Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nandang Ahmad Waluya
"Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis diabetes melitus (DM). Terjadinya ulkus diabetik diawali dengan adanya neuropati dan penyakit vaskular perifer sebagai dampak hiperglikemia serta adanya trauma akibat kurangnya pasien melakukan perawatan kaki. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan pasien dengan kejadian ulkus diabetik dalam konteks asuhan keperawatan pada pasien DM di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini menggunakan rancangan crossectional study. Jumlah sampel penelitian 88 responden terdiri dari 44 orang pasien DM dengan ulkus dan 44 orang pasien DM tanpa ulkus. Teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling dan acak sederhana. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji Chi Square dan regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara kepatuhan pasien DM (p=0,000), kepatuhan memonitor glukosa darah (p=0,000), diet (p=0,000), aktivitas (p=0,023), perawatan kaki (p=0,000), kunjungan berobat (p=0,000) dengan kejadian ulkus diabetik. Kepatuhan kunjungan berobat merupakan faktor paling dominan berhubungan dengan kejadian ulkus diabetik (OR=8,95). Karakteristik demografi jenis kelamin merupakan faktor pengganggu. Sedangkan umur, tingkat pendidikan dan status ekonomi bukan faktor pengganggu. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara ketidakpatuhan pasien DM dengan kejadian ulkus diabetik. Saran peneliti yaitu pasien perlu mendapat pendidikan kesehatan, pemeriksaan kaki secara teratur, pasien harus mematuhi terhadap saran petugas kesehatan. Perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien DM.

Diabetic ulcer is one of chronic complications of Diabetes Mellitus. Neuropathy and peripheral vascular disease are the beginning of ulcer, as the result of hyperglycemia condition, and a trauma caused by lack of foot care. The aim of this study is to identify the relation of patient adherence with diabetic ulcer occurance in the context of nursing care of patient with diabetes mellitus at Dr. Hasan Sadikin Hospital, Bandung. Crossectional study design was used in this study. The samples size were 88 patients with diabetes mellitus, consisted of 44 patients with diabetic ulcer and 44 patients without diabetic ulcer. Samples were selected by simple random and consecutive sampling technique. Chi Square and a multiple logistic regression were used to examine the relation of patient adherence with occurrence diabetic ulcers.
The result showed that there was a significant corelation of diabetes mellitus patient adherence (p=0,000), adherence of monitoring blood glucose level (p=0,000), diet (p=0,000), activities (p=0,023), foot care (p=0,000), and visiting health care provider (p=0,000) with diabetic ulcer occurence. Adherence of visiting health care provider was the most dominant factor related to diabetic ulcer occurence (OR=8,95). Sex was confounding factor. Whereas age, education and economic level were not confounding factors. It is concluded that there was a relationship between patient adherence and the occurance of diabetic ulcer. Recommendations of this research were patient need to get health education, regular foot examination, patient adherence to recommendations health care provider. Further research about factors related to nonadherence in diabetes mellitus patients need to be done.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asiandi
"Lingkup permasalahan luka tekan belum dapat diketahui dengan pasti sehingga sulit menentukan biaya sesungguhnya untuk penatalaksanaannya. Luka tekan merupakan kondisi yang belum biasa dilaporkan dan institusi meyakini keberadaan luka tekan adalah gambaran negatif dari mutu perawatan. Penggunaan skala risiko luka tekan adalah cara untuk mencegah terjadinya luka tekan sehingga mutu perawatan tarhadap klien dapat ditingkatkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui skala pengkajian risiko luka tekan yang paling sesuai digunakan dalam praktik keperawatan. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif perbandingan untuk mengetahui kesesuaian pengkajian risiko luka tekan dinilai dengan skala Norton, skala Braden, dan skala Gosnell. Penelitian ini dilakukan terhadap 30 responden klien fraktur (n = 30) di RSUP Fatmawati Jakarta dengan cara melakukan satu kali observasi dan penilaian langsung dengan skala Norton, skala Braden, dan skala Gosnell.
Hasil observasi dan penilaian menunjukkan 7 klien berisiko dan 23 klien berisiko tinggi dinilai dengan skala Norton, 7 klien berisiko dan 23 klien berisiko tinggi dinilai dengan skala Braden, Serta 30 klien berisiko dan tidak ada klien yang berisiko tinggi dinilai dengan skala Gosnell. Koefisien reliabilitas skala ditentukan dengan teknik reliabilitas konsistensi internal menggunakan rumus Alfa Cronbach. Koefisien reliabilitas skala Norton r = 0,13, skala Braden r = 0,46, skala Gosnell r = 0,59. Hasil uji hipotesa dengan derajat kebebasan dk=2 dan tarap kesalahan 0,05 diperoleh harga Chi Kuadrat tabel (5,591) lebih kecil daripada harga Chi Kuadrat hitung (47,08). Kesimpulan, terdapat perbedaan kesesuaian pengkajian risiko luka tekan dinilai dengan skala Norton, skala Braden, dan skala Gosnell. Reliabilitas skala Gosnell lebih tinggi daripada dua skala pembanding lainnya, sehingga skala Gosnell paling sesuai digunakan dalam praktik keperawatan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5206
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Satriyo
"Sering (10-20%) ditemukan pada pasien MH. Berbagai terapi topikal ulkus neuropatik sederhana MH, antara lain salap seng oksida (ZnO) 10% masih belum optimal dan menunjukkan keterbatasan. Beberapa penelitian memperlihatkan manfaat penambahan faktor pertumbuhan pada penyembuhan berbagai jenis ulkus. Terdapat beberapa metode untuk mengekstraksi faktor pertumbuhan autolog, salah satunya dengan konsentrat fibrin kaya trombosit (FKT).
Tujuan : Menilai tingkat kesembuhan ulkus neuropatik sederhana MH yang diobati secara topikal dengan konsentrat FKT dibandingkan dengan menggunakan salap ZnO 10%.
Metode : Penelitian ini merupakan suatu uji klinis acak terkontrol, terbuka, dengan desain paralel. Dilakukan randomisasi untuk membagi 50 subyek menjadi dua kelompok, yaitu kelompok uji (konsentrat FKT) dan kelompok pembanding (salap ZnO 10%). Pengobatan dan evaluasi dilakukan tiap minggu selama enam minggu.
Hasil : Pada akhir pengobatan, proporsi tingkat kesembuhan baik (pengecilan ulkus > 75%) kelompok uji adalah 40% dan proporsi tingkat kesembuhan baik pada kelompok pembanding adalah 32%. Perbedaan 8% proporsi tingkat kesembuhan baik di antara kedua kelompok tersebut tidak bermakna secara statistik (p = 0,56) (RR 1,3; IK95%: 0,6-2,6).
Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat kesembuhan ulkus neuropatik sederhana MH yang diobati secara topikal menggunakan konsentrat FKT dibandingkan dengan salap ZnO 10%.

Disability found in leprosy patients. Various topical treatment for simple neuropathic ulcer in leprosy patients, such as 10% zinc oxide (ZnO) ointment is still not optimal and show limitations. Recent studies have shown the benefits of the addition of growth factors in the healing of various types of ulcers. There are several methods for extracting autologous growth factors, one of which is plateletrich fibrin (PRF) concentrate.
Objective : To assess the healing response of simple neuropathic ulcers in leprosy patients treated topically with PRF concentrate compared to 10% ZnO ointment.
Methods : Randomized, open, controlled clinical trials, with parallel design. Fifthy subjects randomly allocated into two trial groups, the intervention group (PRF concentrate) and the control group (10% ZnO ointment). Treatment and evaluation was performed every week for six weeks.
Results : At the end of treatment, the proportion of good healing response (> 75% closure) in the intervention group and the control group was 40% and 32% respectively. The 8% difference in the proportion of good healing response was not statistically significant (p = 0,56) (RR 1,3; 95%CI: 0,6-2,6).
Conclusion : There was no significant difference in the healing response of simple neuropathic ulcers in leprosy patients treated topically with PRF concentrate compared to 10% ZnO ointment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khoeruni Aulia Saida
"Spondilitis tuberkulosis manifestasi tuberkulosis ekstrapulmoner hasil dari penyebaran hematogen tuberkulosis ke vertebral melalui aliran darah dan paling sering melibatkan persimpangan thorakolumbar. Tanda-tanda lanjutan penyakit ini adalah paraparesis dan paraplegia, kejadian ini dilaporkan pada 4% sampai 30% kasus. Pasien spondilitis tuberkulosis mengalami gangguan neuromuskuler sehingga mengalami gangguan mobilitas dan sangat rentan terhadap perkembangan ulkus dekubitus akibat jaringan terlalu lama terpapar oleh tekanan. Analisis dilakukan pada pasien laki-laki berusia 55 yang mengalami paraparesis akibat spondilitis tuberkulosis sehingga muncul ulkus dekubitus dan menjalani operasi debridement ulkus. Masalah keperawatan yang muncul adalah risiko infeksi, risiko ketidakseimbangan elektrolit, ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhn tubuh. Tujuan penulisan ini yaitu memaparkan hasil analisis asuhan keperawatan dengan perawatan luka menggunakan honey dressing pada pasien spondilitis tuberkulosis dan post debridement ulkus dekubitus. Penerapan perawatan luka dengan honey dressing ini dilakukan dari tanggal 18-20 April 2023, balutan diganti sehari sekali. Dari penerapan intervensi ini, terbukti menurunkan skor PUSH tool (Pressure Ulcer Scale for Healing) namun, perlu penilaian dengan durasi lebih lama untuk melihat kemajuan luka. Kesimpulannya perawatan luka dengan honey dressing dapat dilakukan untuk meningkatkan kesembuhan luka, selain itu honey dressing ini mudah dicari, efektif, dan ekonomis.

Tuberculosis spondylitis is manifestations of extrapulmonary tuberculosis result from hematogenous spread of tuberculosis to the vertebrae via the bloodstream and most commonly involve the thoracolumbar junction. Later signs of the disease are paraparesis and paraplegia, which have been reported in 4% to 30% of cases. Patients with tuberculosis spondylitis have neuromuscular disorders that cause impaired mobility and are highly susceptible to the development of decubitus ulcers due to prolonged tissue exposure to pressure. The analysis was performed on a 55-year-old male patient who had paraparesis due to tuberculosis spondylitis resulting in decubitus ulcers and underwent ulcer debridement surgery. The problems that arise are the risk of infection, the risk of electrolyte imbalance, nutritional imbalance: less than the body's needs. The purpose of this paper is to present the results of an analysis of wound care using honey dressing in patients with tuberculosis spondylitis and decubitus ulcer post debridement. The implementation of wound care with honey dressing is carried out from April 18-20 2023, the dressing is changed once a day. From the implementation of this intervention, it is proven to reduce the score of the PUSH (Pressure Ulcer Scale for Healing) tool but requires an assessment with a longer duration to see the progress of the wound. In conclusion, wound care with honey dressing can be done to improve wound healing, besides that honey dressing is easy to find, effective, and economical."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"An ulcer is an area of discontinuity of an epithelial surface. Ulceration is the commonest oral soft tissue disorders and vary greatly in term of etiology signs and symptoms, prognosis and treatment. Abnormalities of immune system can cause oral mucosal ulceration. The purpose of this paper is to discuss the management of some of the more common oral ulcer associated with immunologic disorders. Because the natural history and treatment varies with the diagnosis, the practitioner should became familiar with the clinical aspects of the various type of ulcerations so that appropriate treatment can be instituted."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sri P. Ningsih
"ABSTRAK
Ulkus kaki merupakan salah satu komplikasi kronis pada pasien diabetes mellitus. Ulkus
kaki diabetes ini tidak hanya berdampak secara fisik bagi pasien, namun juga berdampak
bagi kehidupan psikososialnya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman
yang mendalam tentang pengalaman psikososial pasien dengan ulkus kaki diabetes.
Desain penelitian ini adalah fenomenologi deskriptif dengan metode wawancara
mendalam. Partisipan adalah pasien DM yang mengalami ulkus kaki diabetes, diambil
dengan cara purposive sampling. Data yang dikumpulkan berupa rekaman hasil
wawancara dan catatan lapangan yang dianalisis dengan teknik Collaizi. Hasil penelitian
ini menunjukkan berbagai pengalaman psikososial pasien ulkus kaki diabetes
digambarkan dalam 11 pernyataan tematik. Penelitian ini menyimpulkan setiap pasien
ulkus kaki diabetes mengalami berbagai respon psikologis yang teridentifikasi dalam 4
tema yaitu menghadapi berbagai ketakutan, menjadi tidak berdaya, menjadi beban
keluarga dan menyalahkan diri sendiri. Terdapat 2 tema dari respon sosial yang dialami
yaitu menjadi tidak sebebas/tidak seaktif dulu dan menjadi tidak percaya diri dalam
bergaul. Terdapat 3 tema tentang mekanisme koping pasien dalam menghadapi ulkus
kaki diabetes yaitu menjalani kehidupan dengan pasrah pada keadaan, banyak
mendekatkan diri pada Tuhan dan tetap memiliki pandangan positif terhadap diri sendiri
meskipun mempunyai ulkus kaki diabetes. Setiap pasien ulkus kaki diabetes
memperoleh berbagai macam dukungan dan memiliki berbagai harapan/kebutuhan
terhadap pelayanan keperawatan. Berdasarkan hal tersebut perawat seharusnya dapat
lebih memperlihatkan sikap caring dan menyediakan waktu khusus untuk mendiskusikan
berbagai perasaan negatif akibat ulkus kaki yang dialaminya serta para perawat perlu
mengembangkan kemampuan koping dan adaptasi pasien terhadap ulkus kaki diabetes
agar pasien dapat lebih baik mengelola stress psikososial yang dialaminya.

ABSTRACT
Ulcer is one of the chronic complications of diabetes. Diabetic leg ulcer does not only
affects the patient physically but also affects patient’s psychosocial life. This research
was aimed to explore deeper understanding of psychosocial experiences of patients with
diabetic leg ulcer. The participant was diabetic leg ulcer patient choosen by using
purposive sampling. The design was descriptive phenomenological using indepth
interview and field notes, using Collaizi technique to analized. The results showed some
psychosocial experiences of patients with diabetic leg ulcer found 11 themes. This
research concluded that every patients with diabetic leg ulcer had variety psychological
responds that were identified in 4 themes including fears, being powerless, being family
burden and blame themself. There were 2 themes for social responds, namely not as
active as before and loss self confidence. There were 3 themes for coping mechanisms
thatwere continuing their normally daily life, faith to God and having positive thinking
about themselves, eventhought they have a diabetic leg ulcer. Every patients with
diabetic leg ulcer got various supports and had various expectations and needs more
support from nurse. It was suggested that nurses have to spending more time to discuss
negative feeling of diabetic leg ulcer and also help patient in enhancing coping
mechanism in adjust with their diabetic leg ulcer. This action will improve better health
outcome of diabetes mellitus patient and they can manage their psychosocial stress
better."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Puspito Sari
"Ulkus peptikum adalah hilangnya sel epitel yang mencapai atau menembus muskularis mukosa dengan diameter kedalaman < 5 mm. Ulkus dapat terjadi akibat produksi mukus yang terlalu sedikit atau produksi asam yang berlebihan. Lambung memiliki sistem pertahanan yang dimediasi oleh pelepasan CGRP dari serat saraf aferen dan pembentukan NO. Pada penelitian terdahulu, telah dibuktikan bahwa terdapat zat dalam capsaicin yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan ulkus peptikum. Capsaicin adalah suatu alkaloid yang larut dalam alkohol dan terdapat pada cabai. Capsaicin bekerja dengan merangsang pelepasan CGRP yang selanjutnya memicu pelepasan NO yang berfungsi untuk meningkatkan aliran darah ke lambung. Sedangkan dalam praktek dokter sehari-hari, terdapat beberapa obat yang dapat menimbulkan efek samping ulkus peptikum, salah satunya adalah indometasin. Indometasin mempengaruhi respon peradangan dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga berkurangnya sintesis prostaglandin dan leukotrien yang berfungsi sebagai suatu antiinflamasi. Namun, indometasin dalam dosis besar mempunyai efek samping merangsang produksi asam dan pepsin yang berlebihan di dalam lambung dan memudahkan timbulnya ulkus peptikum. Metode penelitian ini adalah eksperimental. Pada penelitian ini, dilakukan pemberian capsaicin bersamaan dengan suatu zat yang dapat menimbulkan ulkus seperti indometasin. Percobaan dilakukan dengan menginduksi ulkus pada lambung tikus kemudian tikus diberi capsaicin dan indometasin per oral pada hari yang sama. Hasil menunjukkan perbedaan luas ulkus pada tiap kelompok percobaan, rata-rata luas ulkus kelompok kontrol yaitu 5,3 mm2, kelompok capsaicin sebesar 2 mm2, kelompok indometasin sebesar 40,33 mm2, dan kelompok capsaicin dan indometasin sebesar 0 mm2. Hasil uji statistik: perbedaan bermakna (p = 0,034) terdapat antara kelompok yang diberi capsaicin dan kelompok yang diberi indometasin. Kesimpulan Capsaicin terbukti mampu mempercepat penyembuhan ulkus lambung pada tikus yang diberi paparan indometasin.

Peptic ulcer is loss of epithelial cell through muscularis mucosa with diameter of depth less than 5 mm.Peptic ulcer is caused by lack of mucous or excess of acid production. Gaster has own self-defence mechanism which mediated by CGRP release from afferent nerve and produce nitric oxide (NO). On the previous research, it has been proven that there is a substance in capsaicin which can accelerate ulcer healing process. Capsaicin is a alcohol solved material which is contained in chilli. Capsaicin stimulates the release of CGRP moreover stimulates release of nitric oxide (NO) that function to increase blood supply to the gaster. In daily clinical practice, there are some drugs which it will lead to peptic ulcer, one of them is indometachin. Indomethacin influence an inflammatory reaction by inhibit cyclooxigenase enzyme, so that decrease the synthesis of prostaglandin and leukotrien which functioned as an anti-inflammatory. However, large amount of indomethacin has side effect to increase acid and pepsin production then induce peptic ulcer. The method of this research is experimental. In this research, given capsaicin with substance that can induce peptic ulcer such as indometachin. The test was started with induction of ulcer on rat?s stomach moreover it?s given with capsaicin and indometachin per oral in the same day. The results shows the difference wide of ulcer between control which are 5,3 mm2, capsaicin 2 mm2, indomethacin 40,33 mm2, and indometchacin combine by capsaicin 0 mm2. Statistic result shows the difference is significant (p = 0,034) between capsaicin and indomethacin. This research shows capsaicin plays role in healing process of gastric ulcer in rats exposured by indomethacin.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Purnamasari
"Sediaan mengapung multi unit famotidin dikembangkan untuk memperpanjang waktu tinggal obat di dalam lambung yang ditujukan untuk pengobatan tukak lambung. Formulasi beads mengapung ini dibuat dengan cara mendispersikan famotidin dan kalsium karbonat ke dalam campuran larutan natrium alginat dan hidroksipropilmetilselulosa (HPMC). Larutan tersebut kemudian diteteskan ke dalam larutan 5% CaCl2 yang mengandung 10% asam asetat dengan menggunakan syringe needle dengan ukuran 22-G, 25-G, dan 27-G. Beads kalsium alginat terbentuk karena terjadinya gelasi ion dengan adanya ion kalsium, sedangkan gas karbon dioksida terbentuk karena terjadinya reaksi antara garam karbonat dengan asam asetat. Terbentuknya gas ini akan menghasilkan poros dan menyebabkan beads dapat mengapung. Pada penelitian ini, beads yang dihasilkan dapat mengapung selama lebih dari 24 jam. Beads dengan ukuran 22-G memiliki penjerapan dan daya mengembang terbesar. Persentasi penjerapan beads 22-G adalah sebesar 11,41% dan mampu mengembang hingga 4 kalinya. Namun sediaan yang dihasilkan tidak dapat dijadikan sebagai sediaan lepas lambat karena profil pelepasan obatnya yang sangat cepat.

A multiple-unit-type oral floating dosage form of famotidine was developed to prolong gastric residence time, target peptic ulcer. The floating beads formulations were prepared by dispersing famotidine together with calcium carbonate into a mixture of sodium alginate and hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) solution. The resulting solution was dropped through 22-G, 25-G, and 27-G syringe needle into 5% CaCl2 solution containing 10% acetic acid. Calcium alginate beads were formed, as alginate undergoes ionotropic gelation by calcium ions and carbon dioxide develops from the reaction of carbonate salts with acetic acid. The evolving gas permeated, leaving pores, which provided the beads buoyancy. The result of this study, the prepared beads have excellent floating ability over period of 24 hours. The 22-G beads have the largest entrapment efficiency and swelling ability. The percent entrapment efficiency of 22-G beads was 11,41% and swelling up to 4 times. Nevertheless, these beads cannot be used as sustained release dosage form due to its rapidly in releasing drugs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S788
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Evaluasi ilmiah terhadap aktifitas farmakologi obat herbal memerlukan model pengujian dengan metode induksi tukak yang sesuai pada hewan coba. Dalam kajian ini, metode antiulserogenik diinvestigasi menggunakan beberapa induktor. Tikus putih jantan galur Sprague-Dawley dibagi ke dalam 5 kelompok model yang masing-masing diberi
air suling, indometasin (48 mg/kg bb), aspirin-HCl (150 mg/kg bb), 96% etanol (1 ml/200 g bb), dan 80% etanol (1 ml/200 g bb) secara oral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang diinduksi dengan 80% etanol memberikan indeks ulkus tertinggi. Pengujian secara histologi menunjukkan adanya abnormalitas sel-sel mukosa lambung
pada kelompok model tukak lambung yang diinduksi dengan aspirin-HCl, 96% dan 80% etanol.

Abstract
Scientific evaluation on pharmacological activity of medicinal herbs required reproducible and valid method-induced ulcer models in animal. In this study, the method of antiulcerogenic effect was investigated using several inducers. The male white Sprague-Dawley rats divided into five groups which were orally administrated water,
indomethacin (48 mg/kg bw), aspirin-HCl (150 mg/kg bw), 96% ethanol (1 ml/200 g bw), and 80% ethanol (1 ml/200 g bw), respectively. The result of this study showed that the group was induced with 80% ethanol demonstrated the highest ulcer index. Histological examination of the stomach showed abnormality of mucosa cells
on the aspirin-HCl, 96% ethanol, and 80% ethanol-induced gastric ulcer model in rats."
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhidayat
"Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui hasil pengimplementasian evidence based: pencegahan standar & massage + VCO pada pasien dengan resiko terjadi ulkus dekubitus. Klien teridentifikasi dengan lumbar canal stenosis dan memiliki resiko ulkus dekubitus ringan. Pemberian asuhan keperawatan dilakukan selama 5 hari, 2x sehari dalam 5 menit. Indikator terjadinya ulkus dekubitus melihat dari ciri terjadinya ulkus dekubitus grade 1, yaitu: Kemerahan, Perubahan sensasi, Perubahan suhu, dan Perubahan konsistensi. Hasil implementasi menunjukkan bahwa selama 5 hari pemberian implementasi tidak teridentifikasi satupun tandatanda terjadinya ulkus dekubitus. Saran selanjutnya implementasi dapat diberikan pada klien dengan resiko ulkus dekubitus tinggi.

This study aims to knowing the implementation of evidence based nursing: standard preventing procedure & massage + VCO to patient with a risk for pressure ulcer. The patient who include to this study has lumbar canal stenosis and mild risk for pressure ulcer. The process of Nursing care within 5 days, twice a day in 5 minutes. The indicator for pressure ulcer is refer to characteristic of pressure ulcer stage 1, that is Redness, Alteration of Sensation, Alteration of Thermal, & Alteration of Consistency. The result show that there is no sign of the pressure ulcer indicator in 5 days. Next implementation we recommendation to doing an implementation in severe risk of pressure ulcer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>