Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tamrin Bangsu
"Sampai saat ini angka kematian bayi dan angka kematian ibu pada masa maternal masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan Philipina dan Srilanka dan beberapa negara dunia ketiga lainnya. ini mencerminkan kemampuan negara memberikan pelayanan khususnya perawatan kehamilan serta proses persalinan dan neonatal. Kenyataan tingginya angka kunjungan pemeriksaan kehamilan pada petugas kesehatan tidak disertai dengan pemilihan petugas kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan. Kecamatan Talang IV sampai akhir tahun 1994 sudah memiliki 11 orang bidan 3 orang dokter 14 orang perawat/mantri kesehatan. Namun pemilihan dukun sebagai tenaga penolong persalinan masih lebih banyak jika dibandingkan dengan yang memilih petugas kesehatan.
Tujuan penelitian untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Desain penelitian adalah "cross sectional" dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan wawancara mendalam. Hasil analisis kualitatif digunakan untuk memperkuat analisis kuantitatif.
Populasi penelitian adalah ibu-ibu yang bersalin antara Januari sampai dengan Desember 1995 di Kecamatan Talang IV Bengkulu Utara, yang berjumlah 334 orang. Sampel diambil dengan tehnik random sampling berjumlah 165 orang.
Dari hasil analisis bivariat diketahui empat dari enam variable independen yaitu pendidikan ibu, pengetahuan, status ekonomi keluarga dan lingkungan sosial terbukti mempunyai hubungan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Sedangkan variabel umur dan paritas ibu terbukti tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemilihan tenaga penolong persalinan.
Setelah dilakukan uji multivariat terbukti dua variabel independen yaitu status ekonomi keluarga dan lingkungan sosial paling besar hubungannya dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Mengingat status ekonomi dan lingkungan sosial mempunyai hubungan yang paling besar dengan pemilihan tenaga penolong persalinan, disarankan pada instansi terkait untuk menetapkan standar biaya serta sistem pembayaran biaya persalinan dengan tidak terlalu memberatkan masyarakat, serta lebih mengaktifkan petugas kesehatan dan kader-kader kesehatan yang ada guna penyebaran dan penyampaian informasi tentang penolong persalinan dan persalinan sebagai salah satu jalur informasi dalam lingkungan sosial masyarakat.

Until this moment, mother mortality rate and infant mortality rate during maternity period is still very high compared to those in Philippine, Srilanka and the other third world countries. This shows the ability of the country in providing medical services surrounding the maternity process. The indication that a lot of women went to hospitals for regular check up during pregnancy period does not always meant that they will use the services in the hospital for delivering their babies. Until end of 1994 there were 11 midwifes, 3 doctors and 14 nurses/healthcare personnel in Talang IV district.
Nevertheless, there are still a lot of women prefer to choose indigenous medical practitioner to professional health care personnel for delivering their babies.
The objective of this study is to obtain information regarding the factors related to the pregnant women in choosing whose services to be used during labor.
This cross sectional study is done by in-depth interview and the result of the qualitative analysis will be used to strengthen the result of the quantitative analysis.
The study is done to pregnant women between January to December in 1994 who lives in Talang IV District. North Bengkulu which has population of 334 residents.The sampling is done by random sampling which totaled up to 165 persons.
By bivariate analysis, it was found that 4 out of 6 independent variables, such as education level of the mother, general knowledge, family's economic status and social environment do influence the choice of whose services to be used during labor. Where as the variables such as age--and mother's parity were proven to have no distinct influences in deciding whose services to be used during labor.
Moreover, with multivariate test, two independent variables such as economy status and social environment are found to have the highest influences in choosing whose services to be used during labor. From the above analysis, it was suggested that the government sector concerned should offer affordable hospital charge and paying system to the public and to motivate more health care personnel in passing information to the public regarding the advantages of using the professional medical services during maternity periods.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriadi Hamdat
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai rumah tangga sebagai unit produksi dengan mengetengahkan kasus usaha pertenunan tradisional (gedongan) di Kabupaten Wajo. Usaha pertenunan gedongan. di Kabupaten Wajo adalah merupakan usaha rumah tangga yang dikelola secara tradisional. Kegiatan menenun ini umumnya dilakukan oleh kaum wanita, dan mereka adalah penenun secara turun-temurun. Unit usaha dikelola dalam rumah tangga sehingga hal ini sangat berperan dalam proses sosialisasi dan alih keterampilan bagi anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Dalam pengertian bahwa rumah tangga penenun'tidak hanya berfungsi sosial tetapi jugs membawakan, fungsi ekonomi. Penenun-penenun tradisional di Wajo sejak dins telah membiasakan anak-anak mereka mengenal peralatan tenun yang digunakan, untuk selanjutnya memahami kegunaan dari tiap-tiap peralatan tersebut. Kebiasaan ini pada akhirnya akan mendorong anak-anak turut berpartisipasi dalam kegiatan bertenun.
Kemampuan bertahan usaha rumah tangga tenun gedongan di Kabupaten Wajo turut ditentukan oleh organisasi sosial seperti kekerabatan dan hubungan-hubungan patron-klien.Dalam usaha ini telah terbentuk hubungan kerja antar kerabat yang memiliki arti ekonomi dan relevansi penting bagi bertahannya usaha rumah tangga tersebut.
Hubungan patron-klien yang dikenal dalam masyarakat Wajo sebagai hubungan Ponggawa-sawi, di mana posisi seorang Ponggawa dimungkinkan karena ia memiliki kekuatan .ekonomi dan bertindak sebagai pemodal bagi sejumlah sawi. Dengan demikian bagi sejumlah penenun yang kekurangan modal usaha, maka menjalin hubungan kerja dengan seorang patron merupakan salah satu alternatif pilihan."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Yani
"ABSTRAK
Pembangunan nasional yang dilaksanakan Indonesia selama PJPT I telah banyak membawa kemajuan dan perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat juga ditunjukkan dengan mening katnya pendapatan perkapita penduduk. Dalam 15-20 tahun yang lalu, pendapatan perkapita penduduk Indonesia baru mencapai US$ 210, namun pada tahun 1994 telah meningkat menjadi US 720. Pembangunan yang selama ini dilaksanakan, telah pula mengubah struktur ekonomi Indonesia yang menggeser peran sektor pertanian dalam produksi nasional. Dalam tahun 1989 peran sektor pertanian dalam produksi nasional sebesar 23,2 % telah turun menjadi 21,8 % pada tahun 1994. Sementara pada periode yang sama, peran sektor Industri meningkat dari 14,4 % menjadi 16,9 %.
Sejalan dengan terjadinya perubahan dalam struktur ekonomi, telah terjadi pula perubahan dalam struktur ketenagakerjaan, yang ditandai dengan terjadinya perubahan dalam distribusi jenis pekerjaan. Perubahan distribusi pekerjaan yang cukup tajam terutama terhadap tenaga kerja kepemimpinan dan ketatalaksanaan yang mencapai 177 %. Perubahan tersebut memberikan isyarat adanya peningkatan skill (ketrampilan) masyarakat, yang juga menunjukkan nilai-nilai kerja dengan mengutamakan profesionalisme cenderung semakin dihargai. Perubahan bentuk distribusi jenis pekerjaan yang berlangsung dalam arus perubahan dari masyarakat tradisional pertanian menuju masyarakat industri modern sebagai salah satu akibat keberhasilan pembangunan ekonomi yang selama ini dilaksanakan, telah melahirkan lapisan sosial ekonomibaru yang sering disebut sebagai kelas menengah.
Fenomena munculnya lapisan kelas menengah telah mengundang perhatian banyak kalangan ahli. Salah satu fenomena yang menarik adalah bahwa perilaku sosial ekonomi kelas menengah menampilkan refleksi yang berbeda dibandingkan dengan kelas sosial ekonomi lainnya.
Adanya suatu kecenderungan bahwa kelas menengah mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial yang muncul. Terhadap isu-isu lingkungan, kelas menengah memberikan kepedulian yang tinggi terutama dalam hal perlindungan lingkungan. Misalkan kebutuhan terhadap air dan udara bersih menurut kelas menengah adalah merupakan kebutuhan umum (publik) dan merupakan kebutuhan sosial. Dalam kaitan ini, penelitian ini mencoba untuk menelaah perilaku konsumsi rumah tangga terhadap kebutuhan lingkungan yang bersih dan sehat, dengan mengambil kasus kelas menengah.
Penelitian mengenai Perilaku Konsumsi Rumah Tangga Dalam Memenuhi Kebutuhan Lingkungan yang bersih dan sehat (kasus kelas menengah), merupakan studi kasus yang lokasinya di Kompleks Perumahan Pondok Timur Indah I, Desa Mustika Jaya, Kecamatan Bantar Gebang, Kabupaten Bekasi.
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 1.123 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling, dengan teknik penentuan Jumlah sampel menggunakan Teknik Estimasi Proporsi. Dari 1.123 populasi yang termasuk dalam kelompok kelas menengah adalah sebanyak 141 orang. Sedang yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah kepala rumah tangga kelas menengah.
Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran terhadap kebutuhan lingkungan yang bersih dan sehat. Kedua, mencari bentuk fungsi permintaan (melalui pendekatan pengeluaran) terhadap lingkungan yang bersih dan sehat. Ketiga, mengukur besarnya elastisitas pengeluaran terhadap kebutuhan lingkungan yang bersih dan sehat. Dalam penelitian ini lingkungan yang bersih dan sehat menyangkut dua aspek, pertama; kebutuhan akan kesehatan, kedua; kebutuhan akan rekreasi.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara beberapa variabel independen yaitu pendapatan, pendidikan, jumlah anggota rumah tangga, jenis pekerjaan, umur responder dan Crowding Index, dengan besarnya pengeluaran untuk kesehatan. Hal ini dibuktikan oleh angka koefisien korelasi (r) sebesar 0.84. Di samping itu koefisien determinasi memperlihatkan angka sebesar (r2) sebesar 0.85. mni berarti bahwa variasi besar kecilnya pengeluaran kesehatan 85 % disebabkan oleh beberapa variabel independen tersebut, sedangkan 15 % disebabkan oleh faktor lain.
Namun di antara beberapa variabel indpenden, ternyata variabel pendapatan, jumlah anggota rumah tangga dan umur responden mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan pengeluaran kesehatan. Hal ini ditunjukkan oleh hasil perhitungan koefisien korelasi Pearson yang menghasilkan masing-masing r = 0,92, 0,75 dan 0,43.
Terhadap pengeluaran untuk rekreasi, terdapat hubungan yang cukup kuat antara beberapa variabel independen yaitu pendapatan, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan jenis pekerjaan dan umur responden dengan besarnya pengeluaran untuk rekreasi. Hal ini diperlihatkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar 0.91. Sedang koefisien determinasi (r2) menunjukkan angka sebesar 0.92. ini berarti bahwa variasi besar kecilnya pengeluaran untuk rekreasi, 92 % disebabkan oleh variabel independen tersebut, sedangkan 8 % dipengaruhi oleh faktor lain.
Di antara variabel tersebut, variabel pendapatan, jumlah anggota rumah tangga dan umur responden mentpunyai hubungan yang sangat kuat dengan pengeluaran untuk rekreasi, yaitu dengan koefisien korelasi Pearson masing-masing sebesar 0,96, 0,71 dan 0,45.
Di samping itu, hasil perhitungan elastisitas pengeluaran kesehatan mendapatkan angka sebesar 1.64 (elastis). Angka ini berarti bahwa jika pengeluaran berubah sebesar 10 persen, maka menyebabkan terjadinya perubahan pengeluaran kesehatan sebesar 16.4 persen. Hal yang sama terlihat pula, angka elastisitas pengeluaran rekreasi sebesar 1.60. Hal ini berarti apabila pendapatan berubah 10 persen, maka terjadi perubahan pengeluaran rekreasi sebesar 16 persen.
Aspek lain yang ditemui dalam penelitian ini, terlihat rumah tangga kelas menengah mempunyai keinginan mengalokasikan pengeluaran untuk kesehatan ketika pendapatan sudah mecapai Rp 335.000,-. Sedang keinginan mengalokasikan pengeluaran untuk rekreasi, pada saat pendapatan mencapai Rp 275.000,-. Dapat disimpulkan bahwa rumah tangga kelas menengah cenderung lebih memperhatikan kegiatan rekreasi dibandingkan dengan upaya-upaya memperhatikan kesehatan.

ABSTRACT
The national development conducted by Indonesia as long as the first stage of development long term (PJPT T) has took change and progress society, i.e. increasing of a society welfare. For fifteen or twenty years ago, the income per capita of Indonesia has reached around US$ 210, but in 1994 has increased around US$ 720.
The development has also changed the contribution of agriculture and industries sector in GDP. The contribution of agriculture sector decline from around 23,3 % in 1989 to around 21,8 % in 1994. In the meantime the contribution of industries sector has increased from around 14,1 % to around 16,9 0.
In the line with changing in economic structure has took change in labor structure. It has been indicated by increasing distribution of type of job, i.e. leadership and management around 177 %. The chaning in distribution of type of job has resulted in a new social structure, i.e. the middle class.'
The middle class has pay more attention to environmental protection. In this context, the research tries to study on Household Consumption Behaviour Toward The Need for Healthy and Clean Environment. Case study of this research search is the middle class.
The research on Household Consumption Behavior In Fulfilling the need Toward a Clean and Healthy Environment (case study the middle class) was conducted at Pondok Timur Indah I Housing, Mustika Jaya Village, Bantar Gebang Sub-District, Bekasi District, West Java.
141 samples used in this research were taken out from 1123 population, using Simple Random Sample i.e Proportional Estimation Technique. Out of 1.123 population, 141 were of middle class. The respondent in this re-search were heads of middle class families.
The purposes of this research are: firstly to recognize the factors affecting the expenses to meet a clean and healthy environment. Secondly, to seek the form of request function (through expense approach) toward a clean and healthy environment. Thirdly, to measure the expense elasticity toward the need of a clean and healthy environment, in this research, the clean and healthy environment were connected to two aspect, i.e the need of health and recreation. Result of this re-search show a strong relationship between some independent variables i.e income, education, number of family members, type of job, age of respondent and crowding index, compared to health expense. This was proven by coefficient correlation figure of 0.84. Beside that the determination coefficient (r2} shows a rate of 0.85. This means the variation of big/small health expense was 85 percent resulted from said independent variables, while the remaining 15 percent was resulted from other factors.
In fact, among some independent variables, the income, number of family members and age of respondent variables have very strong relationship. This was shown by the result of Pearson Correlation Coefficient Calculation of those variables respectively are r= 0.92, 0.76 and 0.43.
On recreation expense, there was a relatively strong relationship between some independent variables, i.e income, education, number of family members, type of job and age of respondent with recreation expense. This was shown by correlation coefficient of 0.91. The determination coefficient (r2} showed an index of 0.92. This means that the variation of big/small recreation expense was 92 % resulted from said independent variables, while remaining 8 % was resulted from other factors.
Between the above mentioned variables, the income, number of family members and age of respondent variables have a very strong relationship with recreation expense, namely with Pearson correlation coefficient respectively are r 0.96, 0.71 and 0.45
Beside that, the result of health expense elasticity was 1.64 (elastic). This means that if expense change by 10 % the health expense will change by 16.4 %. The same case was also seen on recreation expense which have an elasticity rate of 1.60. This means that if the income change by 10 %, the recreation expense will respectively change by 16 %.
Another aspect found in this research was the middle class families willing to allocate health expense when their income reach Rp 335.000,- while willingness to allocate recreation arise at the time their income reach Rp 275.000,-. It can be concluded that the middle class families tend to pay more attention to recreation activities compared to efforts for health aspect.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frans Sunarja
"Tesis ini membahas tentang studi kelayakan toko online action figure di Indonesia. Analisis kelayakan mencakup kondisi politik, ekonomi, sosial, dan teknologi di Indonesia, industri online action figure di Indonesia, aspek umum, pemasaran, operasi, dan finansial.
Hasil dari penelitian ini adalah kelayakan untuk membuka usaha toko online action figure di Indonesia berdasarkan tiga skenario pertumbuhan yaitu pertumbuhan pesimistis, normal, dan optimistis.
Dari analisis NPV yang dilakukan didapatkan hasil positif untuk tiga skenario pertumbuhan. Dengan NPV yang positif disimpulkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan dan durasi payback period berkisar antara18 hingga 20 bulan.

This thesis discusses the feasibility study of onlineaction figure store in Indonesia. The analysis covers the political, economic, social, and techonology condition in Indonesia, online action figure industry in Indonesia, general, marketing, operation, human resource, and financial aspect.
The result of this study describes the feasibility of establishing new online action figure store in Indonesia based on three growth scenarios which are pessimistic, normal, and optimistic growth.
From the NPV analysis it can be concluded that this business is feasible and the payback period is within 18 - 20 months.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Depkes. RI, 2003
001.433 MOD
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
001.433 KIS s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kish, Leslie
New York: John Wiley & Sons, 1965
001.433 KIS s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Prasetiawan
Jakarta: Pusat Hidro-Oseanografi, 2021
526.9 AGU b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Prasetiawan
Jakarta: Pusat Hidro-Oseanografi,
526.9 AGU e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>