Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"hari itu 4 februari. jalan medan merdeka barat di jakarta pusat agak tersendat, polisi tersebar diruas jalan mengatur arus lalu lintas. tepat didepan kantor mahkamah konstitusi. jalan medan merdeka barat no.6 jakarta pusat. demo berlangsung saat digelar sidang ketiga judicial review UU No. 1 PNPS tahun 1965 tentang penyalahgunaan dan penodaan agama. "
361 MAJEMUK 42:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"komisi nasional hak asasi manusia dalam laporan akhir tahunnya mengenai hak sipil warga negara dalam beragama. laporan itu dikeluarkan 9 desember 2009, disana disebutkan bahwa persoalan utama yang dialami oleh pemeluk agama dan kepercayaan ialah perkawinan dan sekolah. sayangnya secara detail tidak dijelaskan persoalannya.secara umum komnas ham melihat bahwa kondisi hak asasi manusia selama 2009 masih belum jauh berbeda dengan tahun lalu. artinya masih belum mengalami kemajuan yang berarti"
361 MAJEMUK 42:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Fatia Nadia
Yogyakarta: Galangpress, 2009
305.409 ITA s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Meilda Bernadetha
"
ABSTRAK
Tarian Naga dan Tarian Singa di Semarang. Tarian naga dan tarian singa merupakan bentuk kesenian tradisional Cina yang masih ada hingga saat ini di Semarang. Di kota ini setiap tahun digelar pertunjukan tarian naga dan singa untuk memeriahkan perayaan HUT kedatangan Sam Po ke Semarang. Sam Po yang oleh masyarakat Cina di Semarang dianggap sebagai dewa pelindung mereka begitu dihormati sehingga perayaan HUT kedatangannya ke Semarang dirayakan dengan sangat meriah.
Awal mula munculnya kedua tarian ini di Semarang tidak dapat diketahui secara pasti. Namun dengan munculnya perkumpulan Kong Gie Siang pada tahun 1900 yang merupakan perkumpulan pertama di Semarang yang mengembangkan kedua tarian ini menunjukkan bahwa usia kedua tarian ini hingga tahun 1996 telah tua.
Penelitian mengenai kedua tarian ini di Semarang dilakukan di dua buah perkumpulan yaitu Hoo Hap dan Dharma Asih, selain itu juga diadakan penelitian di kelenteng Sam Pao Kong Gedung Batu, Semarang yang merupakan tempat diadakannya perayaan memperingati HUT kedatangan Sam Po ke Semarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat keadaan dan perkembangan kedua tarian itu di Semarang.
Dalam perkembangannya ternyata kedua tarian itu bukan hanya telah mendapat pengaruh dari kebudayaan Indonesia tapi ternyata juga telah memberi pengaruh pada kebudayaan Indonesia.
"
1997
S12963
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahat Farida Berlian
"Indonesia saat ini memasuki peningkatan jumlah populasi lanjut usia, Yogyakarta merupakan wilayah dengan populasi lansia tertinggi secara nasional. Salah satu populasi lansia di Indonesia saat ini adalah mereka para korban Peristiwa 1965. Selama hidupnya mengalami diskriminasi secara sistemik, kembali mengalami diskriminasi sebagai lansia. Di Yogyakarta, kumpulan anak muda bernama Fopperham melakukan terobosan advokasi untuk memberdayakan lansia penyintas 65. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana strategi advokasi yang dilakukan Fopperham untuk memberdayakan lansia penyintas 65. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen dan wawancara kepada 13 orang yang terdiri dari 4 orang pengurus Fopperham, 5 orang penyintas 65, 3 orang perwakilan lembaga jaringan Fopperham dan 1 orang perwakilan pemerintah kota Yogyakarta. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, advokasi untuk memberdayakan lansia penyintas 65 oleh Fopperham di Kota Yogyakarta dilakukan dengan beberapa strategi yaitu, lobi pengambil keputusan, mengorganisir kelompok-kelompok konstituen dan membangun koalisi. Hasil dari advokasi yang dilakukan Fopperham salah satunya dapat dilihat dengan menguatnya komunitas kelompok korban.

Indonesia is currently entering an increasing number of elderly population. Yogyakarta is the region with the highest population of elderly people in this nation. One group among the elderly population is a group consisting of elderly 1965 victims and survivors. During their lifetime, they experience systemic discrimination conducted by the state, as they get older, they once again experience discrimination as a group of elderly people. However, in Yogyakarta, a group of young people under the organization Fopperham made a breakthrough in empowerment through organizing advocacy for these elderly 1965 survivors. This paper is intended to find out Fopperham's advocacy to empower these survivors. This research applies qualitative research with a descriptive approach. Data collection was carried out through documentation study and in-depth interviews with 13 people consisting of 4 Fopperham administrators, 5 65 survivors, 3 representatives of the Fopperham network institution and 1 representative of the Yogyakarta city government. The results found out that the Fopperham's advocacy efforts to empower elderly survivors 65 in Yogyakarta City are carried out with various approaches, lobbying decision makers, organizing constituent groups and building coalitions. One of the results of Fopperham's advocacy can be seen in the strengthening of the victim group community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"pada sidang 24 februari atau sidang pleno keempat mengagendakan mendengar keterangan ahli dari pemohon, pemerintah, dan pihak terkait. dari ahli pemohon dihadirkan MM billah dan JE sahetapy, sedangkan ahli pemerintah terdapat rusdi ali muhammad, rahim yunus, dan muhammad ali azis. selain itu pihak terkait juga banyak yang hadir dari majelis ulama indonesia, persatuan islam, dewan dakwah islamiyah, badan kerjasama organisasi kepercayaan, perwakilan umat buddha indonesia, DPP PPP, dan himpunan penghayat kepercayaan."
361 MAJEMUK 43:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Nurrachman Sutojo
Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2013
928 NAN k (1);928 NAN k (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Paramita Saraswati
"Perempuan adalah bagian sejarah, tapi keberadaannya kerap terpinggirkan. Penulisan perempuan membuat perempuan dapat memasukan dirinya dalam narasi sejarah. Hal itu yang dilakukan oleh Paduan Suara Dialita yang beranggotakan para perempuan penyintas tragedi 1965 yang menjadi tahanan politik karena dianggap memiliki hubungan dengan Partai Komunis Indonesia. Penelitian ini menganalisis bagaimana penulisan perempuan dilakukan oleh para perempuan penyintas 1965 melalui lirik lagu yang dinyanyikan oleh Paduan Suara Dialita. Lirik lagu dari Paduan Suara Dialita diperlakukan sebagai teks. Analisis dalam penelitian ini menggunakan perspektif feminis pendekatan analisis wacana kritis.
..... Women is part of history, but their existence often being forgotten. Feminine writing brings women into history, through writing women put themselves into a narration. A choir group called Paduan Suara Dialita consists of women survivors from 1965 tragedy did feminine writing through their songs. These women survivors used to be political prisoners because they were accused as Indonesia Communist Party sympathies or member. This research examines how the lyrics of the songs from Paduan Suara Dialita can be form of feminine writing. This research is a feminist research with critical discourse analysis approach."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gregorio Surya Abdi Julianto
"Generasi muda berada dalam dua kutub narasi yang saling bertentangan, namun secara bersamaan digunakan untuk memahami Peristiwa 1965. Dengan menggunakan pendekatan metode campuran, penelitian ini melakukan intervensi terhadap generasi muda pelajar SMA melalui ingatan kolektif perempuan penyintas 1965 yang tergabung dalam paduan suara Dialita. Penelitian ini bertujuan menganalisis sejauh mana ingatan kolektif penyintas dapat mempengaruhi sikap dan pemahaman generasi muda, pelajar SMA terhadap Peristiwa 1965. Intervensi yang diberikan berupa penayangan video Dialita dan mendengarkan kesaksian hidup dari anggota Dialita, menunjukkan terjalinnya interaksi antar generasi yang berkontribusi pada pembentukan pemahaman pelajar SMA. Analisis berdasarkan data statistik yang diintegrasikan dengan data wawancara pribadi, diskusi kelompok, dan refleksi akhir, mengungkapkan transmisi ingatan kekerasan 1965 kepada pelajar SMA mampu mengurangi kepercayaan terhadap narasi resmi dan meningkatkan keberpihakan terhadap narasi alternatif serta korban politik 1965. Dalam prosesnya, transmisi ingatan antar generasi belum sepenuhnya menghilangkan pengaruh narasi resmi dalam pemahaman sejarah pelajar SMA. Hal ini disebabkan karena tidak maksimalnya proses transmisi ingatan dalam diskusi yang dibangun antar generasi. Penelitian ini turut menegaskan pelarangan diskusi peristiwa 1965 yang dilakukan institusi pendidikan formal—mencerminkan ketakutan yang dipelihara—berkontribusi pada tidak efektifnya intervensi yang diberikan.

The young generation found themselves in two polars of narratives which are opposing each other while remain interwoven in understanding the 1965 Event. Utilizing mixed method, this research conducts intervention towards the young generation of senior high school students through the collective memory of 1965’s women survivors which are joined in the choir group, Dialita. This research aims to analyze how far the collective memory of the survivors could affect the behavior and understanding of the young generation, the high school students, towards the 1965 Event. The given intervention as manifests in the screening of Dialita’s video and the listening of the oral testimony by Dialita’s members, showcases the interaction between generations which contributes to the understanding of the high school students. The analysis based on statistic data which is integrated with personal interview, group discussion, and final reflection, exposes that the memory transmission regarding the 1965 violence to the high school students is able to lessen the reliance towards the official narrative as well as improve the partiality to the alternative narrative and the 1965’s political victims instead. In the process, the memory transmission between generations has yet been fully repealed the influence of the official narrative as embodied within the understanding of the high school students. It is due to the less-than-optimum memory transmission as built between generations. This research also asserts the restriction towards the discussion about the 1965 Event as done by the formal education institution—represents a persisted fear—contributing to the ineffectiveness of the given intervention."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didik Pradjoko
"ABSTRAK
Peristiwa krisis nasional yang terjadi di Indonesia pada tahun 1965 merupakan salah satu Iembaran kelam dalam sejarah Indonesia. Oleh pemerintah Orde Baru, lembaran kelam tersebut dikenal dengan Peristiwa G30S/PKI, mengapa demikian? Karena Pemerintahan Soeharto yang mewakili bagian dari Angkatan Darat (AD) yang pada waktu itu 1960-1965 merupakan musuh politik dari Partai Komunis Indonesia yang justru mengalami masa puncaknya dan berhasil membuat Presiden Soekarno memuji PKI sebagai kekuatan revolusi anti neokolonialisme yang didengung-dengungkan Soekarno. Pihak AD sebagai musuh politik PKI dan pada akhirnya juga menjadikan Soekarno sebagai target yang harus diganti karena dianggap terlalu melindungi PKI. PKI sebagai partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah Partai Komunis Uni Soviet dan Partai Komunis Cina, PKI memiliki basis massa yang cukup besar di Indonesia.
Peristiwa Krisis Nasional 1965 menempatkan PKI dan juga pendukungnya sebagai pihak yang kemudian mengalami penghancuran baik oleh pihak aparat keamanan yang mendukung pihak AD dan juga dari musuh-musuh politik PKI di kalangan organisasi Islam yang selama tahun 1960-an mengalami penggayangan oleh PKI. Akibatnya banyak anggota dan simpatisan PKI yang terbunuh dalam konflik vertikal dan horizontal tersebut.
Peristiwa tersebut kemudian dijadikan oleh para sastrawan Indonesia yang mengalami sendiri jaman itu menuliskannya secara imajinatif dalam tulisan cerita-cerita pendek mereka yang dimuat dalam majalah Sastra dan Horizon antara tahun 1966-1974. Dengan demikian peristiwa­-peristiwa kemanusiaan yang muncul sebagai akibat peristiwa krisis nasional 1965 dijadikan sebagai latarbelakang dalam penulisan karya kreatif mereka. Dengan caranya sendiri mereka para sastrawan tersebut membuat jalinan kisah-kisah kemanusiaan yang kadang dapat dibaca sebagai 'kenyataan' yang membuat para pembaca mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang kehidupan dan kemanusiaan terkait dengan lembaran kelam yang pernah terjadi dalam sejarah Indonesia.
Untuk melihat bagaimana hubungan peristiwa Sejarah seperti krisis nasional pada 1965 dikaitkan dengan penciptaan karya sastra, dalam hal ini adalah penciptaan karya pendek maka perlu disampaikan pandangan seorang Sejarawan dalam melihat hubungan sastra dan sejarah. Menurut Prof. Dr. Taufik Abdulllah, sangat penting melihat hubungan timbal balik diantara keduanya. Karena banyak sejarawan atau sastrawan yang melupakan aspek-aspek bahwa karya sastra tidak hanya sebagai pengungkapan dirinya (an sich), tetapi karya sastra juga merupakan hasil dari masanya atau jamannya. Seperti halnya periode balai Pustaka tahun 1920-an, periode Pujangga baru tahun 1930-an, Angkatan '45, "Angkatan '66" dan seterusnya. Banyak dari para penulis sastra Indonesia modern yang melihat rentetan peristiwa tersebut hanya mewakili peristiwa sastra dan belum dilihat dalam kaitan timbal baliknya dengan seluruh situasi sejarah. Hal ini berarti bahwa sebuah karya sastra tidak dapat dipahami selengkapnya apabila dipisahkan dengan lingkungan atau kebudayaan yang telah menghasilkannya, karena pada dasarnya setiap karya sastra adalah hasil pengaruh yang rumit dari faktor-faktor sosial dan kultural dan ini berarti karya sastra bukanlah gejala yang berdiri sendiri. ("Sastra dan Ilmu Sejarah di Indonesia", Budaya Jaya, No. 102, Nopember 1976, hal. 653)"
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>