Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Muhammad Faiz Anwar Fadjriyan
"Setelah berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, kedudukan kreditur pemegang jaminan kebendaan pesawat terbang diperoleh denganadanya pengaturan mengenai Surat Kuasa yang tidak dapat dicabut kembali (Irrevocable Deregistration and Export Request Authorization/IDERA), yakni Kreditur pemegang jaminan kebendaan pesawat udara dapat melakukan penghapusanpendaftaran pesawat udara dan melakukan ekspor pesawat udara dengan seketika tanpamemerlukan putusan pengadilan sepanjang Kreditur telah diberikan kuasa IDERAtersebut oleh Debitur. IDERA bukan merupakan jaminan sebagaimana diatur dalamketentuan peraturan perundang-undangan seperti Fidusia, Hak Tanggungan, Hipotek, dan Gadai. Namun IDERA hanya merupakan surat kuasa yang diberikan oleh debitur yang memiliki nomor registrasi pesawat udara di Indonesia kepada kreditor yangtidakdapat dicabut kembali untuk melakukan penghapusan pendaftaran nomor registrasi pesawat udara sehingga kreditor dapat melakukan eksekusi dengan seketika terhadappesawat udara sebagai objek perjanjian tanpa memerlukan putusan pengadilan. Denganmenggunakan metode penelitian yuridis normatif menggunakan pendekatan peraturanperundang-undangan atau statute approach, tulisan ini akan menganalisis mengenai bagaimana Kedudukan Kreditur Pemegang Jaminan Kebendaan Pesawat Terbangsetelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.
After the enactment of Law Number 1 of 2009 concerning Aviation, the holder of anaircraft material guarantee creditor is obtained by means of an arrangement regardinganIrrevocable Deregistration and Export Request Authorization / IDERA, namelytheholder of an aircraft material guarantee creditor can delist the aircraft and export theaircraft immediately without requiring a court decision as long as the Creditor has beengiven the IDERA power of attorney by the Debtor. IDERA is not a guaranteeasstipulated in the provisions of laws and regulations such as Fiduciary, Mortgage andPledge. However, IDERA is only a power of attorney given by a debitor who has anaircraft registration number in Indonesia to a creditor that cannot be revoked to deletethe registration of an aircraft registration number so that the creditor can immediatelyexecute the aircraft as the object of the agreement without requiring a dispute settlement. By using a normative juridical research method using a statutory or statutory approach, this paper will analyze how the position of a creditor having collateral for aircraft assetsafter enacting Law Number 1 of 2009 concerning Aviation."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Prasasta Putra Tangkas
"Separasi vertikal merupakan salah satu langkah yang dapat diambil untuk menciptakan persaingan usaha yang sehat dalam sektor perkeretaapian. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau secara yuridis terkait implementasi separasi vertikal layanan perkeretaapian di Indonesia dan Inggris, serta mengevaluasi apa yang dapat diambil dari kasus perkeretaapian di Inggris untuk diterapkan di Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa di Inggris, separasi vertikal sudah diterapkan secara institusional untuk menciptakan kompetisi dalam sektor perkeretaapian. Sementara itu, di Indonesia, meskipun telah meninggalkan kompetisi monopoli tunggal melalui UU 23 Tahun 2007, persaingan masih belum optimal. Masih banyak hal yang perlu diperkenalkan terutama pemisahan vertikal sebagai prekursor dari kompetisi, derajat kompetisi, dan peran swasta. Oleh karena itu, untuk mengetahui dan belajar dari kasus perkeretaapian di Inggris, penelitian ini menyarankan agar Indonesia dapat memperhatikan apa yang dapat diambil dari kasus tersebut untuk dijadikan implementasi di Indonesia. penelitian ini juga membahas Indonesia meningkatkan kompetisi dan mengakomodirnya melalui mekanisme tender, penunjukan langsung, dan penugasan, sementara Inggris memiliki badan regulator kereta api yang merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah untuk mengatur kompetisi yang sehat diantara perusahaan operator kereta api. Kedua negara juga memiliki perbedaan dalam pengaturan terkait dengan peran swasta dalam sektor perkeretaapian, dengan Indonesia masih belum optimal dalam mengakomodir peran swasta, sedangkan Inggris telah memberikan peran aktif kepada swasta.
Vertical separation is one step that can be taken to create healthy competition in the railway sector. This research aims to review the legal aspects of the implementation of vertical separation of railway services in Indonesia and United Kingdom, and to evaluate what can be taken from the railway case in United Kingdom to be applied in Indonesia. This research found that in United Kingdom, vertical separation has been institutionally applied to create competition in the railway sector. Meanwhile, in Indonesia, although it has left a single monopoly competition through Law No. 23 of 2007, competition is still not optimal. There are still many things that need to be introduced, especially vertical separation as a precursor to competition, the degree of competition, and the role of the private sector. Therefore, to learn from the railway case in United Kingdom, this research suggests that Indonesia can pay attention to what can be taken from the case for implementation in Indonesia. This research also discusses how Indonesia can increase competition and accommodate it through tendering mechanisms, direct appointments, and assignments, while United Kingdom has a railway regulatory body that is an extension of the government to regulate healthy competition among railway operators. Both countries also have differences in regulations regarding the role of the private sector in the railway sector, with Indonesia still not optimal in accommodating private sector participation, while United Kingdom has given an active role to the private sector."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library