Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37 dokumen yang sesuai dengan query
cover
F.X. Rahyono, 1956-
""Reformasi Total", demikianlah sebuah slogan yang dihadirkan dalam wacana publik pada masa pascaorde baru. Kecaman, keluhan, atau kemarahan itu pun hadir di berbagai media wacana, baik dalam dialog formal maupun informal. Pada masa pascaorde baru, memori yang ada pada masyarakat adalah memori tentang peristiwa-peristiwa yang tidak terkendali. Memori itu kemudian terrepresentasikan dalam wacana yang berbunyi "Reformasi yang kebablasan". Sebuah kata, frasa, serta kalimat pada dasarnya berpotensi menampilkan makna referensial maupun kontekstual. Secara pragmatis, sebuah kata, frasa, atau kalimat memiliki kemungkinan untuk menyatakan maksud kearifan atau maksud ketidakarifan. Ketidakarifan - yang dimaksudkan dalam penelitian ini - merupakan tindakan pelanggaran terhadap etika dan etiket yang berlaku di masyarakat. Bagaimana mewacanakan gerakan reformasi secara arif? Perlukah memanfaatkan kosakata ketidakarifan secara produktif dalam wacana publik? Siapakah yang bertanggung jawab dalam menumbuhkembangkan kearifan masyarakat? Kearifan dalam bahasa tidak berkaitan dengan tindakan manipulatif dalam penyampaian informasi. Kearifan dalam bahasa berkaitan dengan strategi pemilihan satuan-satuan bahasa. Kearifan adalah tanggung jawab bersama. Bahasa yang arif tidak akan hadir secara menyeluruh jika pihak-pihak terkait dan segala peristiwa yang dihasilkannya tidak menuju ke kearifan. Kearifan tidak memperdebatkan tuntutan hak dan kebebasan berwacana.

The Wisdom of Language A Pragmatic Study on the Profile of the Post-New Order Era Mass Media Language. "Total Reformasi!" is the slogan circulated in the public discourse of the post-New Order era. All kinds of condemnation, grievances, and anger have been raised in various discourses, from formal to informal dialogues. In such an era, people?s collective memory is mostly associated with uncontrollable events, and it is eventually represented in the discourse of "the overdosed Reformasi" (Reformasi yang kebablasan). A word, phrase, and sentence basically have the potential of expressing both referential and contextual meanings. From a pragmatic point of view, a word, phrase, or sentence has a capacity to express either wise or unwise intentions. "Unwise intention" in the context of this research is defined as an act of transgressing or violating the ethics and etiquettes of a society. How can the discourse of Reformasi be constructed wisely? Is it necessary to appropriate unwise vocabulary in public discourses? Who holds the responsibility for fostering public wisdom? The wisdom of language has nothing to do whatsoever with manipulative acts in information dissemination. The wisdom of language relates to strategies of choosing certain linguistic features. Wisdom is a collective responsibility. A wise language would not be able to fully exist unless all of the related parties and resulting events make a concerted effort towards wisdom. Wisdom does not involve itself in the tug of war between the right and freedom of participating in discursive formations."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lenni Ertati
"Markusip mengandung arti pendekatan yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan dengan cara berbisik-bisik dari balik dinding rumah. Munculnya kearifan lokal markusip di tanah Mandailing tidak terlepas dari pengaruh ajaran agama Islam yang dibawa oleh Pasukan Paderi yang mengubah segala sendi-sendi kehidupan masyarakat Mandailing termasuk dalam hal pergaulan. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan kearifan lokal markusip yang dilakukan oleh muda-mudi etnis Mandailing tempo dulu sebelum menuju jenjang pernikahan. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif kualitatif melalui studi literatur baik melalui buku, jurnal, tesis dan artikel ilmiah lainnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kearifan lokal markusip merupakan wujud dari pelaksanaan agama Islam yang melarang interaksi antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Sehingga dalam pelaksanaannya baik laki-laki dan perempuan tidak dapat melihat satu sama lain karena dibatasi oleh dinding rumah. Kearifan lokal markusip merupakan wadah menuju ke jenjang pernikahan jika antara laki-laki dan perempuan terdapat kecocokan satu sama lain"
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2023
959 PATRA 24:1 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jusuf Sutanto
"Buku ini berisi tentang kumpulan kisah kearifan kuno yang bisa menjadi pedoman dalam kehidupan masa modern."
Jakarta: Hikmah, 2004
234.12 JUS k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Iswanto
"Kearifan lokal dapat diartikan sebagai kemampuan suatu masyarakat untuk beradaptasi, mengatur, serta mengolah lingkungan alam dan budaya yang memengaruhi kehidupan mereka. Penelitian yang dilakukan pada masyarakat Boti di Provinsi Nusa Tenggara Timur ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memahami ume kbubu sebagai wujud kearifan lokal masyarakat Boti dalam menjaga ketahanan pangan dan melindungi mereka dari bencana. Metode yang digunakan ialah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Karakteristik data penelitian ini tergolong dalam data penelitian sensitif, karenanya membutuhkan waktu yang lama untuk memperolehnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur ume kbubu memperlihatkan kearifan lokal masyarakat Boti dalam beradaptasi dengan lingkungan alam dan memengaruhi terbentuknya struktur permukiman masyarakat Boti yang menyebar. Selain itu, fungsi dan simbolisasi ume kbubu berkaitan erat dengan kearifan lokal masyarakat dalam menyimpan dan mengelola bahan makanan (jagung), yang menjadi kekuatan masyarakat Boti dalam menghadapi bencana krisis pangan. Struktur permukiman masyarakat Boti yang ditopang dengan aturan adat yang ketat menjadi pembatas dalam interaksi sosial yang mampu melindungi masyarakat dari bencana, misalnya penyakit menular. Kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Boti ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk mengkaji berbagai aspek budaya yang bermanfaat dalam menghadapi bencana."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2021
900 HAN 4:2 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Riana Sahrani
"Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa budaya mempengaruhi bagaimana individu mendefinisikan kebijaksanaan. Penelitian sebelumnya juga sudah berupaya memahami kebijaksanaan berdasarkan konteks Baratdan beberapa di negara Timur, tapi belum ada yang mencoba memahaminya di konteks Indonesia. Penelitian ini berupaya mengisi kekosongan tersebut. Secara spesifik, kami berupaya untuk mengembangkan skala kebijaksanaan pada remaja. Kami melakukan penelitian ini dalam dua tahap. Pada tahap pertama, partisipan kami adalah 349 remaja berusia 15 hingga 21 tahun. Kami menanyakan partisipan untuk mengindikasikan karakteristik kebijaksanaan menurut mereka. Dari tahapan ini, kami memperoleh 52 karakteristik kebijaksanaan. Pada tahapan kedua, kami mengembangkan kuesioner berdasarkan respon jawaban yang muncul pada tahapan pertama. Total terdapat 52 item dalam kuesioner ini. Kami menganalisis data pada tahapan kedua ini dengan menggunakan Exploratory Factor Analisis (EFA). Berdasarkan hasil analisis diperoleh 44 butir karakteristik kebijaksanaan. Butir butir tersebut kemudian dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor: (1) berpikir Cerdas, (2) kepribadianpositif, (3) keterandalan dalam bertindak. Butir yang paling berkontribusi dari faktor berpikir cerdas adalah hati hati dalam bertindak (0,790), selanjutnya butir yang paling berkontribusi dari faktor kepribadian positif adalah setia (0,701), terakhir butir yang paling berkontribusi dari faktor keterandalan dalam bertindak adalah mampu mengemukakan pendapat dan berkomunikasi (0,731)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2019
150 JPS 17:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Aery Lovian
"Tesis ini membahas tentang Kearifan Ekologis masyarakat Petalangan dalam Ritual Menumbai. Fokus penelitian ini untuk mencari ketertikatan antara ritual Menumbai dengan Ekologi, guna mengetahui kearifan masyarakat Petalangan dalam memperlakukan lingkungan ekologi. Perubahan yang terjadi terhadap ruang hidup masyarakat Petalangan sekarang sudah berubah, dari sebelumnya dikelilingi hutan yang menjadi sumber budaya dan ekonomi mereka, menjadi wilayah hutan industri dan kelapa sawit. Perubahan tersebut tentu saja mengancam ekspresi-ekspresi budaya mereka, termasuk Menumbai. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Teknik pengumpulan data yaitu bersifat observasi, wawancara, dan perekaman audio-visual. Data tersebut diklasifikasikan untuk dianalisis dan ditafsirkan berdasarkan konsep-konsep, pendekatan, dan teori-teori dalam kajian tradisi lisan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ritual Menumbai memiliki proses penciptaan, formula dan variasi dan konteks; semuanya itu tertanam jauh di dalam pandangan dunia mereka tentang alam sebagai makhluk yang sama seperti manusia.

This thesis is an analytical discuss on the ecological wisdom of Petalangan community in the Menumbai, that is a specific ritual to take bees honey that built their nests in the branches of a Sialang tree. This study is focus to search on relations between Menumbai ritual and ecology, with the goals to understand the ecological wisdom in the activities of Petalangan community. In facts, the living space of Petalangan has change now, from the area that covered by forests with the rich of economic and cultural resources to the areas of monoculture industrial forest and palm oil trees. Its change of course endangered their traditional cultural expressions, included Menumbai. In case of Menumbai, it sustainability threatened by quantity degradation of Sialang trees. The data collected by observations, interviews, and audio-visual recording. It data classified, for the analyses and interpreted base on concepts, methods and theories in the study of oral traditions. These research, analyses and interpretations resulted a general conclusion that Menumbai ritual have: a specific creating process, formulas, variations, and contexts; all of those rooted in the deep of their world view about nature as a Creature as well as humanity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Solichin Abdul Wahab
Jakarta: Bumi Aksara, 2005
351.007 2 SOL a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Rostyati
"Kajian ini bertujuan mengungkap cara pembuatan rumah dilihat dari kearifan lokal dalam beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Hasil kajian menemukan bahwa arsitektur rumah di Kampung Wana sangat adaptif terhadap lingkungan sekitarnya dan merupakan gambaran kebijakan nenek moyang dalam mensiasati dan tanggap terhadap kondisi kehidupan lingkungannya agar terhindar dari gempa, banjir dan ancaman dari binatang buas. Pemilihan kontruksi yang tepat untuk membangun rumahnya menjadi gambaran kearifan lokal budaya masyarakat setempat. Sistem kontruksi menggunakan umpak batu, atap daun rumbia, sistem sambungannya purus dan pen, konfigurasi balok yang saling jepit, tumpu, tekan, dan tarik merupakan sistem kearifan lokal pada arsitektur tradisional rumah Kampung Wana. Agar rumah tersebut kuat terhadap gempa, tidak banjir dan tidak mudah lapuk. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitaif dan merupakan penelitian eksplorasi. Jenis penelitian bersifat deskriptif, yakni menganalis dann menyajikan fakta melalui observasi, wawancara mendalam pada sejumlah informan, dan studi pustaka. Untuk pengambilan gambar, dilakukan foto dan membuat sketsa atau denah rumah."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2017
959 PATRA 18: 3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>