Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Warren, Hans
Amsterdam: Bert Bakker, 1987
BLD 839.36 WAR g IX
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tenny R. A. Rusdy
"ABSTRAK
Kesepakatan umum tarif dan perdagangan multilateral (GATT/WTO),
deklarasi APEC tentang sistem perdagangan bebas dan investasi pada tahun 2020 dan
kesepakatan perdagangan bebas di negara-negara Asia Tenggara (AFTA) pada tahun
2003, mencerminkan Indonesia telah masuk ke dalam sistem perekonomian dunia yang
bebas dan tidak lagi mengenal batas negara serta terkikisnya berbagai bentuk hambatan
baik tarif dan non tarif. Hal ini berarti arus perdagangan dan investasi menjadi semakin
bebas keluar masuk ke suatu negara. Keadaan ini menimbulkan persaingan yang sangat
ketat diantara pelaku bisnis. Hanya pelaku yang tanggap dan telah mempersiapkan diii
yang mampu hidup dan berkembang.
BUMN sebagai salah satu pelaku bisnis di Indonesia dituntut tetap bidup dan
berkembang dalani situasi persaingan yang sangat ketat. Monopoli sebagai hak istimewa
yang diperoleh BUMN dan pemerintah bukan lagi sesuatu yang menguntungkan karena
dengan monopoli tidak akan tercapai efisiensi dan fleksibilitas yang sangat diperlukan
dalam lingkungan bisnis yang telah berubah.
PERTAMINA sebagai salah satu BUMN andalan pemerintah tidak luput dari
ketentuan di atas. Peran PERTAMINA sebagai sumber devisa dan penermaan negara
masih diperlukan. Porsi kegiatan untuk pelayanan kebutuhan BBM masih menempati
prioritas utama dari kegiatan PERTAMINA. Keinginan untuk membeikan energi yang
lebih murah kepada masyarakat, memaksa pemerintah untuk meneruskan kebijakannya
ditetapkan pada awal PJP 1 dengan memberikanj subsidi asas produk BBM. Namun
dengan perubahan dan kecendrungan yang terjadi akhir-akhir ini mengharuskan
pemerintah menelaah kembali kebijakan tersebut.
Proteksi dalam bentuk subsidi harga jelas tidak sesuai dengan jiwa GATT yang
teiah disepakati pemerintah. Proteksi hanya akan membuat konsumen manja dan BUMN
tidaic tanggap terhadap keinginan konsumen dan thiam jangka panjang rakyat akan
dirugikan karena BIJMN tidak mampu untuk beroperasi lebih efisien. Akîbatnya
keberadaan BUMN justru alcan membebani pemerintali yang berarti juga metubebani
rakyat, icarena tidak mampu berkembang.
Ada dua permasalahan besar yang dihadapi PERTAMINA, pertama, adalah
permasalahan operasional dan kedua adalali masalah umuzn. Dalam permasalahan
operasional PERTAM[NA dihadapkan pacla ketakutan Indonesia menjadi net oil
importing countly. Pesatnya pertumbuhan perekonomian Indonesia mendorong
peningkatan Iconsumsi energi migas sedangkan pasokan bahan baku berupa minyak
mentah relatif tetap. Keterbatasan dana menjadi kendala utatna bagi PERTAMINA untuk
meningkatkafl cadangan migasnya. IJntuk mengatasiflYa keterbatasan dilakukan dengan
mengundang dan bekeija sama dengan mitra asing untuk melakukan kegiatan eksplorasi
dan produksi di bumi nusantara. Di sektor huir PERTAMINA dihadapkan pada lonjakan
kebutuhan BBM yang sangat tajam melebihi kenaikan kapasitas produksi BBM
PERTAMINA. Dengafl seijin pemerintah PERTAMINA terpaksa melakukan impor untuk
menanggulangi kekuran? pasokan BBM dan kecenderungan impor dan tahun ke tahun
menunjukkan kenaikan.
Pada masaiah umum PERTAMINA dihadapkan pada minimnya modal dan
kurangnya SDM yang profesional. Kekurangan modal menjadi masalah utama
karena dengan peraturan pemerintah yang ada saat ini tidak memungkinkan
PERTAMINA untuk melakukan akumulasi modal sendiri.
PERTAMINA sangat sadar bahwa perubahan lingkungan bisnis akan
mempengaruhi keberadaannya. Upaya-upaya penyesuaian dan tìndakan antisipasi eclah
dilakukan untuk menghadapi perubahan tersebut. Dengan keputusan Dirut PERTAMINA
di akiir tahun 1996 telah dikeluarkan visi dan misi PERTAMINA yang baru sebagai
anggapan positif terhadap perubahan yang terjadi. Visi dan misi memberikan cakrawala
baru bagi insan perminyakan bahwa untuk dapat bertahan pada lingkutigali yang makin
ganas, PERT AMJNA harus efisien, unggul, maju dan mandiri seria berprestasi setara
dengan perusahan minyalc yang berskala internasional. Efisiensi menjadi kata kunci karena
efisiensi PERTAMINA akan mempenganihi tingkat efisiensi industri hilir. Mandiri
menjadi obsesi PETAMINA dengan berusaha melepaskan diri dari ketergantungan
terhadap pemerintah dan pasar dalam negeri.
Untuk mencapai efisienSi yang tinggi beberapa kebijakan restruktunisasi telah
dilakukan PERTAMINA sejak awal tahun 1990 dan ditargetkan restrukturisasi akan
selesai di penghujung abad 20 Restrukturisasi yang dilakukan mencakup berbagai aspek
mulal dari aspek pola usaha, pola pengelolaan dan aspek SDM. Selain itu digalakkan
bentuk kerja sama baik dengan mitra asing maupun mitra lokal di dalam negeri.
Namun keinginan PERTAMINA tersebut sangat tergantung dari kebijakan
yang diambil pemerintah. Dengan masih berlakukannya UU No.8 Tahun 1971 akan sulit
bagi PERTAMINA untuk mewujudkan visi dan misinya. Undang-undang yang berlaku
masih menekankan PERTAMINA pada misi sosialnya. Pemerintah sebagai pemilik masih
memiliki peran yang besar dan banyak melakukan intervensi atas kegiatan operasional
perusahaan. Tak salah jika banyak yang melihat bahwa PERTAMINA bukanlah
perusahan minyak dan gas yang sesungguhnya tetapi merupkan operator dan regulor saja
Kondisi ini berdampak besar kepada semangat dan motivasi para karyawan minyak.
Motivasi karyawan yang tinggi sebagai modal utama untuk mampu bersaing di era global
sangat dibutuhkan perusahaan. Tanpa motivasi, ketja sama dan koordinasi yang baik
efisiensi, unggul dan maju hanya akan menjadi slogan.
Dengan masuknya era globalisasi dan pasar bebas sudah selayaknya jika peran
PERTAM1NAjuga berubah. PERTAMINA hanis memperhatikan keuntungan murni dan
pada keuntungan semu. Walaupun tidak terlepas dañ misi sosial sebagai agen
pembangunan nainun hal ini tidak mengabaikan tui uan profitnya. Demi kepentingan
negara dan masyarakat porsi tujuan profit hams ditingkatkan agar pendapatan yang
diterirna negara dalain bentuk pajak semakin besar. Untuk ¡tu aturan perundangan yang
mengatur tentang industri migas di tanah air hams direvisi dan dìperbarui agar mampu
mengakomodir perubahan yang teriadi akhir-akhir ini dan di masa mendatang."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Syafrizal
"Persoalan tentang Pemilu 1971. di Indonesia merupakan pemilu pertama masa pemerintahan Orde Baru, telah banyak diteliti para. ahli seperti Ken Ward, Masashi Nishihara, R.William Liddle, dan Afan Gaffar. Studi mereka hanya memusatkan perhatian pada daerah Jawa, sehingga pengalaman luar Jawa terabaikan. Selain itu, kemenangan Golkar mereka lihat dart sudut taktik intimidasi, sehingga mengabaikan factor-faktor lainnya. Penulisan tesis ini sengaja memusatkan perhatian pada daerah Sumbar, karena persoalan tentang Pemilu 1971 di daerah itu belum pernah diteliti secara khusus.
Pemilu 1971 diikuti oleh Golkar dan 9 Parpol yaitu Parmusi, Perti, PS1I, NU, Parkindo, Partai Katolik, PNI, Murba dan IPKI. Saingan berat Golkar pada Pemilu 1971 di Sumbar adalah Parmusi dan Partai Islam Perti. Pergolakan politik yang melenda masyarakat Sumbar yaitu pemberontakan PRRI dan PKI, mempengaruhi kondisi kepartaian dalam menghadapi Pemilu 1971. Parmusi yang didirikan pada tahun 1968 guna menyalurkan aspirasi politik bekas pengikut Masjumi, mempunyai kendala dalam usaha mengulangi kejayaan Masjumi sehubungan dengan akibat pemberontakan PRRI. Perti juga relatif tidak prima dalam menyongsong pemilu. Tokoh utama partai ini tersingkir dart partainya, karena dekatnya hubungan mereka dengan PKI sehingga menjadi sasaran aksi Angkatan 66. Sedangkan Golkar Sumbar sejak permulaan tahun 1970 telah giat melakukan konsolidasi organisasi, membentuk dan membina para. kader guns menjelaskan posisi dan misi Golkar ke tengah-tengah masyarakat.
Pemilu 1971 di Sumbar telah mengantarkan kemenangan bagi Golkar, yang berhasil meraih suara lebih dari 63 persen. Kemenangan Golkar di Sumbar itu disebabkan oleh empat faktor, pertama dampak pemberontakan PRRI, yang telah mengakibatkan hancurnya partai Masjumi dan timbulnya keresahan di kalangan masyarakat. Golkar yang menawarkan keamanan menjadi daya tarik sebagian besar masyarakat. Faktor kedua adalah strategi Gubernur Harun Zain, yang berusaha memperbaiki citra Pemerintah di mata masyarakat terutama di pedesaan, dan menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Golkar yang menawarkan pembangunan secara bertahap tentu saja menjadi daya tarik bagi masyarakat Sumbar untuk meningkatkan proses pembangunan. Ketiga, konsolidasi dan taktik Golkar juga merupakan salah satu faktor yang menentukan kemenangan Golkar. DPD Golkar Sumbar berhasil merangkul kalangan ninik-mamak dan alim-ulama, dua kelompok pemimpin informal yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Keempat, adalah terdapatnya dukungan aparat pemerintahan terhadap Golkar sehingga melicinkan jalan bagi Golkar dalam usaha memenangkani Pemilu 1971."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London : Academy Editions, 1996
724.6 GAM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Riris Ardhanariswari
Jakarta: Universitas Indonesia, 2002
T36383
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Rindfuss' study of the demographically dense' period among
American youth is applied in the Indonesian situation. The research
analyses data sets of :lie 1971, 1980 and 1990 Indonesian Population
Census and the 1997 National Social and Economic Survey. focusing on
women aged 15-24 years. Two hypotheses are examined for rite changes
between 1980 cmd 1997: (1) more women remained single and were likely
to continue education or join the labor force. and (2) pursuing education
was more dominant than pursuing employment. Two-thirds of women aged
15-24 remained unmarried in 1997. From 1971 to 1997. marriage and
attending school were becoming alternately exclusive, especially below age
20. Between 1980 and 1997, :lie percentage of those 'working' as main
activity dropped slightly, but attending school almost doubled. Another
measure, the percentage of women who worked at least one hour in :lie
previous week increased as women became older, but in overall it declined
within the 17-year period. Less-educated single women were more likely to
work. Mothers with young children tended to stay out of the work force.
especially or ages 15-19. Single women had higher unemployment rates
:nan ever-married women. Policy implications include improvements in
schooling and working conditions along will: delaying first marriage.
"
Journal of Population, Vol. 6 No. 1,2 2000 : 1-36, 2000
JOPO-6-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library