Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Slamet
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Karakteristik individu, dan Pasar Kerja terhadap Motivasi dalam memilih Kejuruan di Balai latihan Kerja. Selain itu juga untuk melihat hubungan antara sub-sub variabel dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua yang dilihat dari aspek pendidikan, pekerjaan dan Ekonomi orang tua, Karakteristik Individu; aspek pendidikan dan pengalamannya dan Pasar Kerja; adanya informasi kesempatan kerja, tersediannya lapangan kerja dan kesempatan kerja yang dapat diperoleh dengan Motivasi peserta pelatihan dalam memilih kejuruan di Balai Latihan Kerja. Untuk mengetahui beberapa hal tersebut di atas, sampel yang diambil untuk penelitian sebanyak 64 orang peserta pelatihan dan berbagai kejuruan, yaitu Tata Niaga, Listrik, Otomotif dan Teknologi Mekanik.
Pembahasan yang mengacu pada data hasil penelitian yang menggunakan Personal Computer program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 10.0, maka dapat disimpulkan bahwa dilihat dari frekuensi hasil jawaban menggambarkan, faktor Status sosial ekonomi orang tua merupakan faktor yang paling dominan. Sedangkan melalui analisis hubungan ditemukan bahwa hubungan antara Status sosial ekonomi orang tua dengan Motivasi dalam memilih kejuruan bersifat sedang. Sementara itu hubungan antara Karakteristik individu dan pasar kerja, menunjukkan hubungan yang sangat rendah.
Berdasarkan pada hasil penelitian tersebut, agar peserta pelatihan memiliki motivasi yang tinggi terhadap kejuruan-kejuruan yang ditawarkan oleh Balai Latihan Kerja, maka dalam menyelenggarakan pelatihan, Balai Latihan Kerja perlu memperhatikan hal-hal berikut ini; meningkatkan kerjasama dengan swasta, meningkatkan kualitas instruktur, fasilitas latihan kerja dan memperbaiki sistem rekrutmen peserta pelatihan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7987
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siraj
Depok: Rajawali Pers, 2023
370.113 SIR k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Billett, Stephen
London: Springer, 2011
370.133 BIL v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fandy Anggara Putra
"Dengan jumlah generasi muda yang besar, Indonesia menghadapi tantangan sekaligus peluang untuk meningkatkan kapasitas generasi muda dan memaksimalkan kontribusi mereka terhadap pertumbuhan ekonomi negara. Memberdayakan generasi muda dengan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan permintaan industri tidak hanya akan menguntungkan sektor swasta tetapi juga masyarakat pada umumnya. Pendidikan vokasi atau kejuruan adalah langkah untuk menghubungkan secara langsung lingkungan sekolah dan tempat kerja dan mempercepat lulusannya untuk bekerja di tahap awal karir mereka. Namun demikian, lembaga pendidikan vokasi yang ada, khususnya pada pendidikan menengah atas, masih perlu ditingkatkan karena tingkat penyerapan tenaga kerja yang rendah dibandingkan dengan lulusan lain dari jalur pendidikan yang lain. Berdasarkan analisis kuantitatif dengan metode entropy balancing dan instrumental variable, dampak sekolah menengah kejuruan terhadap tingkat pekerjaan dan upah lebih besar pada lulusan yang lebih muda dan berkurang pada kelompok usia yang lebih tua. Situasi ini menimbulkan pertanyaan terkait bagaimana memperkuat pendidikan vokasi yang ada sehingga dapat memberikan keterampilan dan pengetahuan kepada lulusan dan mereka mempertahankan keunggulan kompetitif mereka sepanjang karir mereka.

With a large youth population, Indonesia faces both the challenge and the opportunity to increase the youth population's capacity and maximize their contribution to the country's economic growth. Empowering youth with skills and knowledge that match industry demand will benefit not only the private sector but society in general. Technical and Vocational Education and Training (TVET) is an avenue to directly connect school and workplace environments and accelerate its graduates becoming employed and being productive in the very early stage of their careers. However, existing TVET institutions, especially in upper secondary education, still need to be improved due to their low employment rate compared to other graduates from different educational streams. Based on quantitative analysis using entropy balancing and instrumental variable method, the impact of vocational secondary school on employment and wage levels is bigger in the younger graduates and diminished in the older age group. This situation raises concern about how to strengthen existing TVET institutions so they can provide updated skills and knowledge to their graduates and maintain graduates’ competitive advantage all through their careers."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditri Andita Anggariani
"Percepatan pengembangan sektor industri sebagai salah satu fokus kebijakan Masyarakat Ekonomi ASEAN otomatis akan diikuti dengan meningkatnya permintaan tenaga kerja terampil, sehingga butuh suatu upaya untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia agar tidak kalah saing dengan tenaga kerja asing dan memperparah tingkat pengangguran. Pendidikan kejuruan berkontribusi dalam menekan angka penangguran karena lulusannya merupakan tenaga kerja terampil siap pakai yang dapat langsung diserap industri. Jawa Barat menempati posisi ketiga secara nasional yang memiliki angka pengangguran tertinggi, di mana sebagian besarnya adalah lulusan SMK. Penelitian ini akan menganalisis jejaring kebijakan untuk melihat bagaimana dinamika dan interaksi antar para aktor kunci dalam jejaring kebijakan pada kebijakan pendidikan kejuruan dan ketenagakerjaan dapat menjelaskan tingginya pengangguran lulusan SMK di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan post-positivism. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejauh ini interaksi antar aktor kunci yang terlibat dalam jejaring kebijakan ini masih mengandalkan bentuk hubungan yang sifatnya formal. Konflik kepentingan yang terjadi antar para aktor dari sektor publik berakar dari perbedaan pandangan mereka terkait apa yang sesungguhnya menjadi masalah dan bagaimana mengatasinya.
Accelerating the development of the industrial sector as one of the ASEAN Economic Community 39 s policy focus will automatically be followed by the increasing demand for skilled labor, so it needs an effort to improve the quality of Indonesian labor so as not to lose competitiveness with foreign workers and aggravate the unemployment rate. Vocational education contributes to reducing unemployment rates because the graduates are ready made skilled laborers who can be directly absorbed by the industry. West Java occupies the third position nationally which has the highest unemployment rate, where most of them are SMK graduates. This study will analyze the policy network to see how the dynamics and interactions among key actors in the policy network on vocational education and employment policy can explain the high unemployment of SMK graduates in West Java Province. This research is a qualitative research with post positivism approach. The results show that so far the interactions among key actors involved in this policy network still rely on formal relationships. The conflicts of interest between actors from the public sector stem from their differing views on what really matters and how to overcome them."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yasin
"Masalah ketenagakerjaan nasional masih diwarnai oleh ketidaksesuaian (discrepancy) antara output lembaga pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ( SLTA) dengan kualitas yang dibutuhkan oleh dunia kerja atau industri. Sehingga banyak kesempatan kerja yang tersedia tidak dapat diisi oleh calon tenaga kerja. Ketidaksesuaian output tersebut disebabkan kerena kecepatan perubahan dunia kerja sebagai akibat kemajuan teknologi relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan kesiapan lembaga pendidikan dan pelatihan dalam mengantisipasi kecepatan perubahan tersebut. Selain itu terjadi restrukturisasi industri dari padat karya ke industri padat modal yang mengakibatkan terjadinya perubahan struktur dan jabatan dalam dunia kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan pengetahuan dan keterampilan tenaga juru las di perusahan dan untuk mengetahui pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh calon peserta latihan di BLK Condet. Kemudian menentukan kebutuhan pengetahuan dan keterampilan materi pelatihan juru las di BLK Condet yang relevan dengan dengan kebutuhan perusahaan.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan pelatihan, yaitu menentukan kesenjangan (discrepancy) antara pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan tenaga jurulas di perusahaan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki calon peserta latihan di BLK. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan menyebar kuesioner kepada 63 orang responden tenaga juru las diperusahaan dan 72 orang calon peserta latihan di BLK Condet.
Dari hasil analisis, penelitian ini menyimpulkan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang disebar kepada tenaga juru las di perusahan dan calon peserta latihan di BLK dengan tingkat kebutuhan materi pelatihan 58,85 % - 70,84 % (tabel.4.18), berdasarkan tabel 1.1, maka pengetahuan dan keterampilan tersebut adalah dibutuhkan sebagai materi pelatihan di BLK Condet Jakarta.
Dengan adanya perbedaan kebutuhan pengetahuan dan keterampilan tenaga juru las dari beberapa perusahaan dan perbedaan kemampuan dari calon peserta latihan yang mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda ( SMU dan SMK Teknologi ), maka dalam menentukan kebutuhan materi pelatihan di BLK hendaklah sungguh-sungguh mempertimbangkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan oleh tenaga juru las di perusahaan serta mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki oleh calon peserta latihan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T10311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enny Zuliatie
"Data tentang pelaksanaan program konseling kesehatan reproduksi remaja di SLTA (YPI, 2002) memperlihatkan bahwa ada sekolah yang layanan konselingnya berjalan efektif dan ada yang tidak efektif, sehingga pemanfaatannya pun menjadi berbeda. Satu sekolah dapat menjaring kasus-kasus kesehatan reproduksi dan mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan pemberian informasi, satu sekolah lainnya tidak ada kasus dan kurang kegiatan pemberian informasi. Padahal dibawah PROPAS YPI, sekolah tersebut mempunyai program yang lama, yaitu konseling kesehatan reproduksi remaja di SLTA.
Penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang pemanfaatan layanan konseling kesehatan reproduksi remaja oleh siswa pada 2 SMK di Jakarta Selatan. Pengumpulan data melalui FGD, WM dan observasi pada bulan September - Nopember 2003 di SMK Negeri X dan SMK Swasta Y. Staf YPI, konselor formal, konselor non formal dan kepala sekolah sebagai informan lanjutan setelah siswa sebagai informan utama.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa siswa kelas III paling banyak memanfaatkan karena mereka sudah lebih lama berada di sekolah dan kebutuhan akan informasi lebih banyak dibandingkan kelas I dan II.
Informan SMK Negeri X ternyata lebih banyak pengetahuan dan memberikan jawaban yang benar tentang materi kesehatan reproduksi dan keberadaan layanan dibandingkan dengan SMK Swasta Y. Justru hal ini yang membuat informan SMK Negeri X lebih memanfaatkan layanan konseling karena ingin tahu lebih banyak lagi. Sikap informan SMK Negeri X dan SMK Swasta Y terhadap ketrampilan konselor yang tidak bisa menjaga kerahasiaan membuat informan enggan konsultasi langsung dengan konselor formal, melainkan konsultasi dengan konselor non formal, yang dalam hal ini adalah pembina OSIS dan paling banyak konsultasi dengan teman. Semua informan siswa SMK Negeri X berpendapat bahwa konselor menyediakan waktu kapan saja untuk konsultasi, sedangkan konselor SMK Swasta Y hanya 2 hari seminggu, akibatnya informan siswa SMK Swasta Y sedikit yang konsultasi dan konselor.
Fasilitas, khususnya ruangan di 2 SMK kurang disenangi, karena dianggap tidak nyaman untuk konsultasi, sempit, dirancang seperti puskesmas. Akhirnya mereka konsultasi di taman, pinggir lapangan atau di kelas. Sebagian besar informan siswa SMK Negeri X dan SMK Swasta Y juga tidak diajak berpartisipasi memikirkan bentuk layanan dan disain di sekolah.
Untuk itu agar ada perbaikan program dimasa mendatang disarankan agar membentuk konselor sebaya yang lebih mudah dekat dan terbuka dengan informan. Konselor sebaya ini harus dilibatkan dalam mendisain program, karena mereka yang lebih banyak tahu tentang kondisi sekolah dan kebutuhan temannya. Sekolah juga memberikan dukungan bagi konselor formal maupun non formal dan konselor sebaya untuk mengadakan kegiatan di sekolah. Depkes dan Depdiknas sebaiknya memikirkan strategi pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di SLTA, khususnya SMK. Juga peran LSM pelaksana dalam melakukan monitoring program secara rutin hendaknya lebih ditingkatkan agar kendala cepat diketahui dan permasalahan cepat teratasi.

The Usage of Teenage Reproductive Health Counseling Service in Two Vocational High schools in South Jakarta, under Petite Ilmu Foundation's (YPI) School Based Program, Year 2003
The data on the implementation of Teenage reproductive health counseling program in High schools (YPI, 2000) show that some schools conduct the program effectively, while some others don't, and these cause the differences in the usage. One school can collect the cases on reproductive health and conduct some activities related to information dissemination, while there's also another school that has no cases and tacitness in information dissemination. This difference is surprising, considering that under YPI's School Based Program, those schools have the same opportunity to implement the Teenage Reproductive Health Counselling Service in Highschools.
A Survey was conducted to get an illustration on the usage of Teenage Reproductive Health Counselling Service by the students of Two Vcational Highschools in south Jakarta. Data collectings were conducted through FGD, WM and observation during September - November 2003 in a State Vocational Highschool (X) and a Private Vocational H'ighschool (Y). YPI's staffs, formal counsellors,.non formal counsellors and principals are considered as advanced informants after the highschool students as the main informants."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 11356
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wedia Hidayana
"Vocational education has some characteristics that might be different from other formal schools such as ; education purpose, learning substance , education demand and output."
Padang panjang: Dinas pendidikan Kota Padangpanjang, 2014
370 JGR 11 (1-2) 2014
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Lena
"Salah satu cara untuk mengembangkan sumber daya manusia adalah melalui jalur pendidikan. Pendidikan merupakan upaya sistematis untuk pembebasan yang permanen dan bermacam-macam keterbelengguan (terbelengguan oleh kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, kesengsaraan, dan lain-lain).
Sumber daya manusia yang dihasilkan oleh suatu lembaga pendidikan sangat dipengaruhi oleh sumber daya pendidikan (instrumental input) yang terdiri atas kurikulum, guru, admisistrasi, laboratorium, perpustakaan dan saranalpras.arana, dan masukan lingkungan (inveromental input) seperti potensi alam yang ada.
Kita ketahui bahwa 213 wilayah Indonesia adalah laut. Dengan kekayaan sumber daya laut yang beraneka ragam dan melimpah memungkinkan Negara kita menjadi Negara yang makmur, bila laut ini dikelola oleh sumber daya manusia yang berkuatitas. Potensi kelautan dan perkanan yang ada di Negara kita dapat dikembangkan melalui jalur pendidikan, dengan didirikannya SMK Perikanan dan Kelautan yang dapat menghasilkan sumber daya manusia kelautan dan perikanan yang diharapkan mampu bersaing di pasar global pada level menengah. Pembangunan SMK Kelautan dan Perikanan ini sebagai salah satu upaya meningkatkan kemampuan masyarakat di bidang pengelolaan sumber daya kelautan dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang dapat menjadi tumpuan bagi ketahanan pribadi/keluarga khususnya ketahanan keluarga di bidang ekonomi.
Mengacu pada kenyataan diatas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan SMK Kelautan dan Perikanan dalam meningkatkan Sumber daya manusia dalam kaitannya dengan ketahanan keluarga. (studi kasus SMKN 36 Jakarta) Untuk memperoleh informasi tentang peranan SMK Kelautan dan Perikanan dalam meningkatkan sumber daya manusia bidang kelautan, dilakukan penelitian dengan metode analisis deskriptif analitik kualitatif terhadap tamatan SMKN 36 Jakarta yang bekerja di bidang kelautan dan perikanan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa lulusan SMK Kelautan dan Perikanan Studi kasus SMKN 36 Jakarta) dapat diterima dengan mudah dan mampu bekerja dibidang tersebut, karena hasil dari instrumental input dan inviromental input yang mendukung. Kualitas lulusan yang cukup baik sangat mempengaruhi keberadaan mereka pada saat mereka bekerja. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan yang pada akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pribadi/keluarga para lulusannya yang pada akhirnya dapat menuju ke ketahanan wilayah dan ketahanan nasional.

One of many ways to develop human resources is through education. Education is a systematic way to permanently release human from barriers such as poverty, stupidity, misery and many others.
Human resources created by an educational institution is affected by educational resources called instrumental input which consists of curriculum, teacher, administration, laboratory, library and facility/infrastructure and environmental input such as the existing natural resources.
We are already known that 2/3 (two third) of Indonesian region is covered by waters. With our richness in various and abundant marine resources, it makes the country possible to become a prosperous country, if only it is managed by qualified human resources. The marine and fishery potential in our country may be developed through educational effort, by the establishment of SMK Perikanan dan Kelautan (Marine and Fishery Vocational School) that this kind of school is expected to be able to compete in global market in medium level. The establishment of this Marine and Fishery Vocational School is one of the efforts to improve people's ability in marine resources management with an expectation to improve people's welfare, that can be a corner stone for private/family resilience particularly family's defense in economy field.
Referring to the above fact, this research has a purpose to know the role of Marine and Fishery Vocational School in improving the human resources in relation with family resilience, a case study of SMKN 36 Jakarta. In order to get information on the school's role in improving the human resources in marine field, a research with analysis of analytical descriptive qualitative method was performed to the graduates of SMKN 36 Jakarta who are working in marine and fishery industry.
From the research, it is known that the graduates of Marine and Fishery Vocational School, a case study of SMKN 36 Jakarta, are easily recruited and able to work in the industry since as viewed from instrumental input and environmental input it s supporting. The quality of graduates that is considered good affect their existence in the field when they work. This may improve their welfare and eventually will enhance the graduate's private/family resilience and then moving toward the regional and national resilience.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17605
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tickner, Fred
Albany, N.Y. : State University of New York , 1966
658.312 4 TIC t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>