Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abidzar Ramadhana
"Salah satu penyebab pencemaran udara adalah polusi yang disebabkan oleh aerosol smoke. Namun dalam penelitian ini lebih spesifik untuk penangulangan pencemaran yang disebabkan oleh asap rokok yang memiliki diameter partikel 0,1 µm ? 1 µm. Dimana untuk diameter untuk diameter partikel 0,1 µm ? 1 µm salah satu metode penyaringan udara yang cocok yaitu menggunakan thermal precipitation.
Dalam penelitian ini, dibuat suatu alat uji thermal precipitator untuk mendepositkan partikel-partikel yang ada di dalam asap rokok dengan memanfaatkan gaya thermophoretic. Gaya tersebut adalah gaya yang diberikan kepada partikel yang tersuspensi di suatu aliran fluida dimana apabila didalam aliran tersebut terdapat perbedaan temperatur maka partikel tersebut akan bergerak menuju daerah yang memiliki temperatur lebih rendah.
Dari hasil eksperimen dan analisa dapat diambil kesimpulan bahwa thermal precipitator ini dapat digunakan sebagai smoke collector. Hal ini dibuktikan dengan melakukan observasi dengan mengukur kadar asap yang dapat di depositkan oleh thermal precipitator ini dengan menggunakan gas sensor.

One of the causes of air pollution is aerosol smoke. This experiment will study more specifically about how to eradicate the pollution caused by tobacco smoke which consist of particles with diameters 0,1- 1 µm. Filtering method which is suitable for the particles with that specification will be thermal precipitation.
In this research , we will try to create a thermal precipitator for depositing the particles that exist in the smoke of cigarette by using thermoporetic force. That force is force which is given to the particles which suspended in a fluid if there is difference in the fluid?s temperature that will cause the particles to move to the region with lower temperature.
From the experiment and analysis, we can make a conclusion that thermal precipitator can be used as smoke collector. This can be seen by doing an observation by measuring the smoke density which can be deposited by thermal precipitator by using gas sensor."
2008
S50740
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Agung Pribadi Heriawan
"Serat ijuk semakin menarik untuk diteliti sebagai bahan pengisi polimer. Dengan memodifikasi permukaan serat ijuk, didapatkan selulosa mikrofibril (MFC) yang berbasis ijuk untuk kemudian dicampurkan dengan polimer membentuk produk berbasis MFC ijuk. Namun morfologi, kompatibilitas, stabilitas termal MFC berbasis ijuk terhadap sifat produk polimer perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan dibandingkan karakteristiknya dengan produk berbasis bubble glass.
Dalam penelitian ini telah dilakukan proses pencampuran lelehan panas dengan menggunakan mesin rheomix yaitu antara MFC berbasis ijuk dan bubble glass dengan polipropilena jenis homopolimer. Kandungan MFC berbasis ijuk dan bubble glass dalam campuran adalah 0,3; 0,6; dan 1 wt% dalam tiap 50 gram homopolimer polipropilena dengan variasi temperatur 160, 175, dan 190°C selama 15 menit.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dengan penambahan MFC berbasis ijuk dan bubble glass dapat menurunkan temperatur leleh (Tm) dan menaikan temperatur dekomposisi (Td), kecuali Td produk berbasis bubble glass akibat karakteristik bubble glass yang amorf. Tm maksimum produk berbasis MFC ijuk dan bubble glass didapatkan pada komposisi yang sama yaitu 0,3 wt% masing-masing sebesar 160,68°C dan 161,29°C. Sedangkan pada Tm maksimum produk berbasis MFC ijuk dan bubble glass masing-masing didapatkan pada temperatur pencampuran 190°C sebesar 160,66°C dan 175°C sebesar 162,52°C. Untuk Td maksimum produk berbasis MFC ijuk dan bubble glass didapatkan pada komposisi 1 wt% sebesar 256,08°C dan 0,3 wt% sebesar 296,07°C. Sedangkan pada Td maksimum produk berbasis MFC ijuk dan bubble glass masing-masing didapatkan pada temperatur pencampuran 175°C sebesar 270,72°C dan 160°C sebesar 290,12°C.

Ijuk fiber more interesting to study as a filler material for polymer. By modyfiying the surface fibers, microfibrilscellulose (MFC) ijuk-based obtained and then mixed it with polymer to form MFC ijuk-based products. However morphology, compatibility, thermal stability of MFC ijuk-based towards polymer product need further research and compared its characteristic with glass bubblebased products.
In this research has been carried out the process of hot-melt mixing using a rheomix machine that is between MFC ijuk-based and glass bubble with homopolymer type of polypropylene. The content of MFC ijuk-based and glass bubble in the mixture is 0.3; 0.6; and 1%wt in each 50 grams of homopolymer polypropylene with a temperature variation of 160, 175, and 190°C for 15 minutes.
The result showed that with the addition of MFC ijuk-based and glass bubblebased can lower the melting temperature (Tm) and raise the decomposition temperature (Td), except Td of glass bubble-based products due to the amorphous characteristics of glass bubble. The maximum Tm of MFC ijuk-based and glass bubble products obtained in the same composition that is 0,3%wt at 160.68°C and 161.29°C, respectively. In other side, the maximum Tm MFC ijuk-based and glass bubble-based obtained at mixing temperature of 190°C at 160.66°C and 175°C at 162.52°C, respectively. For maximum Td of MFC ijuk-based and glass bubble-based products obtained on the composition of 1%wt at 256.08°C and 0.3%wt at 296.07°C. In other side, the maximum Td of MFC ijuk-based and glass bubble product obtained at mixing temperature of 175°C at 270.72°C and 160°C at 290.12°C, respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agusniar Trisnamiati
"ABSTRAK
Sebanyak 13 sampel minyak (TTT-99, TTB-28, TLJ-198, TDN-1, TPS-1 UKL-1 sampai UKL-7) dan kondensat (LMB-10 BRF dan TAF) serta delapan batuan sumber dan Cekungan Sumatera Selatan, telah diuji dengan menggunakan teknik kromatografi, dalam usaha untuk menentukan penyebab perbedaan komposisi di antara minyak bumi tersebut.
Analisis biomaker parameter sumber dan kematangan termal yang menggunakan peralatan GC dan GCMS (misalnya, Pr/Ph, Ts/(Ts+Tm), Oleana/Hopana, dan 20S1(20S+20R) terhadap sampel minyak dari kondensat, menunjukkan bahwa pengaruh sumber dan kematangan termal bukan merupakan penyebab perbedaan komposisi yang ada pada sampel TTT-99, TTB-28, TLJ-198, TDN-1, LMB-10 (BRF dan TAF), begitu pula pada sampel TPS-1 UKL-l sampai UKL-7. Perbedaan komposisi yang ada kemungkinan disebabkan proses sekunder (selain biodegradasi) yang terjadi di reservoar, misalnya water washing, migrasi fraksionasi ataupun migrasi jarak pendek (segregasi gravitasi). Adanya proses fraksionasi oleh gas (fraksionasi penguapan) diamati berdasarkan analisis distribusi n-allcana, sifat parafinitas (didefinisikan sebagai n-heptana/MCH), sifat aromatisitas (didefinisikan sebagai toluene/n-heptana). Untuk memastikan bahwa perbedaan distribusi n-alkana karena fraksionasi penguapan tidak bergantung pada tingkat kematangan termal suatu sampel telah dilakukan analisis pengaruh fraksionasi terhadap distribusi n-alkana pada sampel batuan sumber dari kedalaman yang berbeda. Sedangkan adanya efek water washing pada perbedaan komposisi diamati dari rasio fenol/sikloheksana, rasio toluena/MCH..
Berdasarkan perbedaan nilai rasio isotop 13C, distribusi n-alkana, angka parafinitas dan aromatisitasnya disimpulkan bahwa proses migrasi fraksionasi sebagai penyebab perbedaan komposisi minyak bumi terlihat cukup nyata antara sampel kondensat LMB-10 (TAF dan BRF) dengan keempat sarnpel lainnya (TDN-1, MT-198, TIM-28, TTT-99). Bukti adanya proses migrasi fraksionasi dikuatkan dari letak geografis sampel terhadap "dapur pembentuk" sebagai pot hidrokarbon, sehingga jalur migrasi minyak bumi di kawasan penelitian dapat dipastikan bergerak ke arah Utara. Komposisi molekul suatu minyak bumi dapat digunakan untuk menjelaskan proses geologi minyak bumi tersebut. Selain itu, pada studi ini juga diusulkan plot fraksionasi bagi minyak bumi yang mengalami fraksionasi oleh gas, waterwashing ataupun segregasi gravitasi dengan menggunakan parameter rasio toluene/MCH dan fenol/sikloheksana."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grimvall, Goran
Amsterdam: North-Holland, 1986
620.112 GRI t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nasruddin
"ABSTRAK

Asap cair (pyrolysis  oil) merupakan produk yang dihasilkan dari proses pirolisis dari bahan baku biomassa dapat digunakan sebagai bahan bakar, bahan pengawet dan bahan kimia dasar. Produk cair yang dihasilkan dari proses pirolisis dipengaruhi oleh banyak parameter operasi dan jenis bahan baku. Proses optimum dari bahan baku lokal Indonesia dan sesuai dengan kondisi masyarakat menjadi dasar utama dalam penelitian ini. Parameter operasional  seperti temperatur optimum reaksi, laju pemanasan, temperatur uap pada zona reaksi, penyerapan kalor uap pada liquid collection system (LCS) dan jenis bahan baku menjadi kajian utama pada penelitian ini karena parameter-parameter ini menjadi penentu efisiensi proses dan produk pirolisis. Identifikasi jenis biomassa sesuai dengan karakteristiknya diperlukan pada penerapan proses yang sesuai untuk mendapatkan cairan yang maksimum.  Tujuan  penelitian untuk mendapatkan proses yang optimum dan fenomena transfer kalor pada proses pirolisis dengan menggunakan non-sweep gas fixed-bed reactor dengan bahan baku lokal Indonesia. Karakterisasi biomassa berdasarkan sifat difusivitas termalnya. Variasi temperatur reaksi dilakukan untuk mendapatkan temperatur optimum dan laju pemanasan bahan baku. Variasi temperatur pada zona reaksi untuk mendapatkan temperatur uap yang tepat berdasarkan jenis bahan baku. Beberapa jenis LCS digunakan, termasuk LCS yang menggunakan pipa kalor. Penggunaan LCS yang tepat meningkatkan efisiensi sistem secara keseluruhan.  Prediksi jumlah cairan dilakukan berdasarkan difusivitas termal bahan baku dengan menggunakan metode matrik, komposisi cairan yang dihasilkan diuji menggunakan GC/MS.  Temperatur optimum reaksi biomassa adalah 500 °C dan terjadi proses eksotermik pada bahan baku di dalam reaktor karena terjadinya self-ignition. Temperatur yang lebih tinggi cenderung menghasilkan produk gas sedangkan temperatur  yang lebih rendah menghasilkan lebih banyak zat arang.  Laju pemanasan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produk cair.  Temperatur uap pada zona reaksi mempengaruhi proses pirolisis dengan menggunakan Fixed-bed reactor non-sweeping gas. Temperatur optimum pada zona reaksi antara 150 °C sampai dengan 250 °C tergantung dari jenis bahan baku. Temperatur uap yang terlalu tinggi akan menghasilkan lebih banyak gas dan cairan dengan titik didih yang lebih tinggi, cairan ini mempunyai nilai bakar yang relatif lebih tinggi juga. Difusivitas termal  bahan baku yang lebih tinggi akan mengakibatkan penurunan laju pemanasan. Bahan baku dengan kondisi laju pemanasan yang rendah cenderung menghasilkan produk cair yang lebih tinggi. Bahan baku dengan tingkat gradien TGA rendah akan menghasilkan cairan yang lebih sedikit. Pipa kalor sebagai kondenser pada liquid collection system mampu menurunkan temperatur uap hingga mendekati temperatur ruangan dengan jumlah produk cair maksimum 42,5 wt% dengan bahan baku kayu merbau. Jumlah produk cair pada proses pirolisis dapat diprediksi dengan menggunakan variabel difusivitas termal bahan baku, laju pemanasan dan temperatur uap pada zona reaksi.  


ABSTRACT


Liquid smokes is a product originated from the pyrolysis process using biomass as a raw material. This product can be applied as fuel oil, preservation as the chemical base material. The liquid product from the pyrolysis process influenced by many operation parameters and feedstock materials. The optimum operation parameter and easy to apply as a base consider obtaining the maximum liquid yield.   The operational parameter such as optimum reaction temperature, heating rate, vapor temperature in the reaction zone, heat absorption in the liquid collection system and the variety of raw material as the main concern in this research. Raw material identified by its thermal characterization. This research aims to obtain optimum process and heat transfer phenomena by using a non-sweep gas fixed bed reactor with local Indonesian biomass in pyrolysis. The thermal characterization base on thermal diffusivity of raw material. The variation of the reaction temperature in the reactor and vapor temperature at the reaction zone was conducted to obtain an optimum temperature base on the type of feedstock and liquid collection system.  The use of proper LCS affects the amount of liquid yield.   The liquid yield prediction base on thermal diffusivity of biomass. The composition of liquid was analyzed using GC/MS. The optimum reaction temperature for biomass was 500 °C. The higher temperature tends to produce more gases, and the lower temperature will produce more char. The heating rate does not affect the liquid yield significantly, and vapor temperature at the reaction zone affect the liquid yield in pyrolysis using a non-sweeping gas Fixed-bed reactor. The optimum temperature at reaction zone between 150 °C - 250°C depends on the raw material. The higher vapor temperature at the reaction zone produce more gases and the liquid with the higher boiling point and has higher heating value. The higher thermal diffusivity of raw material decreases the heating rate.  The lower heating rate of raw material tends to increase liquid yield. The lowest TGA gradient tends to produce less liquid. Heat pipe was applied as a liquid collection system and able to condense pyrolysis vapor up to 42.5 wt%. The liquid yield can be predicted using thermal diffusivity of raw material, heating rate, and vapor temperature at the reaction zone.

 

"
2019
D2709
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1993
S27914
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nowacki, Witold
Oxford: Pergamon Press, 1986
537.65 NOW t (1);537.65 NOW t (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Maulana Naufalino
"Fluida terdispersi partikel mikro merupakan salah satu metode terbaru yang digunakan sebagai media pendingin. Fluida ini dikenal memiliki keunggulan dibandingkan dengan media pendingin lainnya, diantaranya adalah memiliki nilai konduktivitas termal yang tinggi. Nilai konduktivitas termal yang tinggi dapat digunakan sebagai media pendingin dalam proses rekayasa mikrostruktur material. Fluida terdispersi partikel mikro adalah fluida dasar yang di dalamnya terdispersi partikel berskala mikrometer. Fluida terdispersi partikel mikro dapat diproduksi dengan mendispersikan partikel logam maupun non-logam berukuran mikrometer ke dalam fluida dasar. Partikel berukuran mikrometer digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan konduktivitas termal dengan memanfaatkan luas permukaan partikel itu sendiri. Pada penelitian ini, menggunakan grafit lab-grade sebagai partikel yang didisperdikan ke fluida. Proses mereduksi ukuran grafit agar mencapai skala mikrometer dilakukan dengan menggunakan metode mechanical milling. Proses mechanical milling menggunakan alat berupa planetary ball-mill dengan durasi penggilingan selama 15 jam pada kecepatan 500 rpm serta dengan menambahkan polyvinyl alcohol (PVA) sebagai milling additive sebanyak 5 ml. Surfaktan polyethylene glycol (PEG) digunakan pada penelitian ini untuk membantu partikel grafit dapat terdispersi dengan baik. Penelitian ini menggunakan variabel berupa kandungan grafit dan surfaktan. Variabel kandungan karbon menggunakan variasi partikel 0,1; 0,3; dan 0,5%. Variabel surfaktan menggunakan konsentrasi berupa 0, 10, atau 20%. Karakterisasi yang dilakukan pada penelitian ini berupa Field-Emission Scanning Electron Microscope (FESEM), dan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS) digunakan untuk menganalisis komposisi partikel, morfologi partikel, dan perubahan permukaan. Particle Size Analyzer (PSA), Zeta Potensial, dan Uji Konduktivitas Termal digunakan untuk menganalisis ukuran partikel, konduktivitas termal fluida, dan stabilitas dari fluida

Microparticle dispersed fluid is one of the newest methods used as a cooling medium. This fluid is known to have advantages compared to other cooling media, including having a high thermal conductivity value. High thermal conductivity values can be used as a cooling medium in the microstructure engineering process of the material. Microparticle dispersed fluids are basic fluids in which micrometer-scale particles are dispersed. Microparticle dispersed fluids can be produced by dispersing micrometer-sized metal and nonmetallic particles into the base fluid. Micrometer-sized particles are used in order to increase the ability of thermal conductivity by utilizing the surface area of the particles themselves. In this study, using lab-grade graphite as particles dispersed into the fluid. The process of reducing the size of graphite to reach a micrometer scale is carried out using the mechanical milling method. The mechanical milling process uses a tool in the form of a planetary ball-mill with a grinding duration of 15 hours at a speed of 500 rpm and by adding polyvinyl alcohol (PVA) as a 5 ml milling additive. Polyethylene glycol (PEG) surfactant was used in this study to help graphite particles be well dispersed. This study uses variables in the form of graphite and surfactant content. Variable carbon content using particle variations of 0.1; 0.3; and 0.5%. The surfactant variable uses a concentration of 0, 10, or 20%. Characterization carried out in this research in the form of Field-Emission Scanning Electron Microscope (FESEM), and Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS) is used to analyze particle composition, particle morphology, and surface changes. Particle Size Analyzer (PSA), Zeta Potential, and Thermal Conductivity Test are used to analyze particle size, fluid thermal conductivity, and stability of the fluid"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Frida
"Telah diteliti pengembangan bahan termoplastik elastomer dari polipropilena dan kompon karet alam SIR-20 dengan serbuk ban bekas sebagai bahan pengisi. Polipropilena yang diperkuat dengan serbuk ban bekas dengan ukuran 60 mesh 1 mm, dan komposisi serbuk ban bekas (30, 40, dan 50) %berat. Sifat mekanik yang diamati adalah kekuatan tarik,perpanjangan putus, Modulus Young, kekuatan sobek, dan kekuatan impact. Sifat termal dianalisis dengan DSC dan DTA/TGA.Dari hasil penelitian diperoleh bahwa untuk ukuran serbuk ban bekas 60 mesh kekuatan tarik, perpanjangan putus, modulus Young, kekuatan sobek, dan kekuatan impact lebih besar dibanding ukuran 1 mm. Penambahan serbuk ban bekas 60 mesh mengalami peningkatan namun mengalami penurunan pada penambahan 50 % berat. Sedangkan untuk ukuran serbuk ban bekas 1 mm kekuatan tarik, perpanjangan putus, kekuatan sobek, dan kekuatan impact mengalami penurunan. Dari analisis DSC diperoleh bahwa dengan penambahan serbuk ban bekas tidak menghasilkan perbedaan titik didih yang signifikan antara sampel yang mengandung serbuk ban bekas dan polipropilena. analisis TGA/DTA adanya peningkatan enthalpy dan suhu dekomposisi dengan adanya penambahan serbuk ban bekas dan terjadi stabilitas termal.

Having been researched the development of thermoplastic elastomer material of polypropylene and natural rubber SIR-20 compound with Crumb Rubber as the filler. Reinforced polypropylene with size 60 mesh with 1 mm, and the composition of the Crumb rubber (30, 40, and 50) wt%. Observed mechanical properties are tensile strength, fracture elongation, Young's modulus, tear strength and impact strength. Thermal properties are analyzed by DSC and DTA/TGA. It is acquired that for the size of 60 mesh crumb rubber tensile strength, fracture elongation, Young?s modulus, tear strength and impact strength are bigger than 1mm size. The addition of 60 mesh crumb rubber increases but it decreases by adding of 50 weight%. While for crumb rubber 1mm tensile strength, fracture elongation, tear strength and impact strength decreas. Based on analysis of DSC that the addition of crumb rubber does not make a difference boiling point significantly between samples containing crumb rubber and polypropylene Analysis TGA/DTA to an increase in enthalpy and decomposition temperature with the addition of crumb rubber used and thermal stability.
"
Depok: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Propana Okionomus Ali
"Efisiensi suatu sistem rangkaian flat plate solar thermal collector dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam optimasi sebuah sistem pemanas air tenaga surya yang sedang dirancang maupun yang sudah berjalan. Penulisan ilmiah ini mengangkat masalah mengenai nilai efisiensi suatu sistem rangkaian seri dan parallel flat plate solar thermal collector yang dihitung dengan dua metode yaitu metode pengujian pada peralatan uji dan metode simulasi komputer. Pengujian dilakukan dengan merangkai 8 panel flat plate solar thermal collector menjadi rangkaian seri dan parallel kemudian diukur temperatur keluaran, radiasi matahari, dan laju aliran massa air. Simulasi komputer menggunakan program komputer Visual Basic 6.0 untuk menghitung radiasi matahari, temperatur keluaran, energi berguna, dan efisiensi. Dari kedua metode tersebut didapatkan nilai efisiensi rangkaian flat plate solar thermal collector.
Berdasarkan pengujian didapatkan grafik karakteristik efisiensi dari rangkaian parallel adalah y = -1.0684x + 0.2884 dan grafik karakteristik efisiensi dari rangkaian seri adalah y = -1,2247 x + 0,428. Sedangkan dari simulasi didapatkan grafik karakteristik efisiensi dari rangkaian parallel adalah y = -8,1605 + 0,5654 dan grafik karakteristik efisiensi dari rangkaian seri adalah y = -8,6055x + 0,6472. Dari kedua metode tersebut terlihat bahwa terdapat perbedaan nilai karakteristik efisiensi tetapi memiliki trend line yang sama antara keduanya.

To optimized a designed flat plate solar water heating system, solar thermal collator's effeciency can be a point of review. This final projetc paper focused on a series and parallel of flat plate solar thermal collector combination based on two methods, experimental and computer's simulation. On experimental testing method, an eight flat plate solar thermal collector was combinated to a series and parallel and the output temperature, sun's radiation, and mass flow rate of the fluid were measured. Computer simulation method based on visual basic 6.0 programming to calculated sun's radiation, output temperature, usefull energy, and efficiency.
The experimental result shown parallel efficiency's characteristic graphic, y = -1,0684 x + 0,2884, dan series effeciency's characteristics graphic, y = -1,2247 x + 0, 428. While the computer simulation result shows the parallel efficiency's characteristic y = -8,1605 + 0,5654 and the series efficiency's characteristic y = - 8,6055 x + 0,6472, although there was different efficiencies value between two methods, but it shown same trendline.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S36579
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>