Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Denny J.A.
Jakarta: Miswar, 1990
322.4 DEN g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Christianto Wibisono
Jakarta: Pusjarah ABRI, 1970
992 CHR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Christianto Wibisono
Djakarta : Departemen Pertahanan dan Keamanan, 1970
959.8 CHR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dicky Yanuar H.
"Dalam perkembangannya, Gerakan Mahasiswa angkatan 1998 pasca jatuhnya rezim Orde Baru, sangat sulit dilihat sebagai suatu unsur monolitik dari bagian civil society karena meliputi berbagai varian dan mempunyai banyak perbedaan afiliasi dari masing-masing kelompok Gerakan Mahasiswa tersebut. Fenomena-fenomena ini seringkali menyebablcan terjadinya perselisihan bahkan perpecahan di antara kelompok-kelompok Gerakan Mahasiswa itu sendiri.
Penelitian ini difokuskan pada Gerakan Mahasiswa 1998 khususnya di Jakarta, pada tiga kelompok aksi mahasiswa yang muncul di permukaan menggerakan berbagai aksi, pasca jatuhnya rezim orde baru. Permasalahan yang diajukan mengenai Iatar belakang kelompok gerakan, basis massa, strategi gerakan, dan eksistensi masing-masing kelompok dalam mengusung agenda reformasi dan salah satunya yang marak dibawakan dalam setiap aksi mahasiswa adalah pemutusan hubungan total dengan rezim lama (cleansing regime) pada masa sesudah kejatuhan Soeharto. Untuk menjawab permasalahan tersebut dipinjam teori teori hegemoni dari Antonio Gramsci, teori demokratisasi dan kebangkitan kekuatan civil society dari Samuel P Huntington dan Richard Robinson, serta teori gerakan sosial baru dari Sylvia Bashevkin dan Jeff Haynes untuk menjelaskan munculnya gerakan mahasiswa 1993, dan pemetaan kelompok- kelompok aksi gerakan mahasiswa di Indonesia yang diajukan oleh Anders Uhlin untuk menganalisa tipologi dan perbedaan dari kelompok-kelompok gerakan mahasiswa 1998.
Dengan menggunakan teknik wawancara dan Studi pustaka, dikumpulkan data-data yang kemudian di analisa dengan menggunakan analisa kualitatitf Dari analisa tersebut penulis menemukan bahwa : gerakan mahasiswa 1998 sebenarnya memiliki kesamaan visi dalam melihat suatu masalah, perbedaan justru terlihat pada alat yang digunakan, seperti metode aksi dan strategi pergerakan, yang seringkali justru menimbulkan perpecahan pada gerakan mahasiswa 1998 itu sendiri. Hal ini diperburuk dengan masuknya kooptasi elit dan problem eksistensi, sehingga gerakan-gerakan yang dilakukan hanya bersifat aktualisasi egoisme dan heroisme semata, dan cenderung masuk kedalam kooptasi elit kekuasaan sehingga hanya menjadi alat permainan para elit politik.

During the movement of the New Order regime, the rise of class of 1998 , its hard to be recognized as the monolhitic element from the part of civil society, because its covering very complicated to see that movement as a monolithic element divide of civil society, because its covering many variant and having a lot of diversites of affiliation from each of the student movement, this phenomena always make the student movement groups fall apart.
This research is Focus from the movement of class of 98 especially in Jakarta, with three group of the student action, which active to move a student campaign, after the fall of the new order regime. Set of problem from this research concerning the student movements background mass bases, movement strategy dan the existence each of student movement group, to champaign the reformation agenda. The mast interesting agenda is make severance relations with old regime (cleansing regime) after the fall of Soeharto. To answer that questions, this research borrowed the Hegemony theories from Antonio Grantsci, the democratization and civil society theories from Samuel P. Huntington and Richard Robinson, which connected with the social movement theory from Slyvia Bashevkin and Jeff Haynes to explained the emerge the student movement in 1998, and mapping of student movement in lndonesia from Anders Uhlin to analysed the difference and tipology the student movement of class of 98 groups.
Collecting the data process with reviewing the literature and in-depth interview technigne, then analysed with the qualitatif approach. From that analysis, the writer result: In fact, the movement of class of 98 has a same perspective to see the problem, but had different opinion to see how the instruments worked like movement strategy and action methods, that difference always make a friction between the movement action groups. This fact also influenced by elite interest and exsistence problem, which cause characteristic of the movement onLy base on egoism actualitzation and heroism, and inclined begin come into elite circle interest.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22489
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunniyah
"Nasionalisme adalah sesuatu yang dinamis yang dapat disesuaikan dengan perkembangan jaman. Hal ini seperti yang diutarakan Sukarno bahwa nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang memiliki pengertian luas, dimana dapat dijabarkan secara luas pula yaitu dengan adanya rasa kepedulian/kepekaan terhadap nasib yang menimpa bangsa.
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang ingin menggambarkan bagaimana sebenamya nasionalisme mahasiswa BEM UI dan sejauh mana mereka mewujudkannya dalam aksi-aksi yang mereka lakukan. Selanjutnya penelitian ini juga ingin melihat apa saja yang mempengaruhi jalannya aksi dan sejauh mana peran dari pengurus BEM UI, yang dalam hal ini adalah sebagai elit kampus yang memiliki wewenang untuk membuat suatu kebijakan yang dapat mempengaruhi linglclmgan kampus atau pun lingkungan di Iuarnya.
Dalam penulisan ini dapat dilihat bahwa mahasiswa yang tergabung dalam BEM UI memiliki nasionalisme, dimana mereka. akan merasa terpanggil atau merasa memillki tanggung jawab moral ketika melihat atau pun mendengar isu-isu yang dianggap merugikan rakyat banyak. Mereka merasa dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia, untuk itu mereka perlu melakukan sesuatu demi perubahan ke arah yang lebih baik seperti yang pemah dilakukan mahasiswa sebelumnya. Rasa kepedulian yang mereka miliki itu kemudian diwujudkan dengan melakukan aksi, seperti aksi tentang kenajkan BBM, Pendidikan, Korupsi dan scbagainya Hal ini seperti yang diutarakan oleh Anthony Smith, bahwa nasionalisme adalah rasa sentimen memiliki bangsa yang dapat mengarah pada suatu gerakan sosial politik.
Aksi yang dilakukan mahasiswa BEM-UI ini pada dasarnya lebih merupakan aksi moral karena mahasiswa tidak memiliki kepentingan untuk merebut kekuasaan. Apa yang mereka lakukan lebih kepada tataran nilai. Aksi mahasiswa BEM UI ini termasuk ke dalam social movement (gerakan sosial) karena di dalam BEM UI dapat dilihat adanya suatu organisasi yang memiliki tujuan, memiliki jaringan melalui senat-senat fakultas ataupun BEM se-Indonesia, selain itu juga ada aktor di belakang aksi-aksi yang dilakukan oleh mahasiswa yang tergabung dalam BEM UI, seperli Ketua BEM UI dan Kabid Sospolnya.
Kedua elit BEM UI ini memiliki wewenang untuk menentulcan atau mengarahkan kemana jalannya aksi. Namun biasanya aksi yang dilakukan BEM UI adalah aksi yang damai bukan aksi yang radikal ataupun anarkis. Dimana mahasiswa BEM UI terlihat sangat hati-hati di dalam menyikapi isu yang berkembang untuk kemudian disikapi dengan aksi. Dalam melakukan aksinya, mahasiswa BEM UI juga tak lupa menggunakan jaket kuning dengan bendera merah pulih ataupun bendera organisasinya yang seakan menunjukkan identitasnya. Sebagai mahasiswa UI yang masih terus konsisten untuk memperjuangkan kepentingan bangsa atau kepentingan rakyat banyak seperti yang telah diperjuangkan mahasiswa UI sebelumnya. Pemakaian simbol-simbol atau lambang-lambang ini tidak seperti yang diutarakan Anthony Smith yang lebih menekankan adanya simbol hanya pada suatu etnik tertentu di dalam memahami nasionalisme. Tetapi dalam penulisan ini ternyata dapat dilihat bahwa organisasi mahasiswa juga memiliki simbol-simbol atau lambang tersendiri di dalam menuangkan/mewujudkan rasa nasionalismenya. Dalam penulisan ini juga dapat dilihat seoara garis besar bagaimana aksi yang dilakukan mahasiswa BEM UI Pasca Reformasi yang meliputi waktu 1999-2006. Hal ini sebenarnya juga menunjukkan bahwa nasionalisme hanya dapat dipahami dalam jangka waktu tertentu/panjang bukan dalam waktu yang singkat/sesaat seperti yang diutarakan Anthony Smith.
Akhirnya dapat diketahui pula bahwa temyata mahasiswa memilih cara pandang tersendiri dalam melihat nasionalisme yang antara lain bisa saja dipengaruhi oleh ideologi atau pemikiran mereka. Dimana pemikiran itu mungkin saja berbeda antara organisasi satu dengan yang lain namun sebenarnya tujuannya adalah sama yaitu untuk kepentingan rakyat. Ini pula yang terjadi dalam organisasi mahasiswa yang ada di UI Sehingga clapat dilihat bahwa aksi mahasiswa Pasca Reformasi?98 adalah aksi yang berjalan sendiri-sendiri sesuai dengan isu yang diusungnya BEM UI pun membagi isu yang diusungnya berdasarkan dua kategori yang mereka sebut dengan istilah Student Protest (ketika mendengar isu langsung disikapi dengan aksi/isu yang datangnya tidak diduga, seperti aksi tentang BBM, Impor Beras dan sebagainya) dan Student Movement (aksi yang dianggap relevan untuk terus dikaji sewra terus menerus selama beberapa tahun ke depan, seperti aksi tentang Korupsi dan Pendidikan)."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22150
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didik Supriyanto
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998
378.19 DID p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fahrud Kartanegara
Jakarta: Golden Terayon Press, 1994
371.8 KAR c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Lembaga Studi Pers dan Pembangunan, 1999
320.095 98 NEG
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Asifa Kurnia Putri
"ABSTRACT
Penyalahgunaan kekuasaan negara pada beberapa rezim pemerintahan melalui aparat-aparatnya menghasilkan beberapa bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan. Terlebih lagi, pengabaian penyelesaian kasus-kasus pelanggaran berat HAM juga dilakukan oleh negara. Hal ini mengakibatkan munculnya reaksi sosial non-formal berupa gerakan sosial yang yang dikenal dengan ldquo;Aksi Kamisan rdquo; atau ldquo;Aksi Payung Hitam. rdquo; Gerakan ini muncul untuk menuntut dan mendorong negara menyelesaikan kasus pelanggaran berat HAM masa lalu. Dalam hal ini, penelitian berfokus pada penyelesaian tiga kasus secara hukum, yaitu Trisakti, Semanggi 1, dan Semanggi 2. Pada dasarnya, gerakan ini bertujuan untuk mengungkap kebenaran, mencari keadilan dan menolak lupa atas berbagai pelanggaran berat HAM masa lalu dan kekerasan yang terjadi secara terus-menerus. Berbagai upaya yang dilakukan korban/keluarga korban untuk mencari keadilan didampingi beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, salah satunya Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan KontraS dalam melakukan advokasi. Dengan menggunakan metode penelitian in-depth interview yang melibatkan beberapa stakeholder, peneliti berusaha untuk menjelaskan mengapa hingga 11 tahun umur Aksi Kamisan masih belum dapat mencapai keberhasilan. Dilihat dari beberapa indikator perubahan reformasi hukum, penelitian ini menunjukkan bahwa ketidakberhasilan upaya advokasi oleh Aksi Kamisan menandakan ketidakefektifan reformasi hukum yang berdampak kepada ketidakefektifan gerakan sosial.

ABSTRACT
Abuse of powers in some government regimes through its apparatus produced some form of crime against humanity. As a further matter, the state also neglected the settlement of gross human rights violation cases, resulting an informal social reaction in the form of social movement known as ldquo Aksi Kamisan rdquo or ldquo Aksi Payung Hitam. rdquo This movement insists and urges the state to solve gross human right violation cases of the past. This study focuses on the settlement of three legal cases, namely Trisakti, Semanggi 1, and Semanggi 2. In principle, Aksi Kamisan aims to reveal the truth, seek justice, and refuse to forget the gross human rights violations and perpetual violence that happened in the past. Various efforts have been made by victims families of victims accompanied by several NGOs, including KontraS, to seek justice, for example doing advocacy in several institution. Using an in depth interview method involving several stakeholders, researcher attempts to explain why Aksi Kamisan which has been running for 11 years met with no success. Based on some indicators of legal reform, this study shows that unsuccessful advocacy by Aksi Kamisan indicates the ineffectiveness of legal reforms that lead to the ineffectiveness of social movements. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariyadhie
Jakarta: Citra Mandala Pratama, 1995
378.19 HAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>