibit free radicals. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romilda Rosseti
"lingkungan kondusif untuk proses penyembuhan. Biological sealing dapat diperoleh melalui sifat bioaktivitas suatu material, salah satunya kemampuan biomineralisasi material, yaitu kemampuan material dalam membentuk apatite like layer pada permukaan ketika berkontak dengan cairan fisiologis. Karakteristik tersebut dapat diperoleh dari material bioaktif, seperti kalsium silikat. Siler berbasis kalsium silikat pre- mixed saat ini telah banyak berkembang, di antaranya adalah Ceraseal® (Metabiomed, Korea) dan AH Plus® Bioceramic (Dentsply, USA). Komposisi masing-masing siler yang bervariasi menghasilkan perbedaan karakteristik, salah satunya kemampuan biomineralisasi. Tujuan: Menganalisis potensi biomineralisasi antara siler berbasis kalsium silikat pada dentin saluran akar dengan perendaman phosphate buffered saline (PBS). Metode: Siler berbasis kalsium silikat Ceraseal® dan AH Plus® Bioceramic diaplikasikan ke dalam dentin saluran akar gigi premolar yang telah dilakukan prosedur preparasi saluran akar, dan dilanjutkan dengan perendaman dalam PBS selama 14 hari. Analisis biomineralisasi dilakukan dengan menganalisis pembentukan lapisan apatit setelah 14 hari perendaman melalui penghitungan ketebalan deposit lapisan apatit menggunaan Scanning Electron Microscope (SEM), serta peningkatan pH larutan yang dihitung pada waktu observasi hari-ke 0, 7 dan 14 menggunakan pH-meter. Hasil: Terdapat perbedaan deposisi apatit pada interfacial layer antara Ceraseal® dan AH Plus® Bioceramic dalam waktu observasi 14 hari. Terdapat perbedaan bermakna antara nilai pH Ceraseal® dan AH Plus® Bioceramic pada waktu observasi 7 dan 14 hari.

Background: Endodontic treatment currently refers to the concept of biological sealing to form an environment conducive to the healing process. Biological sealing can be obtained through the bioactivity properties of a material, one of which is its biomineralization ability to form an apatite-like layer on the surface when in contact with physiological fluids. This characteristic is present in bioactive materials like calcium silicate. There are currently many developed pre-mixed calcium silicate based sealers, including Ceraseal® (Metabiomed, Korea) and AH Plus® Bioceramic (Dentsply, USA). The variation in their composition results in different characteristics, including biomineralization ability. Objective: To analyze the biomineralization potential of calcium silicate-based sealers on root canal dentine by phosphate-buffered saline (PBS) immersion. Methods Calcium silicate based sealer Ceraseal® and AH Plus® Bioceramic were applied to the root canal dentin of premolar teeth that had undergone root canal preparation procedures. The samples were then immersed in PBS for 14 days. Biomineralization analysis was performed by measuring the apatite layer thickness formed after 14 days of immersion using a Scanning Electron Microscope (SEM). Additionally, the pH of the solution was measured at observation times of 0,7 and 14 days using a digital pH-meter. Results: There was a significant differences in in apatite deposition at the interfacial layer between Ceraseal® and AH Plus® Bioceramic during 14 days of observation. Furthermore, there was a significant difference in pH values between Ceraseal® and AH Plus® Bioceramic at 7 and 14 days of observation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Momoy Ulrike
"Pembentukan senyawa dimer yang terjadi pada senyawa fenolik dengan bantuan biokatalis, diketahui dapat menghasilkan senyawa dimer yang memiliki sifat bioaktif. Sifat bioaktif ini dapat berupa aktivitas antioksidan, antikanker, dan antimikroba. Pada penelitian ini digunakan eugenol sebagai prekusor dalam pembentukan senyawa dimer dengan menggunakan biokatalis enzim peroksidase. Enzim peroksidase yang digunakan, berupa enzim kasar yang diekstraksi dari tanaman sawi hijau (Brassica juncea ). Aktivitas spesifik enzim kasar adalah 0,357 U/mg protein. Senyawa hasil reaksi antara eugenol dengan enzim peroksidase, dan H2O2 30% yang terbentuk, kemudian diekstraksi dengan etil asetat dan dimurnikan dengan kromatografi kolom, menghasilkan suatu senyawa berupa kristal berwarna kuning, dengan nilai Rf = 0,25 dan titik leleh antara 105oC ?V 108o C. Identifikasi produk kristal dilakukan dengan spektrofotometri UV-Vis, GC -MS, dan FT ?V IR. Diperoleh dari spektrofotometri UV-Vis, kristal tersebut mempunyai ?? maksimum 291 nm dan spektrum FT -IR yang mirip dengan eugenol. Hasil GC-MS menunjukkan bahwa komponen utama dengan waktu retensi 32,10 menit dan luas area 85,22 % mempunyai nilai m/z = 326 yang senilai dengan (2 x m/z eugenol)?V2H. Produk kristal tersebut diujikan aktivitas biologisnya sebagai senyawa inhibitor terhadap sel leukemia L1210 dalam medium Eagle??s MEM, yang mana sel ini merupakan salah satu jenis dari sel kanker dan ditentukan nilai IC50 dengan metode least square. IC50 adalah konsentrasi senyawa aktif dalam ??g/mL medium yang dapat menghambat perkembangbiakan sel sebanyak 50 % setelah masa inkubasi 48 jam. Nilai IC50 yang diperoleh senyawa kristal adalah sebesar 22,35 ??g/mL, yang berarti senyawa kristal memiliki potensi sebagai inhibitor sel leukemia L1210."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>