Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prida Ariani Ambar Astuti
"Logo bagi perusahaan merupakan sebuah tanda, baik berupa gambar maupun stilisasi huruf yang memuat filosofi, misi, dan aspirasi perusahaan. Logo panting bagi sebuah perusahaan, karena jiwa dan kepribadian perusahaan akan tampak dalam logo yang digunakannya. Ilmu tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya adalah ilmu semiotik. Dalam semiotik segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat dapat teramati, mengacu pada hal yang merujuknya, dan dapat diinterpretasikan, adalah tanda. Dengan menggunakan akal sehatnya, seseorang biasanya menghubungkan sebuah tanda pada rujukannya (reference) untuk menemukan makna tanda tersebut.
Ada dua alasan mengapa Hotel Majapahit terpilih sebagai lokasi penelitian, pertama, meskipun logo baru telah ditetapkan untuk digunakan, namun logo lama tetap dipakai, ini berarti Hotel Majapahit saat ini menggunakan dua buah logo, dan alasan kedua adalah masalah waktu, waktu peluncuran logo lama dan logo baru hanya berselang dua tahun.
Dari data yang berhasil dikumpulkan ternyata ada dua tanda yang digunakan dalam logo baru Hotel Majapahit ini, yaitu tanda visual, yang meliputi gambar sebuah bangunan bermenara dengan kibaran bendera pada masing-masing puncak menara, bentuk logo yang bulat telur, serta warna hitam dan transparan yang digunakan didalamnya, dan tanda bahasa. Untuk tanda bahasa sendiri, ada dua bahasa yang digunakan dalam logo baru Hotel Majapahit ini, yaitu bahasa Indonesia untuk kata Hotel Majapahit Surabaya dan bahasa Inggris untuk kata since 1910. Dari tanda-tanda yang terdapat dalam logo barunya ini, Hotel Majapahit ingin menyampaikan pesan sebagai sebuah hotel dengan fasilitas dan layanan kelas satu, layaknya di sebuah istana kerajaan. Selain itu logo barn ini juga berisi harapan Hotel Majapahit agar keadaan di Indonesia kembali seperti situasi pada tahun 1900-an dimana pada waktu itu bisnis perhotelan mengalami perkembangan yang pesat, serta ajakan kepada seluruh bangsa Indonesia untuk bersama-sama menjaga kelestarian bangunan bersejarah ini.
Logo baru ini juga digunakan untuk mengatasi dan mengantisipasi dampak lebih lanjut dari krisis multidimensional yang hingga saat ini masih melanda Indonesia, selain merupakan salah satu strategi yang diterapkan oleh Hotel Majapahit untuk menaikkan tingkat human kamarnya. Sementara dari hasil wawancara dengan pihak manajemen dan karyawan Hotel Majapahit, mereka mengakui bahwa semenjak logo baru ini digunakan, para karyawan ini menjadi lebih bersemangat dalam bekerja."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T119
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hall, Manly P.
New York: Penguin Books, 2005
130 HAL l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"This research describes religious symbols at rumah gadang Abai
Sangir Solok Selatan. The symbols lay on walls, stairs, doors, and
windows. Using the descriptive qualitative method and Paul Ricoer
theory, the research shows that the society put on their belief on those
symbols. How they live as person and society described on the symbols. "
390 WE 2:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Morgan, Harry T.
California: California Perkins, 1942
168 MOR c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Shilla Indiarnita
"[ ABSTRAK
Selama ini, negara kita terpengaruh oleh budaya patriarki yang menempatkan laki-laki
sebagai sosok yang lebih dominan. Namun ternyata, ada fenomena yang menunjukan
sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari kemunculan dua geng motor perempuan yaitu Geng
Nero dan Geng CMP. Kemunculan dua geng tersebut merupakan bentuk pembuktian bahwa
perempuan juga ingin disetarakan dengan laki-laki. Kedua geng tersebut sering melakukan
aksi kekerasan demi mempertahankan groupthink syndrome mereka sebagai geng motor
perempuan yang memiliki kekuatan. Yang menjadi pertanyaan penulis adalah sampai sejauh
mana groupthink syndrome yang melekat pada kedua geng motor perempuan tersebut
terealisasikan dalam bentuk eksistensi diri geng mereka? Dari hasil analis dapat disimpulkan
bahwa groupthink syndrome yang melekat pada kedua geng motor perempuan tersebut
berbanding lurus dengan budaya maskulinitas yang ingin mereka tunjukan dengan melakukan
kekerasan.

ABSTRACTSo far, our national society is influenced by patriarchy culture in which male figure is the
most dominant. But there actions that shows otherwise. It is shown from the existence of two
girl’s motorcycle gang namely Nero and CMP. Their existence prove that women expect
equal rights between women and men. They do violence in order to maintain their
“groupthink syndrome” as the powerful gang. My question here is, how far “groupthink
syndrome” which is attached to the two girl’s motorcycles gang are becoming realized in
their gang existence? From the analysis it can be concluded that “groupthink syndrome”
which belongs to the two girl’s motorcycle gang is an expression to achieve masculinity by
using violence.;So far, our national society is influenced by patriarchy culture in which male figure is the
most dominant. But there actions that shows otherwise. It is shown from the existence of two
girl’s motorcycle gang namely Nero and CMP. Their existence prove that women expect
equal rights between women and men. They do violence in order to maintain their
“groupthink syndrome” as the powerful gang. My question here is, how far “groupthink
syndrome” which is attached to the two girl’s motorcycles gang are becoming realized in
their gang existence? From the analysis it can be concluded that “groupthink syndrome”
which belongs to the two girl’s motorcycle gang is an expression to achieve masculinity by
using violence., So far, our national society is influenced by patriarchy culture in which male figure is the
most dominant. But there actions that shows otherwise. It is shown from the existence of two
girl’s motorcycle gang namely Nero and CMP. Their existence prove that women expect
equal rights between women and men. They do violence in order to maintain their
“groupthink syndrome” as the powerful gang. My question here is, how far “groupthink
syndrome” which is attached to the two girl’s motorcycles gang are becoming realized in
their gang existence? From the analysis it can be concluded that “groupthink syndrome”
which belongs to the two girl’s motorcycle gang is an expression to achieve masculinity by
using violence.]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Resie Dwi Utami
"Jurnal ini membahas tentang duka seorang gisaeng yang tersirat dalam empat puisi karya gisaeng Yi Maechang yaitu 술취한 손님에게 (Sulcwihan Sonnimege, Untuk Tamu yang Mabuk), 스스로 박명을 한탄함 (Seuseuro Bangmyeongeul Hanthanham, Meratapi Kemalangan Sendiri), 새장의 학 (Saejangeui Hak, Bangau dalam Sangkar) dan 스스로 한스러워 (Seuseuro Hanseureowo, Bersedih Sendiri). Gisaeng merupakan wanita penghibur yang dilegalkan oleh pemerintah untuk bekerja menghibur raja atau para bangsawan. Meskipun memiliki beberapa privilege, namun sebenarnya gisaeng juga menyimpan kesedihan karena profesinya tersebut. Melalui metode kualitatif, penulis ingin mengetahui seperti apa duka gisaeng yang tersirat dalam keempat puisi Yi Maechang serta simbol dan imaji yang ia gunakan untuk menggambarkan kesedihannya.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa keempat puisi Yi Maechang menekankan pada imaji penglihatan dan perasaan. Ia juga menggunakan simbol seperti bangau yang terkurung dalam sangkar, batu permata berharga yang belum diketahui orang-orang, atasan hanbok sutera yang robek, dan air mata mutiara untuk menggambarkan dukanya sebagai gisaeng. Melalui analisis imaji dan simbol, dapat diketahui bahwa duka Yi Maechang sebagai gisaeng antara lain mengalami keterkungkungan akibat profesinya tersebut, harus melayani pria yang tidak ia cintai, serta kesepian dan kepedihan akibat ditinggal pergi oleh kekasih.

This journal discusses about the sorrow of gisaeng that knotted in four Yi Maechang‟s poems entitled 술취한 손님에게 (Sulcwihan Sonnimege, To The Drunken Guest), 스스로 박명을 한탄함 (Seuseuro Bangmyeongeul Hanthanham, Lamenting One‟s Misfortune), 새장의 학 (Saejangeui Hak, Crane in The Cage), and 스스로 한스러워 (Seuseuro Hanseureowo, Grieve by Herself). Gisaeng is female entertainers that legitimazed by the government to entertaining the king or the nobles. Eventhough gisaeng have some privilege but actually gisaeng also retain the sorrow because her profession. Through qualitative method, the writer want to know what kind of sorrow that knotted in four Yi Maechang‟s poems and symbol and image that she used to describe her sadness.
The result of this study is four Yi Maechang‟s poems emphasize the usage of view image and feeling image. She also used symbols like crane in the cage, jade whose genuine worth remains unknown, silken robe, and tear like pearl to describe her sadness. Through image and symbol analysis, it knowed that the grief of gisaeng Yi Maechang is she has been bounded due to her profession as gisaeng, she has to entertain someone whom she doesn't love, and feel lonely and sorrow because her lover left her.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Stasya Desnafira
"Argumen yang dimuat pada artikel kualitatif ini menekankan bahwa konsumen dari negara-negara berkembang cenderung percaya dan lebih menghendaki berbagai produk dari negara maju karena memiliki kemampuan sebagai peningkat status sosial si pengguna. Dengan begitu, superioritas yang tidak terbantahkan melalui konsumsi produk berstatus merupakan dasar pikir yang cenderung dianut oleh masyarakat modern. Spesifik ke dalam fokus penelitian, argumen sebelumnya ditemukan pada lingkup merek kosmetik luar yang mendominasi preferensi mayoritas perempuan kota di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi), Indonesia. Mengacu pada survey online tahunan tertentu yang ditujukan pada 713 hingga 866 perempuan urban di Jabodetabek, dominasi merek kosmetik luar terdiri dari Amerika Serikat, Perancis, Korea Selatan, dan Inggris. Menggunakan bingkai pemikiran teoritis dari Bordieu mengenai pentingnya modal simbolik, didapati bahwa individu mengaitkan pembedaan status melalui konsumsi berdasarkan apa yang pihak lain anggap sebagai produk dengan status superior. Lebih jauh lagi, konsumen berkenan untuk tetap loyal terhadap merek luar dari negara maju karena ada kepercayaan bahwa produk tersebut akan tetap lebih unggul dibanding produk lokal. Originalitas dalam artikel penelitian ini ada pada latar belakang untuk mengkaji kenapa mengonsumsi berbagai produk dari negara maju kemudian membentuk dasar pikir mengenai status yang lebih unggul. Penelitian lebih jauh dibutuhkan untuk mengetahui keuntungan maupun kerugian secara sosio-ekonomi dari fenomena ini.

The argument in this article emphasizes that consumers from developing countries tend to trust and prefer products from developed countries due to its ability as social status enhancer. Therefore, unquestioned superiority that is embedded from consuming those status goods are staple modern mindset in society. Specific into the research focus, previous argument are found in foreign brands of cosmetics which dominate the preference of most urban women in Greater Jakarta (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi), Indonesia. Referring to certain annual online surveys towards 713 to 866 urban women in Greater Jakarta, the dominance of foreign brands of cosmetics consist of United States of America, France, Japan, South Korea, and United Kingdom. Using the theoretical framework of Bourdieu’s about symbolic capital importance, it showed that individual correlate their status distinctions through consuming what other consider to be superior status goods. Furthermore, consumers are willing to stay loyal towards foreign brands because there is a believe that it will always be better over the local ones. The originality of this research lies in the background to examine on why consuming goods from developed countries shapes the mindset of a better status. Further research are needed to understand the socio-economic benefit and loss of this phenomenon."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Ayu Dewintya Kirana
"ABSTRAK
Artikel ini, dengan menggunakan konsep-konsep Teori Praktik Pierre Bourdieu akan membahas usaha Agnes Monica sebagai salah satu selebriti yang berkecimpung di dunia hiburan, mengerahkan segala kapital yang dimilikinya untuk mendapatkan kapital simbolik berupa citra sebagai selebriti internasional di mata masyarakat luas, khususnya Indonesia, melalui proyek “Go International”nya. Usaha mendapatkan kapital simbolik adalah sebuah pertarungan simbolik. Melalui kapital simbolik ini, Agnes Monika dapat melanggengkan eksistensinya dan berada di posisi dominan di arena ini.

ABSTRACT
This article, by using Practical Theory of Pierre Bourdieu, concerns on Agnes
Monica’s effort as one of celebrity who takes part on the show-business, gives all of her capitals to gain the symbolic capital: recognition from the people as
international celebrity, especially Indonesian people, through the “Go
International” Project. The effort to gain this symbolic capital is a symbolic fight.
Through this symbolic capital, Agnes Monica can preserve her existence and being
in the dominant position in this arene."
Depok: [Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;;, ], 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Nur Fathiya
"Jurnal ini membahas tentang analisis simbol yang terdapat dalam esai Korea berjudul Bori karya Han Heuk Goo dalam buku kumpulan esai berjudul Hanguk Beseteu Suphil 70. Pada penelitian ini, penulis menganalisis makna dari simbol-simbol dalam esai Bori melalui pendekatan semiotik. Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif serta studi kepustakaan yang bersumber dari buku-buku dan artikel terkait. Penelitian dimulai dengan menerjemahkan esai Bori, kemudian mencari sumber-sumber terkait dengan penelitian. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah Han Heuk Goo menggunakan berbagai simbol dalam esai ini untuk menyampaikan pesan perjuangan kepada seluruh masyarakat Semenanjung Korea di tahun 1955 untuk tetap berteguh hati dan tidak berputus asa meskipun pada saat itu mereka sedang berada dalam keterpurukan pasca Perang Korea.

This journal discusses about symbols analysis that contained in Korean essay entitled Bori written by Han Heuk Goo from a book of essay collection entitled Hanguk Beseteu Suphil 70 and used semiotic approach to analyze the meaning of symbols in this essay. In conducting the research, the writer used descriptive qualitative and study of literature from books and related articles. The study begins with translating the essay and find other sources related to Bori essay. The writer found the conclusion that Han Heuk Goo used symbols in this essay to giving fight spirit for all of the people in Korean Peninsula in 1955. She wanted to encourage them to keep fight for living and not to losing hope eventhough they were in an adversity situation caused by Korean War."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Deppen , 1988
302.222 3 LAM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>