Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Larasati Agustyowati
"ABSTRAK
PELECEHAN SEKSUAL DI TEMPAT KERJA: Studi Kualitatif atas Pandangan dan Reaksi Sekretaris Perempuan yang Bekerja pada Sejumlah Perusahaan di Jakai ta.
Oleh: Dewi Larasati Agustyowati
Tesis ini merupakan sebuah tinjauan deskriptif mengenai masalah pelecehan seksual di tempat kerja, khususnya yang terjadi pada sekretaris. Pengambilan tema dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa masalah pelecehan seksual selama ini belum dibuka secara sosial. Subjek penelitian adalah sekretaris perempuan yang mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Lokasi penelitian di Jakarta. Penelitian ini bertujuan memahami pandangan dan reaksi sekretaris perempuan terhadap pelecehan seksual di tempat kerja yang ditelaah dengan menggunakan pendekatan kualitatif berperspektif feminis. Perspektif yang melihat dan berusaha menguraikan penyebab diskriminasi yang dialami kaum perempuan.
Permasalahan tersebut meliputi tiga hal. Pertama, bagaimanakah pandangan sekretaris tentang pelecehan seksual di tempat kerja? Kedua, bagaimanakah reaksi sekretaris terhadap pelecehan seksual di tempat kerja? Ketiga, mengapa pandangan dan reaksi tersebut berada pada posisi pemahaman tertentu?
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pandangan dan reaksi sekretaris perempuan itu masih dipengaruhi oleh budaya patriarki. Sebuah budaya yang mengedepankan/mengunggulkan nilai-nilai laki-laki. Suatu perbuatan dipandang sebagai bentuk pelecehan seksual oleh sekretaris jika sudah terlihat merendahkan, mengancam, dan menyentuh fisik perempuan secara paksa. Sekretaris tidak melaporkan pelecehan seksual yang dialaminya di lingkup sosial karena menganggap permasalahannya sepele, pribadi, dan takut disalahkan sebagai pihak yang memulai timbulnya pelecehan seksual. Mereka mempunyai pandangan seperti itu karena selama ini informasi mengenai pelecehan seksual yang disosialisasikan oleh masyarakat patriarki selalu menyudutkan perempuan sebagai pihak yang memicu terjadinya pelecehan seksual.
ABSTRACT
SEXUALHARASSMENT AT WORK PLACE: Qualitative Studies on the Perception and Reaction of Women Secretaries Who Work at Some Enterprises in Jakarta.
By Dewi Larasati Agustyowati
This thesis covers a descriptive studies concerning the matters of sexual-harassment especially happen to women secretaries at work place. The theme is basically based on phenomena that sexual harassment cases are not exposed socially. The subject of the research is the secretaries who undergo the experience of sexual harassment at work place. The location of the research is conducted in Jakarta. The research is aimed to understand the perception and response of women secretaries toward the sexual harassment at work place viewed by using the qualitative approach in terms of women perspective. The perspectives are to find out and attempt to describe the causes of discrimination experienced by women secretaries at work place.
The focus of the problem covers three components. Firstly, what is their perception about the sexual harassment at work place ? Secondly, how do they react and response toward thew sexual harassment ? Lastly, why are the perception and the reaction at the position of a given understanding ?
The result of this research indicates that the perception and the reaction of women secretaries at work places is still influenced by the culture of patriarchy. The culture that gives special privileges and higher values for men. The perception said to be sexual harassment toward women secretaries when the actions involved humiliating, threatening, and even touching them physically by force. Mostly, the secretaries as the victims do not report the negative events they undergo socially, for they think it is a minor problem, and a privacy. Even they feel worried when blamed as the cause of creating the sexual harassment. They have perception due to the fact that the information of sexual harassment so far is not socialized by patriarchy communities, usually blame women as the cause of the sexual harassment problem.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Siregar, Annisa Rahma
"Meskipun perempuan dan laki-laki dapat menjadi korban maupun pelaku pelecehan seksual, penelitian ini menyoroti keterbatasan diskusi terkait pelecehan seksual dimana laki-laki sebagai korbannya. Pelecehan seksual merupakan tindakan verbal dan fisik yang mengandung unsur seksual tidak diinginkan, berdampak pada individu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan Systematic Literature Review (SLR) sebagai metode. Artikel-artikel dari Google Scholar dan Scopus yang dipublikasikan antara 2020-2024 diseleksi menggunakan platform web Covidence, serta pencarian manual dari database relevan. Hasilnya mengungkapkan bahwa pola bentuk dan faktor-faktor penyebab pelecehan seksual, termasuk dinamika kekuasaan, stereotip gender, kurangnya pemahaman masyarakat, dan pengalaman individu dapat mempengaruhi pelecehan seksual dimana laki-laki menjadi korbannya serta dapat pula mempengaruhi korban dalam merespon dan melaporkan kejadian yang mereka alami. Penelitian ini juga menemukan dampak dari pelecehan seksual yang dialami oleh laki-laki meliputi stigma, penolakan sosial, dampak professional dan karir, kesulitan mendapatkan bantuan sosial, dan keraguan identitas. Temuan ini menekankan pentingnya meningkatkan pemahaman terhadap pelecehan seksual dimana laki-laki sebagai korbannya

Although both women and men can be victims and perpetrators of sexual harassment, this research highlights the limited discussion regarding sexual harassment where men are the victims. Sexual harassment consists of unwanted verbal and physical actions with sexual elements, impacting individuals. This study uses a qualitative approach with a Systematic Literature Review (SLR) as the method. Articles from Google Scholar and Scopus published between 2020-2024 were selected using the Covidence web platform, along with manual searches from relevant databases. The results reveal that patterns and causal factors of sexual harassment, including power dynamics, gender stereotypes, lack of public understanding, and individual experiences, can influence sexual harassment where men are the victims and also affect how victims respond to and report incidents they experience. This research also finds that the impacts of sexual harassment experienced by men include stigma, social rejection, professional and career impacts, difficulties in obtaining social support, and identity doubts. These findings emphasize the importance of increasing understanding of sexual harassment where men are the victims."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nor Iyoni
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S2376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Achjani Zulfa
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1995
S21710
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afni Carolina
""Perlindungan Hukum bagi Anak Korban Kekerasan Seksual dalam Proses Peradilan Pidana". Secara khusus tesis ini lebih menitikberatkan penelitian terhadap kasus anak yang menjadi korban kekerasan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah-masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum dari lembaga-lembaga penegak hukum dalam proses peradilan pidana kepada anak korban kekerasan seksual, (2) Sejauh manakah peran pembuktian dalam kasus-kasus kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi di DKI Jakarta dalam kurun tahun 2000 sampai dengan tahun 2004, (3) Bagaimanakah peran anak dalam proses pembuktian dalam kasus-kasus kekerasan seksual terhadap anak tersebut, (4) Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), apakah UU PKDRT telah mengakomodasi masalah-masalah yang dihadapi selama ini dalam kasus-kasus kekerasan seksual terhadap anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh aparat penegak hukum masih terbatas sifatnya karena lebih terpaku pada ada tidaknya aturan yang mengharuskan mereka untuk melakukan hal itu, padahal kedudukan seorang anak yang menjadi korban sekaligus menjadi saksi dalam kasus kekerasan seksual adalah sangat penting yaitu sebagai kunci perkara, namun dalam praktek di Jakarta ada beberapa Pengadilan Negeri yang mengabaikan hak-hak anak sebagai saksi yaitu dalam hal penerapan Pasal 171 KUHAP. Masalah mendasar yang harus diutamakan dalam pemeriksaan saksi maupun korban kekerasan seksual yang masih anakanak adalah membantu mengatasi penderitaan fisik maupun psikis korban karena korban yang mengalami depresi sulit untuk dilakukan komunikasi dalam pemeriksaan di sidang. Kemudian dikaitkan dengan keluarnya UU PKDRT merupakan hal yang sangat menggembirakan karena dapat mengisi kekosongan aturan yang terdapat dalam undang-undang lainnya. Kasus kekerasan seksual terhadap anak erat kaitannya dengan kasus kekerasan dalam rumah tangga karena hasil penelitian pelaku kekerasan seksual cenderung mengacu pada orang-orang yang berada dekat dengan korban dalam kehidupan sehari-harinya."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005
T15571
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arva Pandya Wazdi
"Pelecehan seksual menurut Undang – Undang No. 12 Tahun 2022 Tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual didefinisikan sebagai segala perbuatan atau tindakan yang merendahkan dan/atau menyerang dan merendahkan martabat seseorang. Segala tindakan ini termasuk juga perkataan atau verbal dan non- verbal dan dapat dilakukan baik secara perseorangan, kelompok, dan/atau korporasi. Kekerasan seksual ini dapat menimbulkan dampak fisik dan psikologis dari korban. Kekerasan seksual dapat terjadi dimana saja termasuk lingkungan kerja. Oleh karena itu harus dibentuk code of conduct yang mengatur bagaimana alur pelaporan kekerasan seksual ketika terjadi di lingkungan kerja serta anti-retaliatory act sehingga meminimalisir pelaku ketika ingin membalas korban yang sudah melaporkan pelaku. Peraturan ini akan dibuat di PT. Tatarasa Primatama sebagai SOP yang mengatur dari definisi kekerasan seksual, bentuk kekerasan seksual, alur pelaporan, alur investigasi, sanksi serta anti retaliatory act secara komprehensif. Peraturan ini diharapkan dapat diterapan sehingga dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dari tindakan kekerasan seksual baik secara verbal dan non-verbal.

Sexual harassment according to Law no. 12 of 2022 concerning the Crime of Sexual Violence is defined as any act or action that demeans and/or attacks and degrades a person's dignity. All of these actions include words or verbal and non-verbal and can be carried out individually, in groups and/or corporations. This sexual violence can have physical and psychological impacts on the victim. Sexual violence can occur anywhere, including the work environment. Therefore, a code of conduct must be formed that regulates the flow of reporting sexual violence when it occurs in the work environment as well as anti-retaliatory acts so as to minimize perpetrators who want to retaliate against victims who have reported perpetrators. This regulation will be made at PT. Tatarasa Primatama is an SOP that regulates the definition of sexual violence, forms of sexual violence, reporting flow, investigation flow, sanctions and anti-retaliatory acts in a comprehensive manner. It is hoped that this regulation can be implemented so that it can create a work environment that is safe from acts of sexual violence, both verbal and non-verbal.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Supanto
Yogyakarta: Ford Foundation & PPK UGM, 1999
364.153 SUP k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nikita Rosa Damayanti Waluyo
"Pelecehan seksual verbal adalah salah satu bentuk kekerasan seksual. Rendahnya jumlah kasus  pelecehan seksual verbal yang dilaporkan merupakan pendorong untuk meneliti perilaku pencarian informasi penyintas pelecehan seksual verbal. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui metode studi kasus pada mahasiswa yang pernah mengalami pelecehan seksual verbal. Data dikumpulkan melalui wawancara dan studi pustaka. Wawancara dilakukan kepada 5 informan yang memenuhi kriteria berupa mahasiswa dan pernah mengalami pelecehan seksual verbal.
Hasil penelitian menunjukan kebutuhan informasi ini didalami beasarkan pada kebutuhan fisiologis, emosional, dan kognitif. Ditemukan perbedaan informasi yang dicari antara penyintas laki-laki dengan perempuan. Penyintas laki-laki lebih mencari informasi tentang laki-laki sebagai penyintas karena laki-laki lebih dianggap tidak mungkin menjadi penyintas. Meski demikian, setiap penyintas cenderung mencari informasi sebagai bentuk edukasi diri dan tidak memilih untuk melapor lebih lanjut. Alasan penyintas tidak melapor kepada Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) adalah normalisasi pelecehan seksual verbal, sulit mengumpulkan bukti, dan persepsi buruk terhadap PPT.

Verbal sexual harrasment is a form of sexual violence. The low number of reported cases of  verbal sexual harassment is an incentive to research the behavior of survivors of information. This research was conducted with an approach with a case study method on college student who had experienced verbal sexual harrasment. Data were collected through interviews and literature study. Interviews were conducted with 5 informants who met the criteria in the form of college students and had experienced verbal sexual harassment.
The results showed that the survivors carried out information stages according to the ISSAS information search model or Information Search of Sexual Assault Survivor. This information need is based on physiological, emotional, and cognitive needs. There were differences in the information sought between male and female survivors. Male survivors are more likely to seek information about men as survivors because men are considered less likely to be survivors. Nevertheless, survivors tend to seek information as a form of self-education and do not want to report further. The reasons survivors did not report to the Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) were verbal sexual normalization, difficulty gathering evidence, and poor perception of PPT.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fiana Dwiyanti
"Skripsi ini membahas mengenai pelecehan seksual pada perempuan di tempat kerja dengan lokasi studi kasus di Kantor Satpol PP Provinsi DKI Jakarta. Ditulis dengan menggunakan perspektif kriminologi feminis, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode observasi-partisipatoris yang memungkinkan peneliti untuk ikut merasakan apa yang dialami oleh subjek penelitian dan memahami langsung fenomena yang terjadi di dalamnya. Penelitian ini menggambarkan bentuk-bentuk pelecehan yang terjadi di Kantor Satpol PP Provinsi DKI Jakarta, faktor-faktor penyebab pelecehan seksual di Kantor Satpol PP Provinsi DKI Jakarta, dan resistensi dari para korban pelecehan seksual di kantor tersebut.

This thesis described the sexual harassment in the workplace with the Office of Study Sites in Jakarta municipal police. Written using feminist criminology perspective, this study used a qualitative approach with participatory observation method which enables researchers to come to feel what is experienced by the subject of research and understanding the phenomena that occurs directly in it. This study describes the forms of abuse that occur in the Office of DKI Jakarta municipal police, the factors that cause sexual harassment in the Office of DKI Jakarta municipal police, and the resistance of the victims of sexual harassment in the office."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S46632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>