Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mokhammad Lutfi Fauzi
"Kebudayaan dapat diterjemahkan sebagai keseluruhan sistem ide, tindakan serta hasil dari tindakan manusia, yang saling berkait satu dengan lainnya. Salah satu unsur kebudayaan tersebut adalah sistem agama, baik yang kini masih hidup maupun telah punah, yang dapat diamati melalui peninggalannya. Dengan demikian, agama sebagai salah satu unsur kebudayaan, khususnya yang pernah ada pada masa lampau merupakan salah satu jelajah studi arkeologi di pandang dari sudut kebudayaan (Nurhadi Magetsari, 1995:1).
Sutjipto Wirjosuparto (1964: 6-7) menyatakan bahwa kebudayaan Indonesia Kuna banyak dijiwai atau diliputi oleh suasana keagamaan. Oleh Karena itu, kiranya tepat pendapat P.J. Zoetmulder (1965:327) yang menekankan pentingnya memahami agama pada rnasa tersebut sebagai kunci untuk memahami kebudayaannya. Pendapat di atas, sesuai dengan fakta banyaknya peninggalan arkeologi dari masa Indonesia Kuna yang terbentang dari abad V hingga XVI Masehi, baik berwujud bangunan peribadatan, maupun area-area yang bernafaskan agama Hindu maupun Buddha. Wujud peninggalan tersebut seringkali dipandang sebagai `buah' dari hubungan budaya antara Indonesia dan India yang diperkirakan terjadi secara intensif sejak abad II Masehi Bosch, 1983:11. Dengan demikian, aktivitas pemujaan terhadap dewa-dewa Hindu maupun Buddha yang tersimpul di dalam berbagai bentuk peninggalan pada masa Indonesia Kuno merupakan wujud dari hubungan kebudayaan antara Indonesia dan India pada masa itu.
Dalam kebudayaan India, Dewa Wisnu telah muncul sejak jaman Veda, seperti yang dinyalakan di dalam syair-syair (saiithita) Veda meskipun kedudukannya masih rendah, setara dengan kelompok Dewa Aditya. Kepercayaan terhadap sifat-sifat Dewa Wisnu pada masa tersebut tumpang tindih dengan dewa-dewa lainnya. Misalnya, Dewa Wisnu dipercayai memiliki sifat-sifat Dewa Surya dan Indra. Sifat Dewa Surya pada Dewa Wisnu dipersonifikasikan dengan energi matahari yang menyinari dunia dan telah mengunjungi tujuh bagian dunia, serta mengedari dunia dengan tiga langkahnya (irivikrama). Dengan tiga langkahnya itu, Wisnu dianggap sebagai penakluk seluruh alam semesta dan dianggap sebagai dewa perang yang gagah berani berasal dari `pemberian' sifat Dewa Indra. Justru melalui kepercayaan terhadap Wisnu yang menjalankan triwikrasna menjadikannya terkenal hingga masa Hinduisme, karena dianggap melindungi manusia dari bahaya dan menaklukkan seluruh alam semesta baik di darat, air maupun angkasa.
Kedudukan Dewa Wisnu dalam konsepsi Trimurti (§iwa, Brahma serta Wisnu) dipandang sebagai perwujudan dari Brahman yang menyandang aspek pemelihara (sthiti), Dewa Siwa menyandang aspek perusak dan Dewa Brahma menyandang aspek pencipta. Di antara ketiga dewa tersebut yang seringkali dipuja sebagai dewa tertinggi oleh penganutnya adalah Dewa Siwa dan Dewa Wisnu, sedangkan Dewa Brahma tidak banyak dijumpai. Fenomena pemujaan terhadap Dewa Wisnu di India telah muncul sejak abad II SM dan berpengaruh besar di India selatan pada abad XI Masehi (Gonda, 1954:228-229). Bagi penganut agama Waisnawa Dewa Wisnu ditempatkan sebagai dewa tertinggi, sedangkan keberadaan dewa-dewa lainnya dipandang sebagai aspek Nya, seperti disebutkan dalam Bhugavurlgita (X-20-41) (Basham, 1956:300-301; Gonda, 1954:238; 1970:88). Dengan demikian, penganut Wisnu tidak menolak keberadaan Dewa Sawa dan Brahma, akan tetapi kepercayaan terhadap kedua dewa tersebut dipandang sebagai aspek dari Wisnu.
Dalam agama Hindu, lazimnya Dewa Wisnu dipandang memiliki tugas khusus sebagai dewa pelindung keselamatan manusia dan alam semesta (Gonda, 1954:120). Sebagai dewa pelindung (bhatr-) seperti disebutkan di dalam beberapa kitab Purana, Wisnu terjun langsung ke dunia dalam wujud aubtara. untuk menyelamatkan kebaikan, memelibara dunia dari kebudayaannya, menghancurkan pelaku kejahatan, serta menegakkan dharma di dunia (Gonda, 1954:125). Di India yang paling menonjol adalah dasaufrtara yang berkaitan dengan tugas Wisnu menghancurkan berbagai rintangan perputaran dunia di dalam 10 macam peristiwa.
Pengarcaan Wisnu berdasarkan naskah-naskah agama Waisnauh, seperti terdapat di dalam kitab-kitab Sarihita dan Agarna, secara umum diwujudkan di dalam tiga sikap, yaitu berdiri (sthanaka-murti), duduk (asana-mirti), serta berbaring (sayana-miirti). Secara arkeologis ketiga sikap area tersebut dapat dijumpai pada beberapa kuil Wisnu di India Selatan yang memiliki tiga relung utama pada bangunan induknya, seperti kuil Vaikunthapperumal di Conjeevaram, Kudal-alagar di Madura, Tirukkottiyur dan Mannakoyil di Tinnevelly. Dari ketiga sikap area tersebut masing-masing ditempatkan pada relung bawah, tengah, serta relung atas (Rao, 1, 1968:77-79). Selain itu, dalam pengarcaan Dewa Wisnu yang di tempatkan pada kuil khusus agama Waisnawa, Wisnu didampingi oleh satu atau dua sbkti-nya, yaitu Laksmi dan atau Sri.
Kaitannya dengan salah satu kewajiban raja sebagai pelindung rakyatnya, terdapat keterkaitan erat dengan sifat-sifat Wisnu yang senantiasa melindungi manusia dari segala perilaku kejahatan. Taittiriya Brahma (1,7,4) meyebutkan bahwa Wisnu menyertai semua raja, dan penyamaan diri seorang raja dengan Wisnu dipercayai dapat menaklukkan dunia (wisnor eva bhuivenzwnl lokan abhijayati) (Gonda, 1954:164). Jalan penyamaan raja dengan sifat kedewaan Wisnu antara lain dapat dilakukan melalui upacara abhiseka- dari Dewa Wisnu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T1762
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiguno Bimo Wicaksono
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk memahami ikonografi Dewa Wisnu di Jawa Timur pada abad ke 12-M – 15 M. Ikonografi (iconography) berasal dari bahasa Yunani, yaitu eikoon memiliki arti gambar dan graphoo artinya menulis. Jika diartikan secara harfiah, maka ikonografi memiliki arti “suatu benda yang menggambarkan sosok dewa dalam bentuk-bentuk tertentu, seperti arca, relief, dan lain-lain”. Dalam hal tersebut, ikonografi berkaitan dengan penggambaran sosok dewa dalam bentuk arca yang akan ditampilkan. Hasil dari penelitian ini adalah dengan mengetahui ikonografi Dewa Wisnu, maka informasi mengenai keberagaman penggambaran arca dewa serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

The purpose of this research is to understand the iconography of God Vishnu in East Java on 12th – 15th centuries. Iconography is the word based from Greek, eikoon means images, and graphoo means write. Iconography means “a thing that represents a god in a other forms, like statue, relief, etc.”. In this context, iconography has a connection with a god representation on the statue. The result of this research is knowing an iconography of God Vishnu and getting information about the diversity of god statue and the factors that affect the depiction."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Phinkan Arrini
"Prasasti Leran merupakan prasasti yang dikeluarkan pada masa Majapahit akhir. Prasasti Leran berisi mengenai pengukuhan kembali daerah Batwan. Pengukuhan kembali suatu daerah sangatlah jarang ditemukan pada prasasti-prasasti Majapahit, terlebih lagi Prasasti Leran menjelaskan bahwa Sima Batwan diperuntukan untuk penyembahan Dewa Wisnu. Selain itu Prasasti Leran memiliki struktur penulisan yang tidak biasa dituliskan dan memuat unsur keagamaan yang kental mengenai turunnya Dewa Wisnu ke dunia untuk mengajari manusia tentang ilmu.

Leran Inscription is inscription that was written in the end of Majapahit era. Leran Inscription tell about recommemorated Sima Batwan. In fact, inscription that contains about recommemorated an area is so not common found in the Majapahit Inscriptions, moreover this inscription give information that Sima Batwan is for Wisnu temple. Leran Inscription rsquo structure is not common written in the Majapahit era and this inscription is dominant about religious matters that Wisnu is descended to the earth and teach human about knowledge.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S69870
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library