Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erni Zainuddin
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
T58785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Widjaja
"Tesis ini merupakan penelitian pertama di Indonesia yang membahas pemanfaatan ultrasonografi tiroid dalam deteksi dini kelainan tiroid  pada kehamilan. Abnormalitas penanda tiroid pada kehamilan dapat mempengaruhi perkembangan janin. Rekomendasi dari American Thyroid Association tahun 2017 menganjurkan deteksi kelainan tiroid pada kehamilan berisiko. Biaya pemeriksaan penanda tiroid relatif mahal. Tujuan penelitian ini untuk melakukan analisis apakah pemanfaatan ultrasonografi dapat digunakan sebagai alternatif dalam rancangan alur prosedur deteksi dini kelainan tiroid pada kehamilan. Metoda penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Uji yang dilakukan adalah uji validitas dengan analisis sensitivitas dan spesifisitas, kesesuaian dengan pendapat pakar, dan analisis biaya. Hasil dari penelitian ini didapatkan 20 responden ibu hamil berusia 30-39 tahun, 12 orang trimester dua dan 8 orang trimester tiga, dengan faktor risiko terbanyak riwayat keluarga kelainan tiroid, didapatkan hasil USG abnormal 12 (60%) dan penanda tiroid abnormal 11 (55%). Analisis validitas menunjukkan sensitivitas sebesar 100 % dan spesifisitas sebesar 88,89 %, dengan prediktif negatif 100%. Pada analisis biaya ditemukan selisih pembiayaan sebesar Rp. 150.500,00 dibanding alur deteksi yang lama. Hal-hal yang dapat menimbulkan bias dalam penelitian ini adalah jumlah sampel yang kurang, terdapat sejumlah sampel (3 reponden; 15%) yang diambil pada waktu yang tidak seragam, ada sebagian sampel (5 sampel; 25 %) yang dikerjakan oleh laboratorium lain, dan faktor intrinsik peneliti sendiri pada saat pengerjaan ultrasonografi. Sensitivitas yang baik dan nilai prediktif negatif dari penelitian ini menyimpulkan bahwa pemanfaatan ultrasonografi tiroid mungkin dapat menjadi pilihan bagi rancangan alur prosedur alternatif deteksi dini kelainan tiroid pada kehamilan. Direkomendasikan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan jumlah sampel lebih besar, keseragaman pengerjaan sampel, dan melakukan pengujian keragaman interpretasi ultrasonografi oleh dua pakar sebelum penelitian untuk menyingkirkan bias, untuk selanjutnya dapat diajukan kepada pemangku kebijakan sehingga pemanfaatan ultrasonografi tiroid dapat menjadi alur prosedur alternatif deteksi dini kelainan tiroid pada kehamilan dalam panduan praktek klinis di rumah sakit.

This thesis the first in Indonesia, discusses the utilization of thyroid ultrasound in early detection of thyroid disorders in pregnancy. Abnormalities of thyroid function in pregnancy can affect fetal development. Recommendations from the American Thyroid Association in 2017 recommend periodic thyroid screenings for pregnant woman whom at risk of thyroid disorders. The cost of thyroid examinations is relatively expensive. The purpose of this study was to analyze whether the utilization of ultrasound can be used as an alternative pathway in the design of early detection procedures for thyroid disorders in pregnancy. The method of this research is qualitative descriptive.The analysis is using validity tests with sensitivity and specificity analysis, conformity with expert opinion, and cost analysis. The results of this study were obtained by 20 respondents of pregnant women aged 30-39 years, 12 people in the 2nd trimester and 8 people in the 3rd trimester, with the most risk factors for a family history of thyroid disorders, with abnormal ultrasound results of 12 (60%) and abnormal thyroid markers 11 (55%). Validity analysis showed sensitivity and specificity 100% and 88.89% respectively, with 100% negative predictive value. There is a financing difference of Rp. 150,500.00 compared to the current pathway. The bias in this study could be because of the lack of the number of samples, there are 3 blood sampling (15%) taken at the different schedule time, there are 5 samples (25 %) sent to other laboratories, and intrinsic factors during capturing ultrasound figures. The good sensitivity and negative predictive value of the study concluded that the utilization of thyroid ultrasound may be an option for the design of alternative procedures for early detection of thyroid disorders in pregnancy. It is recommended in further researchers to conduct studies with a larger number of samples, to design the samples as homogeneous as possible, and conduct diversity testing of ultrasound interpretation by two experts before the study begin, to keep out the biases, and further be submitted to stakeholders so that the utilization of thyroid ultrasound could be a pathway of alternative procedures for clinical practice guidelines of early detection of thyroid disorders in pregnancy in hospitals."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas ndonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reiner Reza Rahardja
"Latar belakang: Pengukuran luas penampang lintang nervus ulnaris menggunakan USG siku pada populasi dewasa normal pada posisi ekstensi dan fleksi telah banyak dilakukan, tetapi belum banyak penelitian yang menyatakan apakah ada perbedaan bermakna antara kedua posisi tersebut. Bila ditemukan perbedaan yang bermakna, maka pengukuran harus memperhatikan posisi siku karena memiliki rerata normal yang berbeda. Selain itu, hingga saat ini belum ada publikasi maupun data mengenai luas penampang lintang nervus ulnaris pada populasi dewasa normal menggunakan USG siku di Indonesia, khususnya pada posisi ekstensi dan fleksi.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dan desain potong lintang komparatif dengan data primer. Total sampel 61 nervus ulnaris normal yang dibuktikan dengan pemeriksaan kecepatan hantaran saraf (KHS) dan dilanjutkan dengan pemeriksaan USG pada level terowongan kubital serta 2 cm proksimal dan distalnya, kemudian dilakukan pengukuran luas penampang lintang nervus ulnaris di ketiga level tersebut. Analisis statistik dilakukan dengan uji T 2 kelompok berpasangan, dan perbedaan dianggap bermakna apabila p kurang dari 0,05.
Hasil: Rerata luas penampang lintang nervus ulnaris di level 2 cm proksimal dari terowongan kubital, terowongan kubital, dan 2 cm distalnya secara berurutan pada posisi ekstensi adalah 6,0 ± 0,7 mm2, 6,3 ± 0,9 mm2, dan 5,9 ± 0,7 mm2; pada posisi fleksi juga secara berurutan adalah 5,7 ± 0,8 mm2, 5,2 ± 0,9 mm2, dan 5,7 ± 0,7 mm2. Rerata luas penampang lintang nervus ulnaris pada posisi ekstensi lebih besar secara bermakna (p < 0,001) dibandingkan posisi fleksi di ketiga level tersebut pada populasi dewasa normal.
Kesimpulan: Rerata luas penampang lintang nervus ulnaris di siku pada posisi ekstensi lebih besar secara bermakna dibandingkan posisi fleksi, sehingga posisi siku subjek perlu diperhatikan pada saat pengukuran karena masing-masing posisi memiliki nilai normal yang berbeda signifikan.

Background: There are many cross sectional area measurement of ulnar nerve ultrasound of the elbow in extended and flexed position the normal adult population that have been done, but but not many studies have stated whether there are significant differences between the two positions. If significant differences are found, then the measurement must pay attention to the elbow position because it has a different normal mean value. In addition, until now there has been no publication or data on the cross-sectional area of the ulnar nerve in the normal adult population using elbow ultrasound in Indonesia, especially in the position of extension and flexion.
Methods: This study used descriptive design and comparative cross-sectional study design with primary data. A total of 61 normal ulnar nerve samples were proven by nerve conduction velocities examination (NCV) and continued with ultrasound examination at the level of the cubital tunnel and 2 cm proximal and distal, then the cross sectional area of the ulnar nerve at all three levels were measured. Statistical analyses were performed using paired sample t test, and the difference was considered significant if p was less than 0.05.
Results: The mean cross sectional area of the ulnar nerve at the level of 2 cm proximal to the cubital tunnel, cubital tunnel, and distal distal 2 cm in the extension position were 6.0 ± 0.7 mm2, 6.3 ± 0.9 mm2, and 5.9 ± 0.7 mm2, respectively; in the flexion position, they were 5.7 ± 0.8 mm2, 5.2 ± 0.9 mm2, and 5.7 ± 0.7 mm2, respectively as well. The mean cross sectional area of the ulnar nerve in the extension position was significantly greater (p <0.001) than the flexion position at all three levels in the normal adult population.
Conclusion: The mean cross sectional area of the ulnar nerve at the elbow at the extension position was significantly greater than the flexion position, so the elbow position of the subject needs to be considered at the time of measurement because each position has a significantly different normal value.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pradipto Utomo
"Latar Belakang: Persentase kasus pleuritis TB mencapai 20% dari total jumlah kasus TB ekstra paru. Penegakkan diagnosis efusi pleura TB cukup sulit karena tindakan biopsi pleura yang bersifat invasif dan rendahnya sensitivitas pemeriksaan BTA cairan pleura. Adenosine deaminase (ADA) dapat menjadi reference test dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi namun ketersediaannya pada pelayanan kesehatan primer masih terbatas.
Tujuan: Menganalisis model prediksi diagnosis efusi pleura TB
Metode: Studi ini menggunakan metode potong lintang. Penelitian tersebut dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Variabel independen terdiri dari usia, nyeri dada pleuritik, efusi pleura unilateral, cairan pleura kesan eksudat mononuklear dominan, sitologi malignansi negatif, gambaran ultrasonografi dan rasio netrofil-limfosit darah. ADA ≥35 untuk menentukan efusi pleura TB. Hubungan variabel independen dengan efusi pleura TB dianalisis secara bivariat, secara multivariat, pembuatan kurva ROC dan kalibrasi dengan Hosmer-Lemeshow
Hasil: Didapatkan 91 subjek dengan karakteristik jenis kelamin pria 41 subjek (45,1%) sedangkan wanita 50 subjek (54,9%). Malignansi merupakan komorbid terbanyak dengan 52 subjek (57,1%). Proporsi kelompok efusi pleura TB sebesar 25,3%. Faktor-faktor yang memengaruhi penegakkan diagnosis efusi pleura TB pada penelitian ini adalah gambaran ultrasonografi kompleks OR 5,655 (IK 95% 1,700-18,812), glukosa cairan pleura ≤70 mg/dL OR 11,262 (IK 95% 2,931-43,276) dan cairan pleura eksudat mononuklear dominan OR 8,567 (IK 95% 2,114-34,715). Pada ROC didapatkan AUC 0,841 dengan p<0,001 IK 95% (0,762-0,926). Didapatkan sistem skor dengan nilai cut-off ≥2 dengan probabilitas 92,8%.
Simpulan: Faktor-faktor yang memprediksi diagnosis efusi pleura TB adalah gambaran ultrasonografi kompleks, glukosa cairan pleura ≤70 mg/dL dan cairan pleura kesan eksudat mononuklear dominan. Didapatkan sistem skor dengan nilai cut-off ≥2 dengan probabilitas 92,8%.

Background: Percentage of TPE reach 20% of total EPTB cases. The diagnosis of TPE is difficult due to pleural biopsy procedure invasiveness and acid fast stain low sensitivity. Adenosine deaminase (ADA) can become reference test with high sensitivity and specificity but availability in primary health care is limited.
Objective: Analyze prediction model in diagnosis of tuberculous pleural effusion.
Methods: This study uses a cross-sectional method. The study was conducted at Cipto mangunkusumo Hospital. Independent variables consist of age, pleuritic chest pain, unilateral pleural effusion, glucose pleural fluid ≤70 mg/dL, exudative mononuclear pleural effusion, negative cytology malignancy, ultrasound characteristic and blood neutrophil-lymphocyte ratio. ADA ≥35 suggests TPE. The variaables analyzed bivariately, multivariately, ROC curve and Hosmer-Lemeshow.
Results: There were 91 subjects with characteristic of male 41 subjects (45,1%) and female 50 subjects (54,9%). Malignancy was the most frequent comorbid with 52 subjects (57,1%). Factors associated with TPE diagnosis are complex ultrasound characteristic OR 5,655 (CI 95% 1,700-18,812), pleural fluid glucose ≤70 mg/dL OR 11,262 (CI 95% 2,931-43,276) and exudative mononuclear dominant pleural effusion OR 8,567 (CI 95% 2,114-34,715). In ROC curve conclude AUC 0,841 with p<0,001 CI 95% (0,762-0,926). The result is a scoring system cut-off value ≥2 with probability 92,8%.
Conclusion: Predicted factors of TPE diagnosis are complex ultrasound characteristic, low pleural fluid glucose and exudative mononuclear dominant pleural effusion. The result is scoring system with cut-off value ≥2 with probability 92,8%.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnita
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T57270
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Trifonia Pingkan
"Riwayat kanker payudara dalam keluarga memegang peranan penting terjadinya kelainan payudara maupun kanker payudara pada seorang individu. Penelitian ini bertujuan mendapatkan data gambaran radiologis payudara perempuan dengan riwayat kanker payudara dalam keluarga, dihubungkan dengan derajat histopatologis kanker payudara yang diderita oleh salah seorang anggota keluarga menggunakan modalitas USG payudara. Dari penelitian ini didapatkan risiko yang yang lebih tinggi akan terjadinya lesi di payudara pada perempuan yang memiliki hubungan keluarga dengan penderita kanker payudara derajat histopatologis tinggi dibandingkan dengan derajat histopatologis rendah.

Family history of breast cancer plays an important role in the incidence of breast abnormalities and breast cancer in an individual. This study aims to obtain radiological data of breast in women with family history of breast cancer, associated with histopathological grading of breast cancer suffered by a family member using breast ultrasound. This study revealed a higher risk of the incidence of lesions in the breast in high grade histopathological breast cancer group compared with low grade."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Moningka, Maryo Pingkan
"Perubahan aliran darah serebral (cerebral blood flow) merupakan salah satu penyebab kelainan neurologis neonatus. Ultrasonografi dengan teknik Doppler merupakan teknik pemeriksaan noninvasif untuk evaluasi hemodinamika serebral yang memberikan informasi perfusi serta penilaian kuantitatif dari resistensi vaskular dengan mengukur resistive index arteri serebri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai resistive index arteri serebri anterior pada neonatus normal. Dilakukan pemeriksaan ultrasonografi Doppler melalui jendela akustik fontanella anterior menggunakan transduser phase array frekuensi 2 - 4 MHz pada 51 neonatus yang memenuhi kriteria normal (24 laki-laki dan 27 perempuan). Analisis normalitas variabel subyek penelitian dengan menggunakan Shappiro Wilks didapatkan p > 0,05 menggambarkan distribusi data yang normal. Hasil rerata rerata nilai resistive index arteri serebri anterior pada neonatus normal yang didapatkan adalah 0,62 ± 0.03 dengan Confidence Interval (CI) 95% : 0,62 - 0,63.

Cerebral blood flow changes is one of the causes of neurological disorders in neonates. Ultrasound with Doppler technique is a noninvasive examination technique for the evaluation of cerebral hemodynamics that provide information on the quantitative assessment of perfusion and vascular resistance by measuring resistive index of the cerebral artery. The purpose of this study to determine the value of the resistive index of the anterior cerebral artery in normal neonates. Doppler ultrasound examination was performed through anterior fontanella using phase array transducer frequency of 2-4 MHz in 51 neonates who meet normal criteria (24 male and 27 female). Analysis of the research subjects variables for normality using Wilks Shappiro obtained p>0.05, illustrates the normal distribution of data. The mean value of anterior cerebral artery resistive index in normal neonates is 0.62 ± 0,03 with Confidence Interval (CI) 95%: 0.62 - 0.63.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mahendri Dewita Danarti
"ABSTRAK
TUJUAN: Mengetahui bahwa USG transperineal dapat memprediksi keberhasilan persalinan pervaginamLATAR BELAKANG: Penurunan kepala yang tidak maju merupakan salah satu parameter untuk memprediksi partus tak maju atau partus macet, yang pada akhirnya memerlukan persalinan dengan seksio sesaria. Ketidakakuratan penentuan penurunan kepala janin dapat menyebabkan partus macet sering ditegakkan yang akan meningkatkan angka persalinan seksio sesaria. Dibutuhkan metode baru yang dapat memprediksi keberhasilan persalinan dengan tingkat kemungkinan tinggi atau rendah untuk kesuksesan persalinan pervaginam. Penentuan penurunan kepala yang tepat pada saat fase aktif sangat dibutuhkan, dan penggunaan ultrasonografi intrapartum sebagai alat bantu diagnostik sangat dibutuhkan. Dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan ultrasonografi transperineal intrapartum akurat dalam menilai sudut kemajuan dan jarak kepala ndash; perineum sehingga dapat memprediksi keberhasilan persalinan pervaginam.DESAIN DAN METODE: Penelitian ini merupakan uji prognostik dengan desain Kohort yang berlangsung pada bulan Maret hingga Mei 2016 di RSU Daerah Karawang. Dengan kriteria inklusi adalah perempuan hamil aterm, presentasi kepala dan janin tunggal hidup yang sedang dalam persalinan kala I aktif, dan yang menjadikan kriteria eksklusi adalah malpresentasi, disproporsi kepala-pelvik, pengakhiran kehamilan dengan seksio sesaria pada saat pemantauan dengan indikasi bukan karena persalinan macet. Subyek penelitian sebanyak 323 orang, dilakukan pemeriksaan ultrasonografi transperineal, dilakukan pengukuran jarak kepala-perineum dan sudut kemajuan pada saat fase relaksasi diantara kontraksi dan dipastikan kandung kemih kosong. Sebelumnya telah dilakukan uji kesesuaian antar observer. Analisis data menggunakan uji Mann Whitney, dan dicari masing ndash; masing titik potong optimal menggunakan ROC. Dari berbagai titik potong dilakukan analisis bivariat, seleksi variabel dimasukkan dalam analisis multivariat bila p < 0,25 , dan kualitas hasil dilihat dari nilai Area Under Curve AUC .HASIL: Sebanyak 306 subyek melahirkan spontan dan 13 subyek melahirkan berbantu alat. 4 subyek 1,3 melahirkan dengan seksio sesaria. Didapatkan titik potong untuk jarak kepala ndash; perineum adalah 43,5 mm, sensitivitas 91 , spesifitas 78 , sebanyak 89 lahir pervaginam dan dengan Area Under Curve untuk memprediksi persalinan pervaginam adalah 82 IK 95 , 69 - 95 p < 0.01 . Sedangkan titik potong sudut kemajuan sebesar 1070 dengan sensitifitas 80 , spesifitas 97 sebanyak 75 lahir pervaginam dan dengan Area Under Curve 96,4 IK 95 , 87- 99 p < 0.01 untuk memprediksi persalinan pervaginam.KESIMPULAN: Jarak kepala ndash; perineum dan sudut kemajuan dapat memprediksi keberhasilan persalinan pervaginam
ABSTRAK
Aim To evaluate the use of transperineal ultrasound in order topredict the successfulness of vaginal deliveryDesign and Methodology This is a prognostic study usingcohort design conducted in Karawang district hospital withinMarch until May 2016. Inclusion criteria include termpregnancy, singleton live head presentation, active phase oflabor. Using transperineal ultrasound, fetal head perineumdistance, and angle of progression within relaxation phasebetween contraction was being calculated. Analysis was carriedout using Mann Whitney test, and optimal cut off was foundusing ROC.Result s There are 306 subjects was delivered vaginally. Cutoff for fetal head perineum distance as a predictor of vaginaldelivery is 43,5 mm sensitivity 91 , specificity 78 , withArea under curve is 82 95 CI 69 95 , p 0,01 whileangle of progession is 1070 sensitivity 80 , specificity 97 ,with Area under curve is 96,4 95 CI 87 99 , p 0,01 .Conclusion Fetal head perineum distance and angle ofprogression can predict the successfulness of vaginal delivery."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Rohmana
"ABSTRAK
Latar Belakang: Penilaian diameter trakea praanestesia merupakan hal yang sangat penting dalam memilih ukuran diameter pipa endotrakea tanpa kaf yang sesuai, untuk meminimalisi penggunaan alat bantu jalan napas yang berlebihan dan risiko trauma jalan napas. Rumus yang paling umum digunakan saat ini di RSUPN Cipto Mangunkusumo dalam memprediksi ukuran diameter pipa endotrakea tanpa kaf pada pasien pediatrik adalah rumus Cole [ usia dalam tahun/4 4 mm]. Rumus Cole memiliki kekurangan yaitu tidak memperhitungkan perbedaan perkembangan fisik dan ras pada pasien pediatrik, sehingga kurang menggambarkan diameter trakea secara aktual. Metode baru untuk memprediksi diameter pipa endotrakea adalah dengan menggunakan teknik ultrasonografi. Pengukuran ultrasonografi memiliki kelebihan mampu memprediksi diameter pipa endotrakea tanpa kaf secara aktual, tidak dipengaruhi oleh perkembangan fisik anak dan ras.Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik komparatif untuk membandingkan ketepatan pengukuran ultrasonografi dengan rumus Cole dalam memprediksi ukuran diameter pipa endotrakea tanpa kaf pada pasien pediatrik ras Melayu usia 1-6 tahun di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Setelah mendapatkan persetujuan izin etik dari Komite Etik Penelitian FKUI-RSCM, didapatkan sampel sebanyak 60 subjek. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan SPSS dan McNemar.Hasil: Didapatkan proporsi ketepatan pengukuran ultrasonografi dalam memprediksi diameter pipa endotrakea tanpa kaf pada pasien pediatrik ras Melayu usia 1-6 tahun di RSUPN Cipto Mangunkusumo sebesar 95 , sedangkan proporsi ketepatan prediksi berdasarkan rumus Cole hanya sebesar 51,7 populasi. Prediksi diameter pipa endotrakea tanpa kaf berdasarkan pengukuran ultrasonografi secara statistik signifikan lebih tepat dibandingkan prediksi diameter pipa endotrakea berdasarkan rumus Cole p
ABSTRACT
Background Preanesthesia measurement of the diameter of the trachea remains important step to select the appropriate tube size. This aims to minimalize the use of exagerate breathing support and airway trauma. In Cipto Mangunkusumo Hospital, Cole formula is commonly used to predict the uncuffed endotracheal tube size in pediatric patients. However, this formula does not measure the difference in race and physicial development in pediatric patients. Recent method to predict the uncuffed endotracheal tube size is by using ultrasound. Ultrasound is able to predict the actual size for the uncuffed endotracheal tube regardless the race and physical development. Method This was a comparative analytic observational study to compare the accuracy of ultrasound measuremnt in comparison with Cole formula to predict the uncuffed endotracheal tube size in pediatric patients among Malay race age 1 6 years old in Cipto Mangunkusumo Hospital. Following the approval from the Ethical Committee, there were 60 samples obtained. Data were analysed by using SPSS and Mc Nemar test. Result The proportion of ultrasound accuracy to predict the size of the uncuffed endotracheal tube among pediatric patients was 95 , while proportion of Cole formula accuracy was only 51.7 . This reslt was statistically significant p"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Hanna Theresia Olivia
"Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) semakin banyak menarik perhatian sebagai pelarut alternatif ramah lingkungan pengganti pelarut organik konvensional yang toksik dan berbahaya bagi lingkungan. NADES tidak volatil, memiliki solubilitas tinggi, toksisitas rendah, dan selektivitas yang dapat diatur. Pada penelitian ini, ekstraksi dilakukan dengan metode NADES-UAE dengan biomarker yaitu eurikumanon. Eurikumanon merupakan senyawa utama yang terdapat pada tanaman akar pasak bumi dan memiliki efek farmakologis. Sebagai metode pembanding dilakukan ekstraksi refluks dengan pelarut metanol. Adapun NADES yang dipakai merupakan campuran antara kolin klorida sebagai akseptor ikatan hidrogen dengan tiga gula poliol sebagai donor ikatan hidrogen yaitu gliserol, xilitol, dan sorbitol. Optimasi metode ekstraksi dilakukan menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Faktor yang dioptimasi untuk kondisi ekstraksi meliputi waktu ekstraksi dan persen penambahan air. Kadar eurikumanon diukur menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan fase gerak asam format 0,1% : asetonitril (90:10 v/v), laju alir 1,0 mL/menit, dan panjang gelombang 254 nm. Kolin Klorida-gliserol merupakan NADES terbaik untuk mengekstraksi eurikumanon dibandingkan kolin klorida-xilitol, dan kolin klorida-sorbitol. Kadar eurikumanon tertinggi diperoleh yaitu sebesar 16,90 mg/g pada waktu ekstraksi 50 menit dan penambahan air 50%. Hasil penetapan kadar eurikumanon dengan ekstraksi NADES-UAE yaitu sebesar 16,90 mg/g berbeda signifikan dengan hasil penetapan kadar dengan ekstraksi refluks sebesar 0,1002 mg/g. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa NADES kolin klorida-gliserol dapat menarik senyawa eurikumanon dari akar pasak bumi.

Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) are increasingly attracting attention as an environmentally friendly alternative to conventional organic solvents that are toxic and harmful to the environment. NADES is not volatile, has high solubility, low toxicity, and adjustable selectivity. In this study, extraction was carried out by the NADES-UAE method with a biomarker, namely eurycomanone. Eurycomanone is the main compound found in pasak Bumi roots and has many pharmacological effects. As a comparison method, reflux extraction uses metanol as a solvent. The NADES used is a mixture of choline chloride as a hydrogen bond acceptor with three polyols sugar as hydrogen bond donors, namely glycerol, xilitol, and sorbitol. The optimization of the extraction method uses the Response Surface Methodology (RSM). Optimized factors for extraction conditions include extraction time and percents water addition. Eurycomanone levels were measured using High Performances Liquid Chromatography (HPLC) with a 0.1% formic acid phase: acetonitrile (90:10 v / v), a flow rate of 1.0 mL/min, and a wavelength of 254 nm. Choline Chloride-glycerol is the best NADES for extracting eurycomanone. Optimal conditions for obtaining the highest eurycomanone levels are at 50 minutes extraction time and 50% water addition with levels of 16,90 mg/g. The results of the determination of eurycomanone levels by NADES-UAE extraction 16,90 mg/g were significantly different from reflux extraction 0.1002 mg/g. This research concludes that NADES choline chloride-glycerol can attract eurycomanone compounds from the pasak Bumi roots."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>