Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Dwi Rachmawati
"Penelitian ini berfokus untuk melihat efektivitas metode coaching dalam mengembangkan keterampilan sosial yang berhubungan dengan relasi interpersonal, yaitu perilaku menyapa, bercakap-cakap dan bermain informal. Penelitian dilakukan kepada seorang subyek yang berada pada periode perkembangan kanak-kanak madya. Desain penelitian yang digunakan adalah desain single-n dengan tipe A-B-A.
Metode coaching ini terdiri dari tiga tahap. Tahap instruksi menggunakan diskusi, cerita bergambar untuk analisis perilaku, tahap performa perilaku dengan bermain peran menggunakan media puppet dan bantuan teman (peer initiation), serta tahap generalisasi dilakukan pada berbagai setting. Pengukuran dilakukan sebelum program dimulai dan sesudah program selesai, menggunakan kuesioner bergambar, observasi terhadap target perilaku dan kuesioner rating by others.
Disimpulkan bahwa: 1) metode coaching efektif dalam mengembangkan keterampilan interpersonal menyapa; 2) untuk keterampilan bercakap-cakap dan bermain informal, metode coaching terbukti cukup efektif sampai tataran kognitif, namun belum dalam bentuk perilaku; 3) diperkirakan terjadi perubahan persepsi yang lebih positif dalam diri subyek ketika menghadapi interaksi sosial.

This study is focused on discovering the efectivity of coaching method in developing social skills related to interpersonal relation; greeting others, making conversation and playing informally. The subject of this study is an individual in the middle childhood period. This study using the single-n design with A-B-A type.
Coaching method consist of three stages. First, the instruction stage involved discussion and comic strip as a mean of behavior analysis. Second, behavior performance stage using paper puppet and peer initiation. Last, generalization stage done in several different settings. This study using three tools to measure its effectiveness; questionnaire in form of comic illustration, behavior check list of target behavior, and rating by others questionnaire. The measurement is conduct on pre and post program.
The following are the results : 1) coaching method is proven to be effective in developing greeting behavior 2) coaching method is proven to be effective on cognitive level but not behavior for making conversation and playing informally behavior, 3) it is estimated that subject has experience a perception changes into a positive state in facing social interaction.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31151
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erynda Trihardja
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara mediasi televisi oleh orang tua dan kompetensi sosial pada anak usia prasekolah (3 – 5 tahun). Mediasi televisi terbagi menjadi tiga tipe, yaitu mediasi aktif, restriktif, dan pendampingan. Di sisi lain, kompetensi sosial dilihat dari adanya keterampilan sosial dan ketiadaan masalah perilaku. Pengukuran mediasi televisi oleh orang tua menggunakan Skala Mediasi Televisi yang dibuat oleh Valkenburg, dkk. pada tahun 1999 dan pengukuran kompetensi sosial menggunakan The Preschool Social Skill Rating System, Parent Form yang dibuat oleh Gresham dan Elliot pada tahun 1990. Responden penelitian berjumlah 185 orang tua yang memiliki anak berusia prasekolah (3 - 5 tahun).
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapatnya hubungan positif yang signifikan antara ketiga tipe mediasi televisi yang dilakukan orang tua dan keterampilan sosial anak usia prasekolah. Artinya, ketika orang tua melakukan mediasi aktif, restriktif, atau pendampingan, anak menunjukkan keterampilan sosial yang lebih tinggi. Namun penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ketiga tipe mediasi dan masalah perilaku.

This study was conducted to find the relationship between parental television mediation and social competence among preschool children. Television mediation is divided into three types, which is active, restrictive, and coviewing mediation. On the other hand, social competence concept includes social skills and problem behavior. Parental television mediation was measured using an adaptation instrument of Television Mediation Scale by Valkenburg, etc. in 1999 and social competence was measured using an adaptation instrument of The Preschool Social Skill Rating System, Parent Form, by Gresham and Elliot in 1990. Respondent of this study are 185 parents who have preschool age children.
The result of this study show that the three types of parental television mediation trait positively and significantly correlated with preschool children’s social skills. That is, when parents do active, restrictive, or coviewing mediation, preschool children show a higher social skills. Moreover, this study also shows that the three types of parental television mediation have no correlation with preschooler’s problem behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45236
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariyanto
"Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Pelatihan Keterampilan Sosial Sebagai Persiapan Program Sosialisasi. Tujuan pokok pelatihan keterampilan sosial adalah untuk meningkatkan keterampilan sosial individu dan mengatasi hambatan hubungan sosial mereka.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) Mengetahui apakah pelatihan Keterampilan Sosial (Social Skill Training) dapat mengatasi hambatan hubungan sosial dalam proses sosialisasi dalam lembaga, (2) Mengetahui perubahan-perubahan yang dicapai dalam hubungan sosial anak dengan ayah, ibu, keluarga pengasuh dan teman sebayanya setelah SST, (3) Mengetahui apakah SST dapat mempersiapkan anak dalam menerima program sosialisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum SST efekfif untuk meningkatkan keterampilan sosial individu, hal ini diperoleh dari informasi catatan harian, catatan observer, catatan pelatih maupun hasil evaluasi tim pelatih setelah selesai pelatian yang pada prinsipnya mengatakan bahwa SST telah memberikan pemahaman lebih baik mengenai diri sendiri maupun dalam hubungannya dengan orang lain. SST juga efekfif untuk mengatasi hambatan hubungan sosial .kelayan, hal ini ditunjukkan oleh perbedaan skor hambatan hubungan sosial dalam semua aspek sebelum dan sesudah pelatihan, dimana skor menunjukkan kecenderungan makin kecil setelah pelatihan dan bertahan sampai periode tindak lanjut.
Hubungan sosial anak dengan ayah asuh, ibu asuh, keluarga asuh dan dengan teman sebaya maupun hubungan sosial orang tua asuh dengan anak asuh, sebelum pelatihan keterampilan sosial sebagian besar mengalami permasalahan. Sesudah pelatihan jumlah tersebut cenderung mengalami penurunan, kondisi ini bertahan sampai periode tindak lanjut. Dengan kata lain setelah dilakukan pengukuran pada periode tindak lanjut hanya sebagian kecil saja responden yang mengalami permasalahan dalam hubungan sosialnya.
Pelatihan Keterampilan sosial yang dilaksanakan oleh penulis meliputi : (1) Cara-cara mengemukakan keluhan, (2) Cara-cara menuntut hak, (3) Cara-cara menolak permintaan, (4) Cara-cara menyarankan perubahan perilaku dan (5) Cara-cara meningkatkan hubungan sosial dengan orang yang berbeda status.
Evaluasi setelah pelatihan keterampilan sosial menunjukkan bahwa anak-anak menjadi lebih. terbuka, lebih memahami dirinya dan hubungannya dengan orang lain - dengan cara -yang benar. Hal ini ditunjylckan dengan tidak adanya konflik sesama kelayan maupun antara kelayan dan pengasuh pada fase-fase awal anak memasuki asrama dan ini tidak terjadi pada anak-anak angkatan sebelumnya. Disisi lain anak-anak 100% menyatakan siap mengikuti program: dan siap mengembangkan keterampilan sosialnya, informasi ini diperoleh dari lembar evaluasi setelah selesai modul janji suci oleh Dr. Clara."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theodora Natalia Kusumadewi
"Banyak penelitian di seluruh dunia mengenai penggunaan internet memfokuskan pada topik penggunaan internet game online, setelah dilaporkan banyak pemain internet game online (gamer) secara mengkhawatirkan menjadi sangat menggemari (ke arah kecanduan) dan juga menunjukkan perilaku anti sosial selama bermain, termasuk melanggar peraturan dan menghindari tanggungjawab sosial (Loton, 2007). Tujuan dari penelitian ini sendiri adalah mencari hubungan antara kecanduan terhadap internet game online dengan keterampilan sosial pada 187 remaja (77,5% laki-laki) dengan rata-rata usia partisipan penelitian: 16,7. Seluruh partisipan telah melengkapi skala Internet Addiction Disorder (IAD) milik Ivan Goldberg dan skala Social Skills Inventory (SSI) milik Ronald Riggio, yang keduanya telah diadopsi ke dalam bahasa Indonesia.
Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecanduan internet game online dan keterampilan sosial pada remaja dengan korelasi sebesar r=-.216**, signifikan pada l.o.s 0.01. Selain itu, ditemukan pula hubungan yang signifikan antara kecanduan internet game online dengan faktor usia dan dengan dua domain dari keterampilan sosial, antara lain, Emotional Sensitivity (ES) dan Social Expressivity (SE).
Researches around the world about internet using have focused to the topic after reports of gamers becoming alarmingly preoccupied (lead to addiction) with internet game online dan shows anti social behavior to support play, including breaking rules and neglecting social responsibilities (Loton, 2007). The aim of this study was to find a relationship between internet game online addiction and social skills among 187 adolescents (77,5% are male), with mean age: 16.7. All participants completed two scales: Internet Addiction Disorder (IAD) by Ivan Goldberg and Social Skills Inventory (SSI) by Ronald Riggio, both were adopted to Indonesian language.
This study reveals a significant association betweeen addiction and social skills in adolescents whose addicted to internet game online, with correlation r=-.216**, significant in l.o.s. 0.01. It is also found a significant relation among internet game online addiction to age factor and two social skills domains, are Emotional Sensitivity (ES) and Social Expressivity (SE).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Kresna Noer P.
"ABSTRAK
Setiap organisasi tentunya melakukan aktivitas komunikasi publik yang
merupakan peran dari boundary spanning dalam upayanya menyelaraskan
pertukaran informasi antara organisasi dengan lingkungan. Salah satu fungsi
komunikasi publik menurut Goldhaber (1993) adalah untuk membentuk dan
meningkatkan citra. Dalam membentuk dan meningkatkan citra diperlukan
pemahaman informasi yang baik dan benar antara sumber dan penerima informasi
sehingga aktivitas penciptaan dan penerimaan pesan bisa berjalan seperti yang
diharapkan. Penelitian dengan metode kuantitatif ini melihat seberapa besar
pengaruh komunikasi publik dalam membentuk citra perusahaan dengan studi
pada perusahaan produsen aspal buton PT. Aston Adhi Jaya yang melakukan
komunikasi publik berupa iklan, presentasi publik dan pemberitaan di media
massa.
Temuan pada penelitian ini menunjukan bahwa ketiga aktivitas
komunikasi publik yang dilakukan dapat membentuk citra pada tahapan kognitif,
namun hanya presentasi publik saja dan pemberitaan di media massa yang
signifikan membentuk citra sampai tahapan afektif. Mengingat besarnya peran
presentasi publik maka aktivitas ini perlu ditingkatkan untuk memberikan
pemahaman yang lebih baik atas suatu informasi mengenai PT. Aston Adhi Jaya
dan produknya. Selain itu perusahaan juga tidak menutup kemungkingan untuk
melakukan aktivitas komunikasi publik lainnya yang disesuaikan dengan publik
yang ingin dituju. Dalam penelitian ini juga terlihat bahwa peran media
konvensional masih efektif dalam membentuk citra.

ABSTRACT
Every organization certainly performs public communication activity ?
role of boundary spanning aiming to coordinate information exchange between
the organization and environment. As stated by Goldhaber (1993), one of the
public communication functions is to establish and improve image. In establishing
and improving the image, it is important to set up good and correct information
understanding between the source and receiver of information; thus, the message
composition and receipt may work well as expected. This quantitative-based
research is focused on how public communication influences the corporate image
establishment under the study on Buton Asphalt producing company - PT. Aston
Adhi Jaya ? which performs public communications of ads, public presentation
and news report in mass media.
The finding of this research shows that the three public communication
activities may establish image in cognitive stage, but, only public presentation and
news report in mass media can significantly establish image to affective stage.
Due to significant role of public presentation, this activity should be improved to
provide better understanding on the information regarding PT. Aston Adhi Jaya
and its products. In addition, it is also possible for the company to perform
different public communication activities adjusted with the targeted public. In this
research, it is obvious that the role of conventional media is still effective in
establishing the image."
2012
T30640
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus. Friyanka H. D.
"Skripsi ini membahas tentang hubungan antara kekerasan dalam pacaran dan keterampilan sosial pada mahasiswa laki-laki. Subyek penelitian berjumlah 87 mahasiswa laki-laki berusia 19 sampai 25 tahun. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara frekuensi kekerasan yang dilakukan dalam pacaran dan keterampilan sosial, dengan nilai korelasi (r) sebesar 0.290 (p < 0.01). Kemudian, didapati juga hubungan negatif yang signifikan antara frekuensi kekerasan yang dialami dalam pacaran dan keterampilan sosial, dengan nilai korelasi (r) sebesar 0.219 (p < 0.05). Dimensi - dimensi keterampilan sosial yang paling berkontribusi dalam kekerasan adalah emotional control dan social control.

The focus on this study is whether there is correlation between dating violence and social skills in male university students. Subjects were 87 male university students with age ranging from 19 to 25. This is a quantitative study with correlational design. The result of this study suggested that perpetration of dating violence have significantly negative correlation with social skills, in which r = 0.290 (p < 0.01). There is also found significantly negative correlation between victimization of dating violence and social skills, in which r = 0.219 (p < 0.05). Finally, the dimensions of social skills which have the biggest contribution to dating violence are emotional control and social control."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Wandansari
"Skripsi ini membahas tentang hubungan antara kekerasan dalam pacaran dan keterampilan sosial pada perempuan yang berada dalam masa dewasa muda, yaitu sekitar 18 – 40 tahun. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan negatif antara frekuensi kekerasan dalam pacaran dan keterampilan sosial, dengan nilai korelasi (r) sebesar -0.235 (p < 0.05). Bentuk kekerasan yang berhubungan secara signifikan adalah kekerasan psikologis dan kekerasan fisik. Dimensi-dimensi dari keterampilan sosial yang memiliki hubungan paling kuat dalam kekerasan adalah social expressivity dan social control.

The focus on this study is whether there is correlation between dating violence and social skill in young adulthood women, which is 18 – 40 years old. This is a qualitative study with correlational design. The result of this study is there is a significant correlation between dating violence and social skill, in which r = -0.235 (p < 0.05). Psychological aggression and physical assault have significant correlation with social skills. In other hand, social expressivity and social control have the strongest correlation to violence in the dimensions of social skills."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catharina Mila Yunianti Guritno
"Social withdrawal pada anak merupakan faktor risiko dari gangguan psikologis, seperti kecemasan dan depresi. Anak dengan social withdrawal perlu memelajari cara membina relasi positif dengan orang lain.Tesis ini memiliki desain penelitian single casedan menerapkan bentuk intervensi social skills training (SST) untuk meningkatkan keterampilan sosial yang nantinya dapat berkontribusi terhadap kompetensi sosial anak secara umum. Partisipan penelitian adalah anak perempuan berusia sembilan tahun dengan karakteristik social withdrawal tipe conflicted shyness. Sesi terapi dilakukan sebanyak dua belas kali selama lebih kurang 60 - 90 menit setiap sesinya. Hasil dari terapi ini adalah SST efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial anak. Perubahan terlihat dari dua keterampilan sosial yang sudah baik, yaitu keterampilan melakukan percakapan dan bekerja sama. Selain itu, anak juga sudah baik dalam mengenali emosi orang lain, meminta sesuatu, mengatakan tidak, dan menentukan masalah. Anak juga mengalami penurunan, terutama pada skala withdrawn dan social problems dari alat ukur Child Behavior Checklist (CBCL).

Social withdrawal among children is a risk factor steming from psychological problems such as anxiety and depression. A child that shows social withdrawal must learn to develop positive relationships with others. This thesis uses a single case research design and applies the social skills training (SST) intervention method in order to enhance social skills that will contribute to the general competence of the child. The research participant is an nine-year old girl having social withdrawal of the conflicted shyness type. Therapy is conducted through 12, 60-90 minute sessions. The results of this therapy is an effective SST to increase the child?s social skills. Change can be seen from two improved social skills: conversation and cooperation. Furthermore, the child has shown improvement in recognizing other people?s emotions, requesting something, saying ?no,? and identifying problems. The child also experienced reduced scores, particularly on the withdrawn and social problems scale from the Child Behaviour Checklist (CBCL)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T32606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Wakhid
"Latihan ketrampilan sosial dirancang untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan keterampilan sosial bagi seseorang yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi meliputi keterampilan memberikan pujian mengeluh karena tidak setuju menolak permintaan orang lain tukar menukar pengalaman menuntut hak pribadi memberi saran pada orang lain pemecahan masalah yang dihadapi dan bekerjasama dengan orang lain Michelson 1985
Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah diperolehnya gambaran hasil penerapan manajemen terapi latihan ketrampilan sosial pada klien isolasi sosial dan harga diri rendah dengan menggunakan pendekatan model hubungan interpersonal Peplau di ruang Antareja Rumah Sakit dr Marzuki Mahdi Bogor Penerapan latihan ketrampilan sosial dilakukan pada 18 klien di ruang Antareja mulai 10 September 9 November 2012
Hasil terapi latihan ketrampilan sosial merupakan terapi yang tepat dan dapat digunakan pada klien yang mengalam isolasi sosial dan harga diri rendah dimana seluruh klien dapat melakukan setiap sesi pada terapi latihan ketrampilan sosial
Berdasarkan hasil penelitian perlu direkomendasikan bahwa terapi latihan ketrampilan sosial dapat dijadikan standar terapi spesialis keperawatan jiwa yang dapat digunakan pada klien yang mengalam isolasi sosial dan harga diri rendah

Social skills training was designed to improve communication and social skills for someone was experienced difficulties in their interaction skills include giving reinforcement complain because they do not agree reject the request of other exchange experience demanding personal rights give advice to others problem solving and working with people sharing experience ask for privacy Michelson 1985
Objective this final assignment was to found describing result of Application of social skills training therapy management on Social isolation and low self esteem client with interpersonal relationship Peplau Model approach in RS Dr Marzoeki Mahdi Bogor Application of social skills therapy was done to 18 clients since 10 September 9 November 2012
Finding was revealed social skills training exactly effective may used for client with social isolation and low self esteem where all of clients who have done social skills therapy
Base on this finding recommended social skills training become to specialist standard therapy in psychiatric nursing and may used for social isolation and low self esteem clients Key word social skills training social isolation low self esteem Peplau interpersonal model
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yulita Patricia Semet
"Perilaku agresif pada anak merupakan faktor resiko terjadinya penolakan dari teman sebaya yang dapat menurunkan motivasi dan prestasi belajar anak di sekolah. Anak dengan perilaku agresif kurang mampu menyelesaikan masalah dengan orang lain secara positif, sehingga hubungan sosialnya pun terganggu. Tesis ini menerapkan social skills training (SST) dengan single-case design untuk meningkatkan keterampilan emosional dan sosial anak. Partisipan penelitian adalah anak perempuan usia 5 tahun 7 bulan dengan perilaku agresif. Terapi diberikan sebanyak delapan sesi yang masing-masing berlangsung kurang lebih 30-40 menit. Sesi terapi dilaksanakan dua hari sekali. Hasilnya adalah SST tidak efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial anak. Setelah diberi SST, perilaku agresif anak masih bertahan dan skornya dalam skala aggressive behavior dari alat ukur Child Behavior Checklist (CBCL) tetap berada dalam rentang yang membutuhkan perhatian klinis.

Child aggressive behavior is a risk factor in peer rejection that can lower child's motivation and academic achievement at school. Children with aggressive behavior are less capable in solving problem positively, hence disturbed relationship with others. This thesis applies social skills training (SST) with single-case design to increase child’s emotional and social skills. Subject is 5 years 7 months old girl with aggressive behavior. Eight sessions of therapy were conducted with 30-40 minutes in each session, held once in every two days. The result was SST ineffective to increase subject’s social skill. Subject’s aggressive behavior persists after SST and her score in aggressive behavior scale from Child Behavior Checklist (CBCL) remains in clinical range."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T39326
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>