Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rudy Joelijanto
"Latar belakang dan Cara penelitian : Berkurangnya produksi estrogen banyak menimbulkan keluhan termasuk perubahan-perubahan di dalam rongga mulut yaitu gigi yang mudah goyang. Estrogen adalah hormon steroid yang terutama dihasilkan oleh folikel ovarium. Pada usia 40 tahun hingga menopause terdapat penurunan ukuran ovarium secara lambat tetapi pasti yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Salah satu masalah yang timbul adalah hilangnya jaringan penyambung. jaringan penyambung - mempunyai fungsi utama sebagai penyangga tubuh, Jaringan penyambung dalam rongga mulut adalah jaringan periodontal yang berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Di dalam penelitian ini hendak dicari pengaruh ovariektomi yang diasumsikan dengan keadaan defisiensi estrogen terhadap keadaan jaringan periodontal.Sebanyak 24 ekor tikus wistar digunakan dalam penelitian ini, yang dibagi dalam 4 kelompok kontrol dan ovariektomi hari ke-50 dan hari ke-100 untuk kemudian dibuat preparat histologis jaringan gigi dengan pulasan trikrom Masson Goldner. Parameter yang diteliti adalah lebar ligamen periodontal, tinggi tulang alveolar, jumlah osteosit dan intensitas pulasan kolagen. Data yang diperoleh diuji variasi normalnya dengan menggunakan Lavene `s-test dan juga berdistribusi homogen setelah diuji menggunakan Kolmogorov-Smirnov test sehingga dilakukan t-test pada setiap parameter.
Hasil dan kesimpulan : Hasil penelitian berdasarkan uji t menunjukkan bahwa semua parameter menghasilkan p > 0,05 yang berarti tidak menghasilkan perbedaan yang bermakna terhadap pengaruh ovariektomi pada jaringan periodontal. penelitian mendatang hendaknya dilakukan dengan pulasan khusus dan menggunakan metoda yang lebih akurat sehingga informasi yang akan di dapat memperjelas hasil yang telah dilakukan saat ini.

Background and methode : The lower level os estrogen resulting in any complaint including alterations in oral cavity as unstable teeth. Estrogen is steroid hormone that produced by follicle in ovarium. Starting at 40 up to get menopause, there were decreasing the ovarium size by slowly resulting health problem as the loosing of connective tissue. The connective tissue have the main function as body supporting in oral cavity, periodontal tissue have function as supporting tissue of the teeth. This research aim to explain the effect of ovariectomy that assumed by deficiency of estrogen on periodontal tissue. Twenty four female rats were divided into 4 groups, each consisting 6 rats in control and ovariectomy group at day 50 and day 100 post ovariectomy. Sample removed periodontal tisssue on preparat histology procedure with Trichrome Masson Goldner. Parameter in this research are width of periodontal ligament, height of alveolar bone, amount of osteocyt and intencity of collagen stainning. The result data wasw test by Kolmogorov - Smirnov test and each parameter was evaluated by t-test.
Results and conclusions : All parameter resulting p > 0,05 mean there was no significant difference on ovariectomy rats on periodontal tissue. In the future the research better used by methode specific stainning to get accurate information.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T 13633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Inflamasi periodontal merupakan kelainan periodontal dengan prevalensi tinggi di masyarakat. Periodontitis kronis dipengaruhi oleh akumulasi plak dan kalkulus sebagai faktor local, ditambah faktor sistemis misalnya diabetes mellitus (DM) dan infeksi HIV. Sitokin terutama IL-1β sebagai mediator inflamasi utama penyakit periodontal, menstimulasi ekspresi iNOS (inducible nitric oxide synthase) dan produksi NO (nitric oxide) oleh sel β, menyebabkan disfungsi sel β. Leukotoksin dan protease yang dihasilkan patogen periodontal menyebabkan jejas kemotaktik dan fagositotik, dan menurunkan fungsi fagositosis PMN. Hiperglikemia pada penyandang DM menyebabkan peningkatan kadar kalsium sitosol (Ca2+), yang menyebabkan disfungsi PMN dan menurunkan fungsi fagositosis. Advanced glycosilation endproduct pada DM tipe 2 berikatan dengan monosit menyebabkan peningkatan sitokin proinflamasi (IL-1, TNFα) dan menyebabkan aktivasi makrofag dan osteoklas. Hiperglikemia menyebabkan aktivasi diasil gliserol (DAG)-protein kinase C (PKC), yang menyebabkan peningkatan PGE2 dan ekspresi sitokin yang mempengaruhi proses inflamasi dan destruksi. Penelitian tentang pengaruh scaling (pembersihan karang gigi sebagai tindakan non-bedah pada terapi periodontal) pada penyandang DM terhadap kadar gula darah dan respons imun selular belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pembersihan karang gigi terhadap kadar IL-1β, fungsi fagositosis PMN dan kadar glukosa darah penyandang DM tipe 2. Subyek penelitian adalah penyandang DM tipe 2, 60 penyandang DM Terkendali dan 60 penyandang DM Tidak Terkendali di Poliklinik Metabolik-Endokrin RSUPN Ciptomangunkusumo, umur 40-60 tahun. Subyek dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelonpok tanpa perlakuan, untuk menilai respons imun selular dan status DM, sebelum dan 6 minggu sesudah perlakuan. Analisis statistik (t test) dengan komputer menggunakan perangkat Stata 7,0 dilakukan untuk membandingkan parameter sebelum dan sesudah scaling pada kedua kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa scaling dapat menurunkan kadar IL-1β dan meningkatkan fungsi fagositosis secara bermakna (P<0,05), menurunkan kadar glukosa puasa, glukosa 2 jam PP dan kadar HbA1c, tetapi penurunannya secara statistik tidak bermakna (P>0,05), kecuali penurunan kadar HbA1c pada DM Tidak Terkendali (P=0,00).

Abstract
Periodontal inflammation is a periodontal disorder of high prevalence in the population. Chronic periodontitis is associated with the accumulation of plaque and calculus as local factors, and systemic factors such an diabetes mellitus (DM) and HIV infection. Cytokine, especially IL-1β as inflammatory mediator for periodontal disease, may directly stimulated iNOS (inducible nitric oxide synthase) expression and NO (nitric oxide) production by β-cells, resulting in NO-mediated β-cell damage. The leucotoxin and proteases produced by periodontal pathogens will induce chemotactic and phagocytotic defect; therefore causing decreased PMN phagocytotic function. Hyperglicemia which occurs in diabetic patients increases calcium influx to the cell, resulting in the increased cytosol?s calcium ([Ca 2+]i) level and; therefore, resulting in dysfunction of PMN and impaired PMN phagocytotic function. Advanced glycosilation endproduct in NIDDM binds to monocytes resulting in the increase of pro-inflammatory cytokines (IL-1, TNFβ) and produces activation of macrophages and osteoclasts. Hyperglicemia activates diacyl glycerol (DAG)-protein kinase C (PKC), thus increasing PGE2 and cytokine expression that induce inflammation and periodontal tissue destruction processes. Studies on the effect of scaling to remove calculus disposition on blood glucose control and cellular immune response in DM patient has never been carried out. The aim of the study was to analyze the effect of scaling as non-surgical periodontal therapy on immune response (IL-1β level and PMN phagocytotic function) and blood glucose level of type 2 diabetic patients. Subjects were diabetic patients, 60 controlled-DM (CDM) and 60 uncontrolled-DM (UCDM), in Metabolic-Endocrinology Clinic of Ciptomangunkusumo Hospital, aged 40-60 years. The subjects were divided into treatment (scaling) and control group, and cellular immune response and diabetic status, before and 6 weeks after treatment were evaluated. Statistical analysis (t test) were done using Stata 7.0 software, to compare the parameters before and after scaling in CDM and UCMD subjects. The results showed that scaling decreased IL-1β level and increased phagocytotic function significantly (P<0.05). Scaling decreased fasting and 2 hours post-prandial blood glucose levels and HbA1c level, but the decrease were not significant statistically (P>0.05), except for the decrease in HbA1c level in uncontrolled DM (P=0.00)."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Diponegoro. Fakultas Kedokteran], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar Belakang: Penyakit jaringan periodontal adalah penyakit gigi dan mulut kedua yang terbanyak, setelah karies gigi. Penyakit jaringan periodontal meliputi keradangan gusi atau gingivitis dan periodontitis. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor risiko penyakit jaringan periodontal di Indonesia. Metode: Sampel adalah seluruh anggota rumah tangga yang berusia 15 tahun ke atas dan berjumlah 722.329 orang. Disain penelitian adalah potong lintang. Data diambil dari data sekunder Riskesdas tahun 2013 di 33 (tiga puluh tiga) propinsi dan 497 kabupaten/kota di Indonesia. Hasil: Faktor risiko seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, perilaku benar menyikat gigi, makan buah dan sayur, aktivitas fisik, merokok, hipertensi, dan stress berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut khususnya jaringan periodontal. Kesimpulan: Hampir semua faktor risiko bermakna terhadap penyakit periodontal gigi, kecuali pada diabetes melitus, stroke dan makan buah dan sayur. Namun yang paling besar pengaruhnya adalah faktor merokok."
BULHSR 18:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Sawitri
"ABSTRAK
Peningkatan prevalensi penyakit periodontal berhubungan dengan faktor peningkatan usia, jenis kelamin, dan kebiasaan merokok. Data epidemiologi dapat menjadi sumber informasi dalam penyusunan rencana strategis dalam penanganan penyakit periodontal. Tujuan: Menganalisis hubungan penyakit periodontal berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin dan kebiasaan merokok di RSKGM FKG UI periode 2010-2015. Metode: Penelitian potong lintang dengan subjek 538 rekam medik. Hasil: Penyakit periodontal yang paling banyak diderita oleh seluruh kelompok usia adalah periodontitis kronis dengan mayoritas pasien wanita dan kebiasaan tidak merokok. Kesimpulan: Uji chi-square menunjukkan.

ABSTRAK
Background Prevalence of periodontal disease increasing by several factor such as age, gender, smoking habit. Epidemiology data of periodontal disease can be a source to create strategic plan to decrease the prevalence of the disease. Objective analyze relationship of periodontal disease by age, gender and smoking habit in RSKGM FKG UI period 2010 2015. Method The study design is cross sectional using 538 medical records. Result The most common periodontal disease in every age group is chronic periodontitis with majority of women and non smoking habit. Conclusion Chi Square test showed "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiharto Wijaya
"Latar Belakang: Kerusakan jaringan periodontal terjadi karena inflamasi terhadap invasi bakteri. Human beta defensin-1 adalah peptida antimikroba dan pertahanan pertama terhadap infeksi.
Tujuan Penelitian: Membandingkan kadar ekspresi HBD-1 antara kelompok periodontitis kronis, periodontitis agresif dan normal
Bahan dan Metode: Kadar HBD-1 dari 94 sampel CKG subjek periodontitis kronis, periodontitis agresif dan normal diukur dengan ELISA
Hasil: Analisis Mann-Whitney menunjukkan perbedaan kadar HBD-1 antara periodontitis kronis dengan normal (p<0,05) dan tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05) antara periodontitis agresif dengan normal, dan antara periodontitis kronis dengan periodontitis agresif.
Kesimpulan: Kadar HBD-1 pada CKG menurun pada kondisi periodontitis kronis dan periodontitis agresif.

Background: Periodontal disease is happened because inflammation reaction ro bacterial invasion. Human beta defensin-1 (HBD-1) is antimicroba peptide which regulate the first defense mechanism.
Objectives: To compare level of HBD-1 between chronic periodontitis, aggressive periodontitis, and normal group.
Material and Methods: Level of HBD-1 from GCF sample of chronic periodontitis, aggressive periodontitis, and normal group were assessed with ELISA.
Results: Mann-Whitney analysis show different level of HBD-1 expression between chronic periodontitis and normal (p<0,05) and there was no significant difference (p>0,05) between aggressive periodontitis and normal, and between chronic periodontitis and aggressive periodontitis.
Conclusion: Level of HBD-1 in GCF decreased in chronic periodontitis and aggressive periodontitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winfield
"Latar belakang: Periodontitis merupakan interaksi kompleks antara sitokin pro-inflamasi dan sitokin anti-inflamasi. Sitokin anti-inflamasi seperti IL-4 pada cairan krevikular gingiva (CKG) dapat menjadi biomarker penyakit periodontal.
Tujuan Penelitian: Menganalisis perbedaan kadar IL-4 dalam CKG penderita periodontitis kronis dan periodontitis agresif.
Metode dan Bahan: Sampel CKG dikumpulkan dari pasien normal (n=21), periodontitis kronis (n=38) dan periodontitis agresif (n=35) dan dilakukan analisis kadar IL-4 dengan menggunakan ELISA.
Hasil: Terdapat perbedaan kadar IL-4 antara periodontitis kronis dengan normal dan antara periodontitis agresif dengan normal (p=0,000). Tidak ada perbedaan kadar IL-4 (p=0,729) antara periodontitis kronis (14,73±0,32 pg/ml) periodontitis agresif (20,58±23,00 pg/ml).
Kesimpulan: Kadar IL-4 menurun pada kondisi inflamasi, baik pada periodontitis kronis ataupun periodontitis agresif.

Background: Periodontitis is a complex interaction between pro-inflammatory and anti-inflammatory cytokine. IL-4 is an anti-inflammatory cytokine in GCF that can be used as a periodontal biomarker.
Objectives: To compare level of IL-4 in GCF of chronic periodontitis and aggressive periodontitis.
Material and Methods: GCF sample were collected from normal (n=21), periodontitis chronic (n=38) and aggressive periodontitis (n=35) group and analysis of level IL-4 was performed with ELISA.
Results: There was a difference level of IL-4 between chronic periodontitis with normal and between aggressive periodontitis with normal (p=0,000). There was no difference level of IL-4 (p=0,729) between chronic periodontitis (14,73±0,32 pg/ml) and aggressive periodontitits (20,58±23,00 pg/ml).
Kesimpulan: Level of IL-4 was decreased in inflammation condition, either chronic periodontitis or aggressive periodontitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Widodo
"Patogenesis terjadinya aterosklerosis pada penyakit jantung koroner telah meluas dari suatu pandangan yang semula etiologi utama karena lemak yang abnormal menjadio proses inflamasi termasuk periodontitis. Tannerella forsythia adalah bakteri negatif Gram, anaerob, berbentuk batang fusiform yang diduga berperan pada kedua penyakit tersebut. Tujuan: Menganalisis perbedaan kuantitatif T.forsythia pada plak gigi dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK. Metode: 66 pasien PJK dan 40 kontrol diperiksa status periodontal dan diambil sampel plak subgingiva dan kuantitatif T.forsythia dihitung dengan menggunakan metode real time polymerase chain reaction. Hasil: Kuantitatif T.forsythia PJK tidak berbeda dengan non PJK. Tidak terdapat hubungan antara T.denticola dengan perdarahan gingival, kedalaman poket, dan kehilangan perlekatan klinis pada penderita PJK dan non PJK. Kesimpulan: Kuantitatif T.forsythia penderita PJK tidak berbeda dengan penderita non PJK. Kuantitatif T.forsythia tidak berhubungan dengan status periodontal.

The pathogenesis of the development of atherosclerosis in subjects with coronary heart disease has evolved to the extent where abnormal fat accumulation was no longer the culprit, but rather a certain inflammatory process, including periodontitis. Tannerella forsythia is a Gram-negative anaerobic bacteria, with fusiform rod shape, that has played a role in inducing the development of both diseases. Objective : The aim of this study was to analyze the difference in quantitative measurement of Tannerella forsythia accumulated in the plaque and the periodontal status of subjects with and without coronary heart disease. Tannerella forsythia was counted by utilizing the Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Methods: Periodontal status of 66 CHD patients and 40 controls was obtained. Subgingival plaque was isolated. Tannerella forsythia level were measured using real-time PCR. Result: Tannerella forsythia level of CHD patients (-6,29 log10 CFU/ml) was significantly different from control (-19,63 log10 CFU/ml). Tannerella forsythia was not significntly associated with any periodontal status (p<0.05). Conclusion: Tannerella forsythia levels of CHD patients were higher than control. Tannerella forsythia was not associated with any periodontal status."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donovan Roberto Jonamika
"ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut yang sering ditemui dan dapat terjadi pada semua orang dengan keadaan rongga mulut. Pasien yang datang ke klinik Periodonsia RSKGM FKG UI terdiri dari berbagai kelompok dengan keadaan rongga mulut yang berbeda-beda serta memiliki faktor risiko yang berbeda pula, terutama pada gigi anterior mandibula yang rentan terhadap penyakit periodontal. Tujuan: Mendapatkan distribusi kelainan periodontal pada gigi anterior mandibula serta hubungannya dengan faktor risiko yang mempengaruhinya pada pasien di RSKGM FKG UI. Metode: Penelitian deskriptif analitik menggunakan data sekunder dari rekam medis RSKGM FKG UI periode 2016 2018. Hasil: Distribusi kelainan periodontal lebih sering terdapat pada kelompok usia lansia (45-65 tahun) dan pada laki-laki. Distribusi mobilitas terbanyak ditemukan pada gigi 31 dan kelompok usia lansia (45-65 tahun); resesi gingiva terbanyak terdapat pada gigi 31, ukuran resesi gingiva terbanyak adalah <3 mm; poket periodontal terbanyak terdapat pada gigi 43, kedalaman poket terbanyak adalah 1-3 mm; kehilangan perlekatan klinis terbanyak terdapat pada gigi 42, kehilangan perlekatan klinis terbanyak adalah >5 mm; kerusakan tulang alveolar terbanyak ditemukan pada gigi 42 dan kelompok usia lansia (45-65 tahun). Distribusi trauma oklusi terbanyak terdapat pada gigi 41, penyebab trauma yang paling sering ialah blocking. Kelainan periodontal lebih sering terdapat pada gigi yang memiliki kelainan titik kontak. Kesimpulan: Kelompok persentase usia terbesar adalah lansia (48,16%), jenis kelamin tertinggi adalah perempuan (50,28%), mayoritas pasien memiliki OHIS buruk (50,28%), dan PBI yang ringan (46,33%). Kelainan periodontal yang dijumpai pada gigi anterior mandibula adalah 34,75% subjek memiliki mobilitas gigi; 72,03% subjek mengalami resesi gingiva; 79,94% subjek memiliki poket absolut; 82,34% subjek memiliki kehilangan perlekatan klinis; dan 61,02% subjek memiliki kerusakan tulang alveolar. Faktor risiko lokal meliputi trauma oklusi dimana 57,77% subjek mengalami trauma oklusi; 83,47% subjek memiliki gigi berjejal pada gigi anterior mandibula; dan 90,82% subjek memiliki kelainan titik kontak."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Wuryan Prayitno
"ABSTRACT
Periodontal disease has been defined as the pathological processes that involve the periodontium. These pathological changes may be limited to one of the constituent parts of the periodontium as in chronic gingivitis, or include several or all of the tissues. Most periodontal diseases are specific to the periodontium, but in some cases they may be manifestations of general disease or diseases of other organs WHO, TRS 207, 1961). Such a definition or description of periodontal disease is somewhat all encompassing. Indeed, some indices developed to measure periodontal disease appear to have considered the condition as a continuum of a single disease entity. Thus, the periodontal index (Russell 1956) uses an increasing scoring system as gingival inflammation worsens, pocketing develops and tooth mobility occurs. Similarly the Periodontal Disease Index (Ramfjord 1959) scores higher as gingivitis develops and loss of attachment occurs. In our present state of knowledge it would appear that periodontal disease is not a single entity with different degrees of severity. The umbrella title periodontal disease encompasses a number of disease states, some of which may be specific infections in a susceptible host. Unfortunately, our knowledge is still incomplete so that the full picture has yet to be unraveled.
A variety of classifications for periodontal disease have been proposed with broad agreement for the terms chronic gingivitis, chronic adult periodontitis, prepubertal periodontitis, chronic juvenile periodontitis, and rapidly progressive (adult) periodontitis (Gotlieb 1923, Butler 1969, Baer 1971, Page et al 1983a,b, Bystrom et al 1983, Cutress 1986). Further subdivisions of these disease states have been suggested, and include descriptive terminology such as localized and generalized (Baer 1971, Page et al 1983a). Additionally, the condition refractory periodontitis has been suggested to describe disease, which has failed to respond to conventional therapy (Gordon et al 1985).
Despite the identification of apparently distinct chronic disease states of the periodontal tissues, it would appear most of the conditions diagnosed by present day clinical techniques fall within the categories of chronic gingivitis or chronic (adult) periodontitis. Perhaps fortunately, the other disease entities are rare (Page et al 1983a,b, Bystrom et al 1983, Cutress 1986).
The one factor common to all the chronic disease states of the periodontal tissues appears to be a bacterial aetiology or at least a bacterial association. As with all "infections" host factors play an important role in the susceptibility and progress of disease. Nevertheless, bacterial deposits are always found in association with periodontal disease states and at present prevention and treatment is aimed at elimination of bacteria from tissues sites. The association of bacterial plaque to periodontal disease was first derived from epidemiological data (Ash et al 1964). Evidence for a direct aetiological role of bacterial plaque, at least in the initiation of chronic gingivitis was shown by subsequent clinical experimentation (Lae et al 1965).
The specificity of the bacteria in plaque to disease states is still hotly debated. Universal acceptance of one of either the non-specific plaque hypothesis (Miller 1890) or the specific plaque hypothesis (Tanner et al 1979) has not occurred.
Even for chronic gingivitis it appears uncertain whether clinically measurable inflammation occurs in association with a critical plaque mass or a significant increase in the proportions of certain bacterial species for example, Actinomyces species, Fusobacterium nucleatum, Bacteroides rnelaninogenicus and Bacteroides intermedius (Loesche and Syed 1978, Moore et al 1982a, Moore et al 1987).
Similarly in chronic adult periodontitis, there is strong association between Gram-negative anaerobic bacteria and disease (Slots 1977b, Spiegel et al 1979, Tanner et al 1984, Mandell et al 1987). Furthermore certain organisms are frequently reported at sites of disease activity or rapid disease progression and include Bacteroides gingivalis, Fusobacterium nucleatum, Bacteroides forsythus, Elkenella corrodens, Bacteroides intermedius and Actinobacillus actinomycetemcomitans (Tanner et al 1979, 1984). However, these data are derived, for the most part, from extremely small numbers of patients. Moreover, it must be remember that in excess of 300 species and 35 genera of bacteria have been identified from human periodontal sites (Moore 1987). A further 100 or more species are thought to exist, but have as yet proved impossible to isolate and identify.
To date there have been no epidemiological studies of the microflora associated with periodontal disease. In fact, the feasibility of microbiological testing in the field has not even been assessed. The nearest attempts to large-scale oral microbiology surveys have been from clinical trials of oral hygiene products looking for adverse shifts in flora or resistance to antimicrobial agents (Volpe et al 1969a, Stallard et al 1969, Schlott et al 1976)."
Universtiy of Wales College of Medicine, 1990
D258
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Wardani
"Suatu kenyataan yang harus diperhatikan bahwa prevalensi penyakit periodontal di pedesaan sangat tinggi dibandingkan dengan perkotaan, prevalensi penyakit periodontal di Perkebunan Purbasari PT. Perkebunan XIII masih tinggi, di mana kebutuhan penyuluhan dan profilaksis masih tinggi. Tindakan pencegahan penyakit periodontal diperlukan untuk tindakan prevalensi penyakit periodontal.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang persepsi penyakit periodontal, tindakan pencegahan penyakit periodontal serta faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan pencegahan penyakit periodontal.
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner untuk mengetahui perilaku pencegahan Ibu Rumah Tangga. Pemeriksaan jaringan periodontal dilakukan untuk mengetahui prevalensi penyakit periodontal. Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode statistik uji square dengan derivatnya serta uji korelasi regresi berganda. Dari hasil penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa (1) Persepsi kerentanan diri, persepsi keseriusan penyakit, persepsi manfaat pencegahan terhadap penyakit periodontal serta tindakan pencegahannya kategorinya tinggi pada ibu rumah tangga, (2) tidak terdapat perbedaan bermakna antara persepsi kerentanan diri dan persepsi keseriusan penyakit periodontal terhadap tindakan pencegahan penyakit periodontal, (3) terdapat perbedaan yang bermakna antara persepsi manfaat pencegahan dengan tindakan pencegahan penyakit periodontal, (4) dapat dibuktikan ada pengaruh persepsi kerentanan diri, .persepsi keseriusan penyakit dan persepsi manfaat pencegahan terhadap tindakan pencegahan walaupun pengaruhnya kecil.
Oleh karena terdapat faktor-faktor yang berkaitan dengan tindakan pencegahan penyakit periodontal, maka dianggap perlu untuk : (1) dilakukan penyuluhan mengenai penyakit periodontal yang meliputi pengertian, penyebab, akibat dan tindakan pencegahan penyakit periodontal pada Ibu Rumah Tangga, (2) melakukan penelitian faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi tindakan pencegahan penyakit periodontal di Perkebunan Purbasari PT. Perkebunan XIII."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>