Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Rana Farrasanti
"Omeprazol adalah obat golongan proton pump inhibitor (PPI) yang efektif dalam pengobatan penyakit refluks gastroesofageal (PGRE). Sediaan yang tersedia secara komersial adalah kapsul yang berisi pelet salut enterik karena omeprazol cepat terdegradasi dalam suasana asam. Omeprazol merupakan lini pertama bagi pasien bayi dan anak, namun sediaan larutan belum tersedia menjadi kendala jika diberikan pada pasien anak maupun pasien dengan pemberian secara nasogastric tube (NGT). Penggunaan natrium bikarbonat sebagai pelarut sekaligus penetral asam lambung merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan penggunaan omeprazol. Stabilitas omeprazol dalam natrium bikarbonat perlu dievaluasi pada berbagai kondisi penyimpanan. Tugas akhir ini menganalisis beberapa artikel terkait stabilitas kapsul omeprazol pada sediaan cair, serta memberikan rekomendasi mengenai masa simpan, kondisi penyimpanan serta formula yang stabil. Artikel terkait diambil melalui Google Scholar, ScienceDirect, SAGE Journals, dan website BPOM untuk rentang tahun 1991 hingga 2020. Pencarian terfokus pada stabilitas kapsul omeprazol, suspensi siap pakai omeprazol, dan omeprazol dalam larutan natrium bikarbonat. Hasil dari analisis didapatkan bahwa formulasi dengan larutan natrium bikarbonat terbukti dapat mempertahankan pH cairan diatas 7,8. Eksipien lain seperti agen pensuspensi dan pengawet diperlukan untuk meningkatkan viskositas dan kestabilan fisik sediaan. Pemanis dapat ditambahkan secukupnya untuk meningkatkan kepatuhan pasien terutama anak-anak. Suhu optimal untuk menjaga kestabilan sediaan ini yaitu pada suhu dingin (2oC-8oC) yang stabil hingga 150 hari. Jika disimpan pada suhu ruang (15oC-30oC) suspensi stabil selama ±14 hari. Wadah paling baik menggunakan botol kaca cokelat untuk melindungi sediaan dari cahaya matahari.

Omeprazole is a proton pump inhibitor drug in the treatment of gastroesophageal disease (GERD). The commercial drugs are capsule containing enteric-coated pellets because it’s rapidly degraded in an acid condition. Omeprazole become the first-line drug for infant and pediatric patients, but because the solution form isn’t available yet, it become problems for pediatric patients and also patients with a nasogastric tube (NGT). Using sodium bicarbonate, as a solvent also neutralizing agent, is one of the method to overcome the limitations of omeprazole. The stability of omeprazole in sodium bicarbonate need to be evaluated in various storage conditions. This final report will analyze journals related to the stability of omeprazole in oral solution, also provide recommendations regarding shelf life, storage conditions and good formula. Related articles were identified through Google Scholar, ScienceDirect, SAGE Journals, and the BPOM website for the period 1991 to 2020. The search terms used included omeprazole capsule stability, extemporaneous omeprazole suspension, and omeprazole in sodium bicarbonate solution. The results are formulations with sodium bicarbonate solution are proven to be able to maintain pH above 7,8. Other excipients such as suspending agents and preservatives are needed to increase the viscosity and physical stability of omeprazole suspensions. Sweeteners can be added sufficiently to improve patient compliance, especially pediatric patients. The optimal temperature to maintain the stability of omeprazole suspension is at cold temperature (2-8oC) which stable for 150 days. If the suspension stored at room temperature (15oC-30oC) stable for ±14 days. It’s recommended to use a amber glass to protect the suspension from light."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florencia Evelyn
"Pembelajaran anatomi masih memerlukan kadaver untuk mempelajari tubuh manusia secara utuh. Ketika kadaver sudah tidak digunakan dan akan dikebumikan, hal ini akan menimbulkan masalah. Proses dekomposisi kadaver yang telah diawetkan dengan formalin akan mengalami keterlambatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan. Toksisitas formalin dapat berkurang dengan proses penetralan formalin dengan suatu garam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat dekomposisi pada otak mencit yang diawetkan dengan formalin yang diberi penetral natrium bikarbonat dan yang tidak diberi penetral. Penelitian ini menggunakan 18 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol (tidak diberi pengawet), kelompok yang diawetkan dengan formalin 4%, dan kelompok yang diawetkan dengan formalin 4% lalu diberi penetral natrium bikarbonat. Mencit dikebumikan selama 6 minggu. Penilaian tahapan dekomposisi dilakukan dengan adanya penurunan massa dan data tahapan dekomposisi dinilai secara semikuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada penurunan massa dan tahapan dekomposisi antara kelompok formalin yang diberi penetral natrium bikarbonat dan tidak diberi penetral. Peneliti menduga hal ini terjadi karena suhu dan kandungan bikarbonat pada penetral yang diduga dapat meningkatkan pH tanah dan mempengaruhi proses dekomposisi yang terjadi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada jaringan otak yang diawetkan dengan formalin 4% tidak direkomendasikan penambahan penetral natrium bikarbonat.

Anatomy studies still require cadavers to study the human body. When the cadaver is no longer used and is about to be buried, this can make problems. The decomposition process of cadaver that preserved with formalin will be delayed and causes environmental pollution. The toxicity of formalin can be reduced by neutralizing the formalin. This study aims to determine the difference in the level of decomposition in the brains of mice that were preserved with formalin then neutralized with sodium bicarbonate and those that were not given sodium bicarbonate. This study used 18 mice (Mus musculus) which were divided into three groups. There were control group (not given preservative), group preserved with 4% formalin, and group preserved with 4% formalin then neutralized with sodium bicarbonate. All groups of mice were buried for 6 weeks. The decomposition stage will be assessed with the decrease in mass and semiquantitatively on its decomposition stage. Based on the results of this study, there was no significant difference between the formalin group and the group that was neutralized. Researchers suspect this happens because the temperature and bicarbonate in the neutralizer which is thought to increase soil pH and affect the decomposition process. Therefore, it can be concluded that brain tissue preserved with 4% formalin is not recommended for neutralization with sodium bicarbonate."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pujisriyani
"ABSTRAK
Latar Belakang: Terapi intravena (IV) sangat penting bagi pasien yang tidak mampu atau dibatasi penggunaan saluran cernanya untuk dapat memasukkan cairan, nutrisi dan obat-obatan. Meskipun terapi IV rutin dilakukan, risiko tindakan tetap ada, misalnya terjadi hematoma, infeksi, plebitis, dan ekstravasasi. Tujuan studi ini adalah mengetahui efek dari cairan saline terhadap kasus ektravasasi natrium bikarbonat.
Metoda: Studi ini mencari hubungan korelasi antara pengunaan cairan saline terhadap kasus ekstravasasi natrium bikarbonat pada tikus. Dengan memakai 2 kelompok, kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, masing-masing kelompok berjumlah 7 tikus.
Hasil : Hubungan antara cairan saline dan kematian kulit adalah bermakna (sig. 0.021). Semakin banyak cairan saline yang digunakan akan mengurangi luas kematian kulit pada kasus ekstravasasi. Kesimpulan: Dengan memakai cairan saline sebagai cairan yang dapat mendilusi efek basa pada ekstravasasi natrium bikarbonat dapat menjadi pilihan tatalaksana kasus ekstravasasi. Studi ini masih dalam tahap hewan coba sehingga diperlukan studi lanjutan untuk menganalisis peran cairan saline pada ekstravasasi yang terjadi di pasien.

ABSTRACT
Background: Intravascular (IV) therapy is essential for the administration of nutrition and medications to patients because they are unable to maintain fluid and electrolyte balance. Although routine and common, peripheral IV therapy carries risks including hematoma formation, infection, phlebitis, infiltration, and extravasation. The aim of this studi is providing information of the effect of normal saline as dilution agents using the flush-out technique in extravasation cases.
Methods: In order to analyze the correlation between the usage of normal saline to sodium bicarbonate extravasation in rats, this study was using the two groups, the control group and the treatment group, each group has 7 rats. Results: The correlation between normal saline and necrotic skin was significant (sig. 0021). The more saline that is used will reduce the area of the necrotic skin of extravasation.
Conclusion: By using saline as the fluid that can dilute alkaline effect on the extravasation of sodium bicarbonate, this might be an option for managing cases of extravasation. This study is still in the stage of experimental animals that needed further study to analyze the role of normal saline in the extravasation occurred in patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gladies Mercya Grameinie
"ABSTRAK
Perubahan status metabolisme pada sel kanker diduga berhubungan dengan penyesuaian dirinya terhadap perubahan lingkungan mikro sel. Lingkungan mikro sel kanker yang bersifat asidosis diakibatkan adanya peningkatan produksi laktat.Produksi laktat meningkat karena sel kanker mengalami metabolisme glikolisis dalam keadaan normoksia, ini yang dikenal dengan fenomena Warburg.Akumulasi laktat diduga mempengaruhi transporter monokarboksilat 1 dan 4 dalam sel kanker. Dalam penelitian ini membahas ekspresi laktat dehidrogenase A dan B yang berperan dalam perubahan laktat dan dilihat hubungannya dengan kadar laktat intraseluler dan transporter monokarboksilat yang mengatur keseimbangan laktat sel.Desain penelitian adalah eksperimental in vitro menggunakan sel punca kanker payudaraCD24-/CD44+ yang di beri natrium bikarbonat selama 0.5 jam, 24 jam dan 48 jam. Sel di kultur dalam DMEM F-12 ditambahkan Hepes. Kemudian di harvest sesuai waktu inkubasi dan di ekstraksi sel. Hasil ekstraksi sel di bagi dua untuk di lakukan uji laktat dengan kit lactate colorimetric assay dan untuk isolasi RNA menggunakan tripure isolation reagen serta di analisis menggunakan qRT-PCR.Hasil penelitian menunjukkan pemberian natrium bikarbonat pada sel punca kanker payudara CD24-/CD44+ dapat meningkatkan pHe.Ekspresi LDH-A, MCT4 dan MCT1 tinggi di awal inkubasi sebagai respon adaptif sel. sedangkan Ekspresi LDH-Bmulai tinggi setelah 24 jam dan 48 jam. Peningkatan laktat intraseluler terjadi dalam inkubasi 24 jam pada sel yang diberikan natrium bikarbonat. Dalam menjaga keseimbangan laktat antara dalam dan luar sel ekspresi LDH-A dan MCT-4 mulai diturunkan ekspresinya oleh karena akumulasi laktat di dalam sel. Namun setelah 48 jam Laktat intraseluler mulai menurun oleh karena penurunan MCT1 yang mulai ditekan. Sehingga laktat yang berada dalam sel berasal dari ekstraselular.Di lihat dari pola ekspresi gen LDH-A, LDH-B, MCT1 dan MCT4 dapat disimpulkan adanya perubahan metabolisme akibat pemberian natrium bikarbonat dari glikolisis anaerob menjadi aerob.

ABSTRACT
Changes in the status of metabolism in cancer cells is thought to relate to his adjustment to changes in the microenvironment of the cells. Microenvironment of cancer cells that are acidosis due to an increase in lactate production. Lactate production increases because the cancer cells metabolized glycolysis in a state normoksia, is known as the phenomenon of Warburg. Lactate accumulation is expected to affect transporter monocarboxylic 1 and 4 in cancer cells. In this study discusses the expression of lactate dehydrogenase A and B, which plays a role in the change of lactic and views its relationship with lactate levels of intracellular and transporter monocarboxylic that regulates the balance of lactic cells. The study design is experimental in vitro using breast cancer stem cells CD24-/CD44+ were given sodium bicarbonate for 0.5 hours, 24 hours and 48 hours. Cells cultured in DMEM F-12 was added Hepes. Then at harvest appropriate incubation time and cell extraction. The results in the cell extraction for two to do tests on lactate with lactate kit and colorimetric assay for RNA isolation using tripure isolation reagents and analyzed using qRT-PCR. The results showed administration of sodium bicarbonate in breast cancer stem cell CD24-/CD44+ can enhance the PHE. Expression of LDH-A, MCT4 and MCT1 high at the start of incubation as an adaptive response of cells.while the Expression of LDH-B started higher after 24 hours and 48 hours. Increased lactate intracellular occur within 24 h incubation the cells were given sodium bicarbonate. In maintaining the balance of lactate between the inside and outside of the cell expression of LDH-A and MCT-4 began to be revealed expression because of the accumulation of lactate in the cell. But after 48 hours Lactate intracellular began to decline because of a decrease in MCT1 began suppressed. So that the lactate that are in cells derived from the extracellular. In view of gene expression patterns of LDH-A, LDH-B, MCT1 and MCT4 concluded their metabolism changes as a result of administration of sodium bicarbonate from anaerobic into aerobic glycolysis"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mailani Wulandari
"Asuhan Keperawatan Kerusakan Gigi Melalui Tindakan Oral Hygiene Menggunakan Larutan Garam dan Sodium Bicarbonate Di Panti Sosial Tresna WerdhaPeningkatan jumlah penduduk di perkotaan memicu timbulnya masalah kesehatan terutama pada kelompok rentan yang salah satunya adalah populasi lansia. Masalah kesehatan yang sering terabaikan pada lansia adalah masalah kesehatan gigi dan mulut. Tujuan studi kasus ini adalah untuk menganalisis hasil praktik klinik pada lansia dengan masalah kerusakan gigi melalui intervensi oral hygiene menggunakan larutan air garam dan sodium bicarbonate. Praktik klinik dilakukan di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung selama tujuh minggu terhadap tiga orang lansia dengan melakukan intervensi oral hygiene dengan menggunakan sendok teh garam dan sendok teh sodium bicarbonate yang dilarutkan dalam 250 ml air hangat dan dilakukan minimal dua kali sehari. Hasil akhir pengukuran status oral health pada lansia menggunakan Oral Health Assessment Tool OHAT menunjukkan adanya peningkatan status kesehatan mulut, seperti tidak adanya sisa makanan, plak, mukosa lembab, lidah bersih dan berwarna merah muda serta nyeri yang berkurang. Selain itu, didapatkan peningkatan nafsu makan dan status mental terutama pada komponen mengingat. Diharapkan adanya peran serta dari perawat dan care giver untuk membantu lansia melakukan oral hygiene dan mencuci mulut dengan larutan garam dan sodium bicarbonate minimal dua kali sehari guna meningkatkan status kesehatan mulut dan kualitas hidup lansia.

Nursing care of Elderly with Impaired Dentition Through The Action of Oral Hygiene Using A Solution of Salt Water and Sodium Bicarbonate at Elderly Social InstitutionDensity of population in urban areas triggered the onset of health problems especially on vulnerable groups, one of which is the elderly population. Health problems that are often neglected in the elderly is the oral health problems. The purpose of this case study is to analyze the results of the clinical practices on the elderly with the problem of impaired dentition through the intervention of oral hygiene by using a solution of salt water and sodium bicarbonate. Clinical practice was performed at Elderly Social Institution Budi Mulia 1 Cipayung for seven weeks against three elderly people intervene with oral hygiene and wash the mouth using a teaspoon salt and teaspoon of sodium bicarbonate that dissolved in 250 ml of warm water and conducted a minimum of twice a day. The final results of the measurements of oral health status in the elderly using Oral Health Assessment Tool OHAT showed an increase in oral health status. In addition, there was an increase in appetite and mental status, especially in the recall component. It is expected that the participation of nurses and care giver to help elderly perform oral hygiene and washing the mouth with salt and sodium bicarbonate solution at three times a week to improve the oral health status and quality of life of the elderly."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library