Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lavinia Budiyanto
"Konsep diri individu mempengaruhi tingkah lakunya dalam berbagai situasi. Diskrepansi yang terjadi antara konsep diri aktual dengan konsep din ideal dapat mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku. Dalam bertingkah laku, individu didorong oleh motivasi. Motivasi terdiri dari motif afiliasi, motif kekuasaan, dan motif berprestasi. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara diskrepansi konsep diri aktual dan konsep din ideal dengan motif berprestasi pada para remaja putri yang mendatangi agensi-agensi modelling untuk menjadi fotomodel. Penelitian ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa kuatnya motif berprestasi individu berhubungan dengan rendahnya diskrepansi antara konsep diri aktual dengan konsep diri ideal individu tersebut, sehingga hipotesis alternatif yang diuji berkorelasi negatif.
Sampel penelitian ini diambil dari populasi remaja putri berusia 18 sampai 21 tahun, pernah mendatangi dan mendaftar menjadi anggota agensi-agensi modelling, serta bertempat tinggal di DKI Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan alat tes berupa kuesioner dengan tiga bagian, yaitu konsep diri aktual, konsep diri ideal, dan motif berprestasi. Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis secara kuantitatif. Hipotesis alternatif diuji signifikansinya pada l.o.s. 0,05 dengan perhitungan dua arah.
Para responden memiliki konsep diri aktual yang baik atau sehat, karena grafik distribusi statistik konsep diri aktual para responden normal (tidak skewed). Para responden juga memiliki konsep diri ideal yang baik atau sehat, karena walaupun grafik distribusi statistik tidak normal {skewed ke kiri) namun ini merupakan hal yang normal karena semakin kecil nilai konsep diri pada alat pengumpul data penelitian ini berarti semakin baik konsep diri tersebut. Diskrepansi antara konsep diri aktual dengan ideal para responden merupakan diskrepansi yang normal, karena grafik distribusi statistik normal (tidak skewed). Hal ini berarti konsep diri aktual para responden tidak terlalu jauh dengan konsep diri ideal mereka.
Pola motivasi yang terdapat pada para responden adalah sebagai berikut: 38% responden memiliki motif berprestasi yang kuat; 32% memiliki motif berprestasi yang sedang; dan 30% memiliki motif berprestasi yang lemah. Berarti hanya sepertiga dari responden yang memiliki motif berprestasi yang kuat.
Ada hubungan negatif yang signifikan antara diskrepansi konsep diri aktual dan konsep diri ideal dengan motif berprestasi. Dengan perkataan lain, dengan bertambah kecilnya diskrepansi antara konsep diri aktual dengan konsep diri ideal akan diikuti meningkatnya motif berprestasi pada para responden.
Walaupun diskrepansi konsep diri para responden merupakan diskrepansi yang normal, namun hanya sepertiga responden yang memiliki motif berprestasi yang kuat. Mungkin hal ini menandakan bahwa ada faktor lain yang ikut berperan untuk meningkatkan motif berprestasi, di mana faktor ini tidak terkontrol oleh penulis.
Dalam hal pengambilan sampel, pemilihan responden perlu diperluas dan lebih melibatkan banyak agensi modelling. Selain itu, perlu mengadakan rapport yang baik dengan para responden sehingga mereka mau menjadi responden. Alat pengumpul data yang digunakan sebaiknya menggunakan item-item standar agar lebih akurat. Selain diskrepansi antara konsep diri aktual dengan konsep din ideal, penelitian ini dapat juga dilakukan untuk meneliti diskrepansi antara konsep diri aktual dengan konsep diri sosial dan konsep din ideal dengan konsep diri sosial, serta hubungannya dengan motif berprestasi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2928
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyoningsih
"Semakin tingginya angka seks bebas, HIV/AIDS, dan Napza pada remaja telah mendorong perhatian banyak pihak untuk melakukan upaya-upaya strategis untuk mengatasinya. Namun, hasilnya masih belum optimal. Salah satu hasil penelitian yang menjadi dasar kegiatan praktik mahasiswa dalam mengembangkan konsep diri remaja di SMP M Cimanggis Depok adalah bahwa pelatihan ketrampilan hidup telah berhasil meningkatkan kemampuan remaja untuk bertahan dari pengaruh narkoba. Karena itu, perawat mencoba menggabungkan antara pengembangan konsep diri remaja dan pendidikan ketrampilan hidup untuk meningkatkan konsep diri siswa. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata pada post test untuk konsep diri sebesar 2,3%; gambaran diri 0,7%; harga diri 5,1% dan ideal diri 0,96%. Hal ini menunjukkan bahwa program pengembangan diri melalui pemberian ketrampilan hidup dapat dilakukan untuk meningkatkan konsep diri siswa.

Increasingly high rate of free sex, HIV / AIDS, and drugs in adolescents has prompted the attention of many people to make strategic efforts to overcome them. However, the results are still not optimal. One of the efforts is the development of adolescent self-concept. One of the basic research results into practical activities of students in developing self-concept adolescents in junior Scool "M" Cimanggis Depok is that life-skills training have increased ability to withstand the impact of adolescent substance abuse. Therefore, the nurse tried to combine the development of adolescent self-concept and life skills education to enhance students' self-concept. The results obtained indicate an increase of the average of self-concept 2,3%; body image 0,7%; self esteem 5,1% dan self-ideal 0,96% at post test. This suggests that self-development program through the of life skills education could enhance students' self-concept.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Angelique Tallulah Joaqin
"Penelitian mengenai perkembangan psikososial pada remaja yang menderita leukemia belum banyak dilakukan di Indonesia. Perkembangan psikososial adalah suatu momentum ketika terjadi perubahan pada emosi, kepribadian, serta hubungan sosial seseorang. Perkembangan psikososial merupakan salah satu komponen yang berperan aktif dalam mempengaruhi kualitas hidup remaja, tidak terkecuali remaja penderita leukemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan konsep diri dengan perkembangan psikososial remaja yang menderita leukemia di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross-sectional dan jenis observasional analitik. Sampel pada penelitian ini berjumlah 30 remaja yang didapatkan melalui teknik non-probability sampling jenis sampling total. Sesuai dengan variabel-variabel yang ada, instrumen yang digunakan adalah kuisioner karakteristik responden, kuisioner Konsep Diri, dan Pediatric Symptom Checklist-17 (PSC-17). Hasil penelitian yang dianalisis dengan Fisher Exact Test menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan perkembangan psikososial remaja penderita leukemia (p-value=0,000). Rekomendasi dari penelitian adalah dilaksanakannya skrining secara rutin untuk melihat status konsep diri dan perkembangan psikososial remaja.

Research on psychosocial development in adolescents suffering from leukemia has not been widely conducted in Indonesia. Psychosocial development is a momentum when there are changes in a person's emotions, personality, and social relationships. Psychosocial development is one component that plays an active role in influencing the quality of life of adolescents, including adolescents with leukemia. This study aimed to identify the relationship of self-concept with psychosocial development of adolescents suffering from leukemia at Dharmais Cancer Hospital. This study is a quantitative research with cross-sectional methods and analytical observational types. The sample in this study amounted to 30 adolescents obtained through non-probability sampling techniques of total sampling type. In accordance with the existing variables, the instruments used were respondent characteristics questionnaire, Self-Concept questionnaire, and Pediatric Symptom Checklist-17 (PSC-17). The results of the study analyzed with the Fisher Exact Test showed a significant relationship between self-concept and psychosocial development of adolescents with leukemia (p-value = 0.000). The recommendation of the study is the implementation of routine screening to see the status of self-concept and psychosocial development of adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanindya Restiningtyas
"Tesis ini mengenai program intervensi individual pengenalan dan pengetahuan diri untuk meningkatkan konsep diri pada siswa tunadaksa underachievement. Menurut Jersild, Telford, dan Sawrey (1978) jika seorang anak memiliki pandangan yang negatif terhadap dirinya, hal ini dipengaruhi oleh keterbatasan atau gangguan fisik. Butler-Por, McCall, Evahn, dan Kratzer (dalam Adams, 1997) juga memperkuat bahwa salah satu karakteristik kepribadian siswa underachiever adalah rendahnya konsep diri. Salah satu cara untuk meningkatkan prestasi siswa underachiever adalah meningkatkan konsep diri (Coyle, 2000, dalam Trevallion, 2008). Konsep diri yang positif dapat dimiliki oleh remaja yang mampu menerima kemampuan dan keterbatasannya. Dengan menggunakan single-case study design ABA, penelitian ini melibatkan seorang partisipan remaja lakilaki, B, yang mengalami tunadaksa dan berprestasi kurang baik di sekolah. B belum memiliki gambaran yang positif tentang dirinya. B mengikuti 8 sesi pertemuan intervensi yang terdiri dari kegiatan pengenalan dan pengetahuan diri. Proses pengenalan dan pengetahuan diri dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip dalam teori manajemen perubahan Lewin dimana seseorang harus melalui tahap freezing/unfreezing untuk melakukan perubahan. Kegiatan intevensi ini meliputi kegiatan menceritakan pengalaman-pengalaman positif, diskusi, permainan, serta studi kasus. Berdasarkan hasil skala konsep diri dan deskripsi diri, penelitian ini terbukti efektif untuk meningkatkan konsep diri menjadi lebih positif. Beberapa saran diberikan untuk penelitian selanjutnya agar hasil yang diperoleh lebih efektif.

This thesis discusses about individual intervention?s program of self-awareness and selfknowledge for enhancing self-concept in physical impairment underachievement?s student. According to Jersild, Telford, and Sawrey (1978) a child with a negative view of him, is affected by his disability or physical impairment. Butler-Por, McCall, Evahn, and Kratzer (in Adams, 1997) also confirms that one of the underachievers? personality characteristics is the low self-concept. One way to improve student achievement is enhancing his self-concept (Coyle, 2000, in Trevallion, 2008). Positive self-concept can be owned by a teenager who is capable of receiving capabilities and limitations. By using single-case ABA design study, the study participants involved a teenage boy, B, who suffered a physical impairment and perform less well in school. B does not have a positive image of himself. B follows the 8 session intervention consisting of activities and the introduction of self-knowledge. The process of self-awareness and self-knowledge is done by applying the principles of the Lewin change management theory in which a person must go through the stages of freezing / unfreezing for change. This intervention includes activities to tell the positive experiences, discussions, games, and case studies. Based on a scale of self concept and self-descriptions, this study proved effective for improving self-concept became more positive. Some suggestions are given for further research in order to obtain more effective results."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31832
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tesha Hestyana Sari
"Perkembangan remaja dikenal sebagai perkembangan krisis pencarian identitas diri yang meliputi aspek perkembangan yang bersifat fisik hingga mental. Kegagalan remaja dalam mencapai aspek perkembangan psikososial dapat menyebabkan remaja bingung peran hingga gangguan konsep diri. Salah satu upaya intervensi untuk mengoptimalkan pencapaian identitas diri adalah pemberian terapi kelompok terapeutik. Tujuan karya ilmiah akhir spesialis ini adalah mendesiminasikan hasil penerapan terapi kelompok terapeutik sebagai optimalisasi pencapaian tugas perkembangan identitas diri remaja. Metode yang digunakan adalah case series. Analisis dilakukan pada 14 orang remaja dengan kondisi sehat dan aktif bersekolah. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan aspek perkembangan identitas diri sebesar 21,6%. Rekomendasi dilakukan dengan melibatkan perawat puskesmas beserta kader kesehatan jiwa untuk memberikan edukasi dan stimulasi tumbuh kembang remaja untuk mencapai perkembangan identitas diri yang optimal.

Adolescent development is known as the development of a self-identity search crisis which includes aspects of development that are physical to mental. The failure of adolescents to achieve aspects of psychosocial development can cause adolescents to be confused about their roles to impaired self-concept. One of the intervention efforts to optimize the achievement of self-identity is the provision of therapeutic group therapy. The purpose of this specialist's final scientific work is to disseminate the results of the application of therapeutic group therapy as an optimization of the achievement of adolescent self-identity development tasks. The method used is case series. The analysis was carried out on 14 teenagers who were healthy and active in school. The results obtained indicate an increase in aspects of self-identity development by 21.6%. Recommendations are made by involving puskesmas nurses and mental health cadres to provide education and stimulation of adolescent growth and development to achieve optimal self-identity development."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wihdatul Ummah
"Masa remaja merupakan masa transisi dimana remaja mengalami perubahan fisik dan psikologis. Perubahan psikologis yang merupakan tugas utama perkembangan remaja adalah pernbentukan identitas dan ideal diri yang dapat dipengaruhi Salah satunya oleh media informasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keperpaparan media informasi dengan pembentukan identitas dan ideal diri remaja di SMAN 6 Jakarta. Responden adalah remzga berusia 15-17 tahun sebanyak 96 orang yang diambil dengan metode purposive sampling.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Pengambilan data dilakukan dengan menyebar kuesioner. Analisis data yang digumakan adalalz univariat dan bivariat.
Hasil penelitian ini menyimpulkan ada hubungan antara keterpaparan media informasi dengan pembentukan identitas personal (p value = 0,005) dan tidak ada hubungan antara keterpaparan media informasi dengan pembentukan ideal diri (p value =0,69), dengan nilai α= 0,05.
Penelitian ini merekomendasikan peran perawat jiwa & komunitas, keluarga, dan institusi pendidikan dalam memberikan konseling bagi remaja untuk meningkatkan konsep dirinya sehingga tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan khususnya dampak media inforrnasi yang tanpa batas.

Adolescent is a transition in which young people experience physical and psychological changes. Psychological changes which is main task adolescent development is identity formation and self ideal that one can be influenced by the information media.
The objective of this research is to understand the relations between exposure of media of information with formation of identity and self ideal in adolescent at Jakarta’s 6 Senior High School. Respondents are aged 15-17 years with 96 persons by using purposive sampling method.
Research design that is used is descriptive correlation with the form of questionaire research instrument. Data analysis that is used is tmivariat and bivariat analyze.
The result of this research is there is related between exposure of media of infomation to the fomtation of personal identity (p value = 0,005), but not related to the formation of self ideal (p value = 0,69); with α = 0,05.
This study recommends the role of phsyciatric & community nurses, family, and educational institutions in providing counselling for young people to improve their self-concept S0 that they are not easily affected by environment, especially the impact of the media of information without boundaries.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5823
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Azizah
"Keterlibatan orang tua diketahui memiliki peranan penting dalam perkembangan konsep
diri anak dan remaja. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara keterlibatan ayah dengan konsep diri pada remaja. Responden yang berpartisipasi
dalam penelitian ini merupakan remaja akhir dengan rentang usia 18-21 tahun sebanyak
415 orang mahasiswa. Keterlibatan ayah didefinisikan sebagai partisipasi ayah dalam
berbagai aspek kehidupan anaknya. Konsep diri didefinisikan sebagai persepsi individu
mengenai dirinya sendiri yang dibentuk oleh interaksi individu dengan lingkungan.
Keterlibatan ayah terdiri dari dua domain yang diukur menggunakan skala dari Finley
dan Schwartz (2004), yaitu Nurturant Fathering Scale (NFS) untuk mengukur
keterlibatan ayah dalam domain afektif, dan Reported Father Involvement Scale (RFIS)
untuk mengukur keterlibatan ayah dalam domain perilaku. Konsep diri diukur
menggunakan Adolescents Self-Concept Short Scale (ASCSS) dari Veiga dan Leite
(2016). Hasil pengukuran menggunakan teknik statistik Pearson Correlation
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah, baik
dalam domain afektif maupun domain perilaku, dengan konsep diri pada remaja.
Parental involvement is known to play an important role in the development of
childrens and adolescents self-concepts. This research is specifically aimed to
examine the relationship between father involvement and self-concept in adolescents.
Respondents who participated in this study were late adolescents with age range of
18-21 years, as many as 415 college students. Father involvement is defined as
fathers participation in various aspects of his child's life. Self-concept is defined as
an individuals perception of itself formed by individual interactions with the
environment. Father involvement consisted of two domains measured by the scale of
Finley and Schwartz (2004), is Nurturant Fathering Scale (NFS) to measure the
involvement of fathers in affective domain, and Reported Father Involvement Scale
(RFIS) to measure father's involvement in behavioural domain. Self-concept is
measured using the Adolescents Self-Concept Short Scale (ASCSS) of Veiga and
Leite (2016). The measurement results using the Pearson Correlation statistical
technique shows that there is a significant link between father involvement, both in
the affective domain and the behavioural domain, and the self-concept in adolescents"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadine Herdwita Putri Soerojo
"Latar Belakang: Sebanyak 9 juta orang di Indonesia mengalami gangguan depresi. Jawa Barat, salah satu provinsi di Indonesia, merupakan provinsi yang memliki masyarakat dengan gangguan mental emosional terbanyak kedua setelah Sulawesi Tengah. Dari berbagai penelitian, ditemukan bahwa self-esteem yang rendah merupakan salah satu faktor risiko dari depresi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya hubungan antara citra diri dengan depresi pada remaja SMA di Depok.
Metode: Metode yang digunakan adalah rancangan studi cross-sectional untuk mengidentifikasi hubungan citra diri dan depresi pada remaja SMA. Aspek depresi dinilai menggunakan kuesioner Center of Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised (CESD-R), sedangkan aspek citra diri dinilai dengan menggunakan kuesioner Citra Diri Rosenberg. Sampel penelitian dari penelitian ini adalah remaja SMA Dian Didaktika dan dipilih menggunakan teknik random sampling yang menghasilkan 96 remaja. Data tersebut kemudian diolah dan dianalisis menggunakan Uji Chi-Square.
Hasil: Hasil yang didapatkan adalah terdapat hubungan yang signfikan antara self-consciousness dan the perceived self dengan depresi (p=0,000, p=0,000), sedangkan tidak ada hubungan yang signfikan antara tingkat dan kestabilan self-esteem dengan depresi (p=0,3660, p=1,000).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara self-consciousness dan the perceived self dengan depresi.

Introduction: Approximately 9 million people in Indonesia have developed depression disorder. West Java, a province in Indonesia, has the second most citizens with emotional mental disorders after Central Sulawesi. From various studies, it was found that depression development was related to low self-esteem as its risk factor.
Aim: This study aims to identify the presence or absence of a relationship between self-esteem and depression in high school adolescents in Depok.
Method: The method used in this study was a cross-sectional study design to identify the relationship between self-esteem and depression in high school adolescents. The depression aspect was assessed using the Center of Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised (CESD-R) questionnaire, while the self-esteem aspect was assessed using the Rosenberg Self-Esteem Scale questionnaire.  The research sample of this study was 96 students of SMA Dian Didaktika, a high school in Depok, West Java. The respondents was selected using random sampling technique. The data was analyzed using the Chi-Square Test.
Results: The results obtained are that there is a significant relationship between self-consciousness and the perceived self with depression (p = 0.000, p = 0.000), while there is no significant relationship between the level and stability of self-esteem with depression (p = 0.660, p =  1.000). 
Conclusion: There is a relationship between self-consciousness and the perceived self with depression in adolescents.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library