Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djakarta : International Village for the fourth Asian-Games, 1962
992.07 WEL ;992.07 WEL (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Tatanan demokrasi desa yang berjalan secara alamiah atau yang bisa disebut sebagai kearifan lokal berkembang secara beragam di setiap wilayah di tanah air,yang pada gilirannya mendukung tesis tentang aspek “genuine” dari demokrasi yang dianggap sebagai kekhasan di Indonesia. Beberapa unsur dari substansi denokrasi desa yang dihidupkan dapat dilihat dari lahirnya Badan Permusyawaratan Desa (BPD),pemilihan kepala desa (Pilkades), Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Penjelasan dan analisis terhadap persoalan-persoalan demokratisasi desa, serta potensi-potensi yang dapat dikembangkan berdasarkan kearifan-kearifan lokal yang ada di desa dapat dibaca di buku ini."
Jakarta: Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI dan Inteligensia Intrans Publishing, 2019
307.762 DEM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Collier, William L.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia , 1996
307.72 PEN nt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tri Fina Halun Djata
"Fungsi Abeh Dalam Mengintegrasikan Masyarakat Dayak Ma'anyan di Desa Dayu merupakan topik penelitian ini. Keberadaan Abeh sebagai sebuah simbol yang diyakini masyarakat berfungsi sebagai penyelamat dan pemersatu masyarakat jika ada bahaya yang menyerang dari luar desa. Fenomena yang menarik dari keberadaan Abeh ini adalah keberadaannya sebagai simbol dalam masyarakat tradisional yang diistilahkan dalam kajian sosiologi sebagai masyarakat mekanik sementara itu masyarakat Dayak Ma'anyan di Desa Dayu ini hidup dalam arus modernisasi. Dua tipe masyarakat hidup dalam satu komunitas dengan nilai yang berbeda. Permasalahan pokok yang diangkat dalam penelitian ini adalah Fungsi Abeh dalam mengintegrasikan masyarakat Dayak Ma'anyan di Desa Dayu dengan pertanyaan apa fungsi Abeh bagi masyarakat Dayak Ma'anyan di Desa Dayu, bagaimana Abeh sebagai simbol mengintegrasikan masyarakat Dayak Ma'anyan di Desa Dayu dan faktor-faktor apa yang dapat menghambat fungsi Abeh dalam mengintegrasikan Masyarakat Dayak Ma'anyan di Desa Dayu.
Atas dasar pokok permasalahan di atas maka penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu penjelasan ilmiah tentang fungsi Abeh dalam mengintegrasikan masyarakat Dayak Ma'anyan di Desa Dayu secara komprehensif dalam dimensi sosial budaya masyarakat desa.
Kerangka teoritik, menggunakan kerangka berpikir keberfungsian dengan menggunakan teori fungsionalisme perspektif Emile Dukheim, Radcliffe-Brown dan Malinowski, dengan memandang bahwa adanya bagian-bagian sistem hanya diterangkan atau dijelaskan oleh keseluruhan atau tatanan sosial, dimana bagian-bagian itu menjalankan fungsi dari tujuan keseluruhan. Menurut aliran ini bahwa suatu sistem selalu berkaitan dengan fungsi, suatu sistem itu terdiri dan sejumlah unsur yang berfungsi secara timbale balik yaitu saling memberi, saling menerima guna memelihara keseimbangan suatu entitas sistem tertentu. Dalam aliran ini bahwa masyarakat harus dilihat secara holistik sebagai sistem yang terdiri dari bagian-bagian dan terdapat nilai-nilai konsensus yang menggerakkan terjadinya keseimbangan atau integrasi yang dinanlls. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metodologi dengan menggunakan teknik wawancara mendalam atau indepth Interview, disamping itu agar penulis bisa menemukan data yang lebih akurat, spontan dan data baru maka penulis juga menggunakan teknik observasi partisipasi atau pengamatan terlibat. Penulis selama beberapa bulan mengamati secara langsung dan ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan subjek. Melalui metode penelitian ini penulis menemukan bahwa fungsi Abeh bertitik tolak dari pengalaman masa lampau yaitu sebagai penyelamat dan pemersatu masyarakat jika dalam bahaya yang datang dari luar komunitas dan hampir tidak relevan lagi jika ditinjau dalam konteks kekinian. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Data yang ada kemudian diinterpretasikan.
Kesimpulan, fungsi Abeh sebagai penyelamat dan mempersatukan masyarakat Dayak Ma'anyan di Desa Dayu lebih pada zaman lampau, masyarakat terintegrasi dan memiliki solidaritas bersama seperti sekarang ini, bukan karena fungsi Abeh tetapi lebih nampak disebabkan oleh adanya rasa sentimen yang sama atau identitas yang sama sebagai sesama orang Dayu.
Saran-saran yang dapat diajukan adalah perijinan untuk mengadakan kegiatan perlu dikaji ulang terutama masalah perjudian yang amat mendoinasi. Hal itu perlu secepamya dilakukan agar orang tidak salah interpretasi tentang makna upacara itu diadakan. Ada pembatasan yang jelas antra perayaan dan waktu ritual; ada pengkajian ulang tentang gagasan re-integrasi untuk usaha-usaha pemaknaan fungsi Abeh dalam kehidupan bermasyarakat yang lebih cocok dengan kebutuhan masyarakat dimana makna dan fungsi Abeh menjadi ikatan dari masyarakat yang lebih luas lagi.
Perlu pengembangan lebih jauh tentang fungsi Abeh, yaitu kajian lintas fungsi maksudnya adalah pengembangan untuk bidang ilmu dan hiburan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T1312
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lestari Ningsih
Perbedaan Pengetahuan Kader Tentang Desa Siaga di Desa Siaga dan Desa yang Berstatus Belum Siaga di Kabupaten Katingan Tahun 2011= In the year 2015, The Ministry of Health of Indonesia targeted that 80% of villages have become the active Alert Village. Recorded in the year 2009 the number of Alert villages in Central Kalimantan Province is 136 (9.67%) of 1406 villages in there. While in Kabupaten Katingan a number of Alert Village is 28 villages (17.3%) of 161 villages. The implementation of Alert Village program that launched by the Ministry of Health is not working. Cadre is one of the community activator that directly assist health workers in managing alert village health. The study was conducted in Kabupaten Katingan to know the differences of cadre knowledge about Alert Village in Alert village and non Alert Villages. The study design was cross sectional study. Population and the sample was a cadre in the Posyandu. The sample consisted of 68 cadre from Alert Villages and 68 cadres from non Alert Villages. The variables that’s been studied were the characteristics of cadre (age, education, occupation, and length of service), Exposure information about the alert village through Mass Media (electronic and print media), training and socializing about alert village. Samples obtained by cluster random sampling technique. Data were collected through interviews using a questionnaire and analyzed by univariate analysis and bivariate. The results showed that most of cadre in the alert village and non alert villages in the age of ≥ 32 year. Most of cadre in non Alert Villages not graduated from high school, while in Alert Village the cadre graduated from Junior High School. Cadre in both villages do not have jobs (housewife) and serve more than ≥ 4 years in the Alert village, while in non alert villages serve less than 4 years. Information obtained by the cadre of alert village is from the print media while the cadre in non alert villages get it from electronic media. Cadre of alert get more training and socialization about Alert Village compared to non Alert Villages Cadre. The results of the bivariate analysis found that cadre who receive training and socialization of the Alert Villages have a better knowledge than those who does not. There is a knowledge differences about Alert Villages between cadre in the Alert village and non Alert Villages. So that it is necessary to enhance the effort of cadre knowledge through training and socialization of about alert village in the implementation and developmet of Alert Village / Sri Lestari Ningsih
"ABSTRAK
Pada tahun 2015 Kemenkes RI menargetkan bahwa 80% desa telah
menjadi Desa Siaga aktif. Tercatat pada tahun 2009 jumlah Desa Siaga yang ada
Propinsi Kalimantan Tengah sebanyak 136 (9,67%) dari 1.406 desa dan
kelurahan yang ada. Sedangkan di Kabupaten Katingan jumlah Desa Siaga
sebanyak 28 (17,3%) dari 161 jumlah desa/kelurahan. Program Desa Siaga yang
digulirkan oleh Depkes yang pada pelaksanaannya tidak berjalan. Dimana kader
ini merupakan salah satu penggerak masyarakat yang telibat secara langsung
untuk membantu petugas kesehatan dalam mengelola Desa Siaga.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Katingan untuk mengetahui
perbedaan pengetahuan kader tentang Desa Siaga di Desa Siaga dan desa yang
berstatus belum siaga. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional.
Populasi dan sampel adalah kader di Posyandu 68 orang kader di Desa Siaga dan
68 orang di desa yang berstatus belum siaga. Variabel-variabel yang diteliti adalah
karakteristik kader (umur, pendidikan, pekerjaan, dan lama mengabdi), Pajanan
informasi tentang Desa Siaga melalui media mssa (media elektronik dan cetak),
Pelatihan dan sosialisasi tentang Desa Siaga. Sampel didapatkan dengan tehnik
clusster random sampling. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan
kuesioner dean dianalisa dengan analisa univariat dan bivariat.
Hasil menunjukkan bahwa rata-rata umur kader di Desa Siaga dan desa
yang berstatus belum siaga sebagian besar berumur ≥ 32 tahun.tingkat pendidikan
kader di desa yang berstatus belum siaga tamat SLTA, sedangkan di Desa Siaga
tamat SLTP. kader di kedua status desa tersebut tidak memiliki pekerjaan (IRT)
dengan lama mengabdi jadi kader ≥ 4 tahun di desa siaga sedangkan kader di
desa yang berstatus belum siaga lama mengabdi < 4 tahun. Informasi yang
didapatkan olek kader di Desa Siaga melalui media cetak sedangkan di desa yang
berstatus belum siaga melalui media elektronik. Kader di Desa Siaga lebih banyak
mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang Desa Siaga dibandingkan dengan
kader di desa yang berstatus belum siaga. Hasil analisa bivariat di dapatkan bahwa
kader yang mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang Desa Siaga
pengetahuannya lebih baik dari pada yang tidak mendapatkan pelatihan dan
sosialisasi tentang Desa Siaga dan didapatkan ada perbedaan pengetahuan kader
tentang Desa Siaga di Desa Siaga dan desa yang berstatus belum siaga.
Sehingga diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan kader
melalui pelatihan dan sosialisasi tentang desa siaga dalam pelaksanaan
pengembangan desa siaga

ABSTRACT
In the year 2015, The Ministry of Health of Indonesia targeted that 80% of
villages have become the active Alert Village. Recorded in the year 2009 the
number of Alert villages in Central Kalimantan Province is 136 (9.67%) of 1406
villages in there. While in Kabupaten Katingan a number of Alert Village is 28
villages (17.3%) of 161 villages. The implementation of Alert Village program
that launched by the Ministry of Health is not working. Cadre is one of the
community activator that directly assist health workers in managing alert village
health.
The study was conducted in Kabupaten Katingan to know the differences
of cadre knowledge about Alert Village in Alert village and non Alert Villages.
The study design was cross sectional study. Population and the sample was a
cadre in the Posyandu. The sample consisted of 68 cadre from Alert Villages and
68 cadres from non Alert Villages. The variables that’s been studied were the
characteristics of cadre (age, education, occupation, and length of service),
Exposure information about the alert village through Mass Media (electronic and
print media), training and socializing about alert village. Samples obtained by
cluster random sampling technique. Data were collected through interviews using
a questionnaire and analyzed by univariate analysis and bivariate.
The results showed that most of cadre in the alert village and non alert
villages in the age of ≥ 32 year. Most of cadre in non Alert Villages not graduated
from high school, while in Alert Village the cadre graduated from Junior High
School. Cadre in both villages do not have jobs (housewife) and serve more than
≥ 4 years in the Alert village, while in non alert villages serve less than 4 years.
Information obtained by the cadre of alert village is from the print media while the
cadre in non alert villages get it from electronic media. Cadre of alert get more
training and socialization about Alert Village compared to non Alert Villages
Cadre. The results of the bivariate analysis found that cadre who receive training
and socialization of the Alert Villages have a better knowledge than those who
does not. There is a knowledge differences about Alert Villages between cadre in
the Alert village and non Alert Villages.
So that it is necessary to enhance the effort of cadre knowledge through
training and socialization of about alert village in the implementation and
developmet of Alert Village."
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Fikawati
"Salah satu upaya penting yang sedang ditempuh oleh pemerintah untuk mempercepat penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi) di Indonesia adalah dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang antara lain dilakukan melalui penempatan bidangdi desa (BDD). Studi ini merupakan studi kuantitatif dengan rancangan potong lintang (cross sectional) yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesediaan BDD untuk bekerja dan tinggal di desa di Kabupaten Tanggerang. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2003 dengan populasi penelitian adalah seluruh BDD yang bertugas di Kabupaten Tanggerang pada bulan tersebut. Data dikumpulkan melalui kuesioner self-administered yang telah di ujicoba. Dari total 196 BDD yang ada di kabupaten Tanggerang terkumpul data sebanyak 120 BDD atau 61.2%. Ditemukan bahwa status perkawinan, lama kerja, keinginan untuk melanjutkan pendidikan, lokasi tempat keja suami, dukungan masyarakat dan dukungan puskesmas merupakan faktor-faktor yang secara signifikan berhubungan dengan kesediaan BDD untuk bekerja dan tinggal di desa. Faktor lama masa bekerja, keinginan melanjutkan pendidikan, lokasi tempat kerja suami dan dukungan puskesmas merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kesediaan BDD untuk tetap bekerja dan tinggal di desanya. Faktor-faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam rangka mempertahankan keberadaan BDD di desa. Pemerintah baik pusat maupun daerah, lembaga profesional dan institusi akademik harus bekerja sama untuk mencegah menurunnya jumlah BDD.

Factors Related to Willingness of Village Midwifes to Work and to Stay in the Village in Tangerang District, Banten Province Year 2003. One important effort that has been implemented by the Government of Indonesia to accelerate the reduction of MMR (Maternal Mortality Rate) and IMR (Infant Mortality Rate) in Indonesia is narrowing the distance between health care services and community including placement of village midwives (BDD). This study is a cross-sectional quantitative study aimed to investigate factors related to the willingness of BDDs to work and stay in the villages of Tangerang District. Data were collected in July 2003 from 120 BDDs (among a total of 196 BDDs in Tangerang District or 61.2%) through self-administered questionnaires. The study found that marital status, length of work, motivation to continue study, location of husband?s work, community support, and community health center?s support were factors significantly related to BDD willingness to work and stay in the village. The most dominant factors were length of work, motivation to study again, location of husband?s work, and health center support. Those factors are to be considered if BDD is going to be sustained in the village. Government, both central and local, and professional institution such as Indonesia Midwives Association and academic institution should collaborate to prevent the attrition of BDD from villages where their existence is mostly needed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; Ikatan Bidan Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pembangunan pedesaan merupakan salah satu elemen penting dalam pemulihan ekonomi nasional . Pembangunan perdesaan juga merupakan salah satu aspek penting dalam proses desentralisasi dan otonomi daerah yang sedang berlangsung...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam Negeri RI, 2009
JUTMKPD
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>