Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"The purpose of this research was to describe the snacking behavior among school children in Jakarta. It was already known that the pupils are prominent consumers of ubhealthy snack widely sold near schools...."
150 PJIP 1:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jeshika Febi Kusumawati
"Pada anak usia sekolah, pertumbuhan linier ditentukan berdasarkan kriteria kurva pertumbuhan WHO/2007 dan CDC/2000 serta persentase tinggi badan menurut Waterlow/1977. Perbedaan kriteria yang digunakan akan menimbulkan perbedaan prevalens perawakan pendek. Penentuan kejar tumbuh anak juga masih mengalami perdebatan karena parameter kejar tumbuh dapat dinilai secara relatif (height-age z-score) dan absolut (height-age-differences). Kejar tumbuh linier yang terutama terjadi dalam 1000 hari pertama kehidupan dinilai dapat terus terjadi hingga usia sekolah. Studi potong lintang dilakukan pada 302 anak usia sekolah di Jakarta Barat. Semua anak diukur tinggi badan sewaktu penelitian dan saat subyek berusia 7 tahun. Perawakan pendek ditentukan dengan menggunakan kriteria WHO/2007, CDC/2000, dan persentase Waterlow/1977. Setiap kelompok usia diukur perbedaan nilai height-age z-score (HAZ) dan height-age-differences (HAD) dalam dua waktu pengukuran yang berbeda untuk melihat kejar tumbuh. Prevalens perawakan pendek pada anak usia sekolah berdasarkan kriteria WHO/2007 adalah 8,55%, berdasarkan CDC/2000 sebesar 13,75%, dan berdasarkan Waterlow/1977 sebesar 7,80%. Nilai Kappa WHO/2007 dan CDC/2000 adalah 0,5, WHO/2007 dan Waterlow/1977 adalah 0,8, sedangkan CDC/2000 dan Waterlow/1977 adalah 0,7. Nilai HAZ anak perempuan adalah -1,78 SD dan anak lelaki -1,44 SD. Nilai HAD anak perempuan adalah -10,83 cm untuk anak lelaki adalah -8,83 cm. Kesesuaian perawakan pendek anak WHO/2007 dan CDC/2000 memberikan hasil yang sama sebanyak 50%, WHO/2007 dan Waterlow/1977 memberikan hasil yang sama sebanyak 80%, sedangkan CDC/2000 dan Waterlow/1977 memberikan hasil yang sama sebanyak 70%. Kesan terdapat kejar tumbuh pada anak usia sekolah di Jakarta Barat berdasarkan adanya perbaikan nilai HAZ dan HAD pada pengukuran kedua dibandingkan dengan pengukuran pertama.

Linear growth in school children is determined by using WHO/2007 and CDC/2000 growth chart, also height-age persentage as Waterlow/1977 criteria. Those classification resulted in different prevalence of short stature. Linear catch-up growth is considered to continue beyond the first thousand days of life, at least until school age. It could be relatively (height-age z score) or absolutely (height-age difference) assessed. A cross-sectional study was conducted in 302 school age children in West Jakarta. Body height was measured at 7 years old and at the time of study. Short stature was defined by using WHO/2007, CDC/2000, and height-age persentage as Waterlow/1977 criteria. Height-age z score (HAZ) and height age differences (HAD) was measured in each group to assess catch-up growth. The prevalence of short stature in school children was 8.55%, 13.75%, and 7.80%, according to WHO/2007, CDC/2000, and height-age persentage as Waterlow/1977 criteria, respectively. Kappa values were 0.5, 0.8, and 0.7, between WHO/2007-CDC/2000, WHO/2007-Waterlow/1977, and CDC/2000-Waterlow/1977, respectively. HAZ was -1.78 and -1.44 SD in female and male subjects, respectively. HAD was -10.83 and -8.83 cm in female and male subjects, respectively. WHO/2007 and Waterlow/1977 has the highest agreement, while WHO/2007 and CDC/2007 has the lowest agreement. Linear catch-up growth was observed among our subjects as determined by HAZ and HAD improvement compared to the first measurement."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anggita Elistyowati Pramandani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepuasan hidup remaja yang bersekolah di sekolah formal dan remaja jalanan yang bersekolah di sekolah non formal. Life satisfaction merupakan konstruk yang penting dalam penelitian positive psychology karena hubungannya sangat dekat dengan kebahagiaan sepanjang penelitiannya termasuk dalam lingkup positive personal, tingkah laku, psikologis dan social outcomes (Zumbo, 2011). Suldo dan Huebner (2005) mengkonseptualisasikan life satisfaction sebagai sebuah pemikiran atau kognisi, penilaian global individu yang dilakukan ketika mempertimbangkan kepuasan mereka terhadap kehidupannya secara keseluruhan atau dalam domai-domain tertentu seperti keluarga, lingkungan, teman dan diri sendiri. Peningkatan pemahaman life satisfaction pada remaja sangat penting karena dapat digunakan untuk mengembangkan karakteristik individu seperti social adjustment, kesehatan mental dan prestasi sekolah, selain itu life satisfaction juga berkaitan erat dengan lingkup akademis, sosial, dan kesehatan fisik (Hudkins & Shafer, 2011). Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian deskriptif komparatif. Pengukuran kepuasan hidup dilakukan dengan menggunakan Multidimensional Student Life Satisfaction Scale (MSLSS) yang dikembangkan oleh Huebner di tahun 2001 dengan mengukur 5 dimensi, yaitu dimensi keluarga, dimensi teman, dimensi sekolah, dimensi lingkungan dan dimensi diri sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan hidup antara kedua kelompok remaja ini pada dimensi-dimensi tertentu. Remaja di sekolah formal memiliki kepuasan hidup pada dimensi keluarga, lingkungan dan diri sendiri yang lebih tinggi dibandingkan remaja jalanan di sekolah non formal. Sedangkan pada dimensi teman dan sekolah kedua kelompok ini tidak memiliki perbedaan. Hasil penelitian ini perlu ditindak lanjuti dengan memperbanyak jumlah partisipan penelitian agar perbedaan pria dan wanita dapat diteliti. Selain itu, menggunakan teknik wawancara mendalam termasuk mewawancarai orang tua akan bermanfaat untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana remaja, baik yang bersekolah di sekolah formal maupun remaja jalanan di sekolah non formal memaknai hidup mereka."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57653
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Ito Leiliana Warnani
"Anak sekolah merupakan golongan yang dipersiapkan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Pada masa ini, Anak mulai memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu serta mulai ada rasa suka atau tidak suka terhadap makanan tertentu. Selain itu, mereka lebih senang untuk menghabiskan waktu bersama dengan teman atau melakukan aktivitas lain yang disukainya, seperti menonton televisi atau bermain video games sehingga sering melupakan waktu makan. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi khususnya vitamin dan mineral. Untuk mengatasi kekurangan zat gizi tersebut, umumnya ibu memberikan suplemen makanan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh iklan-iklan di televisi yang menawarkan berbagai macam produk suplemen makanan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen makanan pada anak sekolah kelas IV dan V di SD Islam Al-Husnah Bekasi Selatan Tahun 2008. Penelitian ini dilakukan dengan desain deskriptif. Sampel adalah siswa/i kelas IV dan V sebanyak 136 anak. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan perangkat lunak computer, kemudian dilakukan analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan 64.7% siswa mengonsumsi suplemen makanan dalam satu bulan terakhir. Pada hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara status gizi siswa, pengetahuan orang tua, pekerjaan ayah dan konsumsi suplemen makanan ibu dengan konsumsi suplemen makanan anak, sedangkan hasil analisis antara umur, jenis kelamin, kebiasaan makan, aktivitas fisik, penyakit infeksi, pedidikan orang tua dan pekerjaan ibu dengan konsumsi suplemen makanan anak adalah tidak berbeda secara bermakna.
Dalam mengatasi kesulitan makan pada anak sebaiknya para ibu tidak menyelesaikan permasalahan tersebut dengan langsung memberikan suplemen penambah nafsu makan atau vitamin mineral. Suplemen tidak perlu diberikan pada anak sehat dengan status gizi baik, gizi lebih dan obesitas. Sebelum mengonsumsi suplemen makanan sebaiknya baca label mengenai kandungan zat gizi, dosis, jangka waktu kadaluarsa, daftar atau nomor registrasi dari Depkes, serta aturan pemakaiannya.

Schooling children are group that prepared to be qualified human resources. Nowadays, these children start to have habits; consume certain food and having likeness and dislike feeling at certain food. Moreover, they prefer to spend their time to watch television or playing video games until forget their eating time. This causing their necessity of nutrient are incomplete especially vitamins and minerals. To solve the lack of nutrient, generally the mothers giving their children food supplement. This is affected by some advertising on television which offers various kind of food supplement product.
The aim of the research is to know factors that related with food supplement consumption at elementary school children grade IV and V at Al-Husna Islamic Elementary School South Bekasi in 2008. This research conducted with descriptive design. The samples are the elementary school students` grade IV and V as 136 children. The obtained data are managing trough computer software then analyze with univariate and bivariate analysis.
The result shown 64,7% students consume the food supplement in the last one month. Analysis result shown that there is a significant difference between students nutrient status`, parent`s knowledge, father`s work and mother`s food supplement consumption with children`s food supplements consumption, while the analysis between age, sex, eating habits, physical activity, infectious disease, parent`s knowledge, and mother`s work with children`s food supplements consumption are significantly not different.
To overcome the children problem on food consume its better not to solve it with straightly giving the food supplements or vitamins and minerals. The supplements are not necessary for healthy children with good nutrient status, over nutrient, and obesity children. Before consume the food supplement its better to read the ingredients label, dosage, expired time, list of registration number on Health Department, and the usage rules.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Fermia P.
"Anak-anak usia sekolah sebagai generasi penerus bangsa dan sebagai investasi bangsa untuk masa yang akan datang, sangat dipengaruhi oleh kualitas anak-anak pada saat ini. Untuk itu anak-anak membutuhkan perhatian khusus dalam masa tumbuh kembangnya. Salah satu faktor yang ikut menghambat tumbuh kembang anak yaitu masalah gizi. Masalah gizi tidak hanya menyangkut masalah kesehatan semata tetapi menyangkut juga masalah perilaku khususnya perilaku makan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran konsumsi makanan ringan pada anak sekolah dan dilihat perbedaan proporsi konsumsi makanan ringan menurut jenis kelamin, umur, kebiasaan menonton televise, kebiasaan olahraga, pengetahuan gizi anak pada anak sekolah di SD Cakra Buana Depok tahun 2008.
Analisis univariat dilakukan pada 118 responden laki-laki dan perempuan di SD Cakra Buana Depok yang sebelumnya dilakukan pengisian kuesioner oleh responden mengenai karakterik dan perilaku konsumsi makan responden. Dimana FFQ (Food Frequency Questionnaire) dilakukan untuk melihat konsumsi makanan responden. Sebanyak 50% responden mengkonsumsi makanan ringan sering. Responden yang memiliki kebiasaan menonton televisi sebanyak 94.9%. Responden yang memiliki kebiasaan menonton televisi ≤ 2 jam / hari sebanyak 51.8% dan 48.2% responden yang menonton televisi > 2 jam / hari. Rata-rata durasi waktu menonton televisi adalah 1.48 jam ± standar deviasi 0.50 jam. Reponden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makan ringan saat menonton televisi sebanyak 94.1%.
Responden yang memiliki kebiasaan olahraga sebanyak 91.5%. Responden yang frekuensi olahraga 1?3 kali seminggu sebanyak 44.4%. Sebanyak 78.3% responden durasi waktu yang digunakan untuk berolahraga ≥ 30 menit. Proporsi anak laki-laki yang mengkonsumsi makanan ringan sering lebih besar (58.2%) dibandingkan dengan anak perempuan (39.2%). Anak umur 10-12 tahun yang mengkonsumsi makanan ringan sering lebih besar (53.5%) dibandingkan anak umur 7-9 tahun (44.7%). Proporsi mengkonsumsi makanan ringan sering pada anak dengan pengetahuan gizi kurang lebih besar (52.0%) dibandingkan dengan proporsi anak dengan pengetahuan gizi baik (48.3 %). Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada pihak sekolah untuk memberikan informasi dan gambaran makanan ringan yang sehat dan bergizi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Prasetyanto
"Masalah dalam penelitian ini adalah pola mobilitas murid sekolah menengab di wilayah bagian timur Jakarta dan Bekasi. Untuk mendekatkan pada pokok permasalahan tersebut di atas maka perlu pula untuk mengetahui :
1. Dimana persebaran sekolah-sekolah menengah ?
2. Bagaimana pola mobilitas murid sekolah menengahnya ?
Hipotesa Mobilitas murid sekolah menengah di wilayah penelitian terjadi bila terdapat jaringan jalan, keberadaan sarana angkutan umum, selisih positif dari nilai Angka Partisipasi Kasar dan perbedaan nilai daya tampung sekolab antar kecamatan yang ada di wilayab penelitian.
Metodologi Penelitian: Untuk menjawab masalah pertama dilakukan dengan mem-plot lokasi sekolah yang ada di daerah penelitian sesuai dengan data yang didapat dari Kantor Depdikbud dan survey lapang. Untuk menjawab masalah kedua didapat dengan menganalisis pergerakan murid sekolah menengah dari daerah asal ke daerah tujuan dengan mengkorelasikan antara Peta Jaringan Jalan, Peta Jaringan Angkutan Umum, Peta Nilai APK, Peta Persebaran Sekolah,Peta Daya Tampung,"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sarapan pagi merupakan makanan yang setiap hari kita konsumsi pada pagi hari dengan menu dan cara saji yang bervariasi dengan tujuan sebagai cadangan energi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana gambaran tingkat pengetahuan orang tua tentang pentingnya pemberian sarapan pagi pada anak usia sekolah di Kelurahan Kemiri Muka, Depok. Desain yang digunakan adalah deskriptif sederhana, dengari sampel berjumlah 30 responden. Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang pentingnya pemberian sarapan pagi pada anak usia sekolah adalah baik, karena dari 30 responden 19 (63.3 %) di antaranya mempunyai sikap yang positif sedangkan 11 (36.7 %) dengan sikap yang negatif. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwa lebih dari 60 % responden di Kelurahan Kemiri Muka Depok tahun 2005, memiliki sikap, alasan, opini yang baik tentang pentingnya pemberian sarapan pagi bagi anak mereka di usia sekolah. Sedangkan (40 %) memiliki pengetahuan yang kurang. Bagi ibu yang mempunyai anak usia sekolah sebaiknya tidak mengenyampingkan pemberian sarapan pagi karena selain untuk mempertahankan ketahanan tubuh juga untuk meningkatkan prestasi di sekolah, bagi instansi sekolah agar memasukkan ke salah satu sub pokok bahasan program gizi bagi usia sekolah, dan tidak terlupakan bagi petugas kesehatan komunitas untuk program pembangunan non fisik menuju Indonesia sehat 2010."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5494
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Fatimah Kendarti
"Usia sekolah merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit. Hal ini berkaitan dengan pola hidup tidak sehat. Maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubahnya, salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penelitian deskriptif kolerasi ini bertujuan untuk mempelajari hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia sekolah. Sampel pada penelitian ini adalah 77 siswa SDN 01 Pagi Johar Baru. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56% siswa berpengetahuan tinggi dan 51% siswa berperilaku sehat. Ada hubungan antara kedua variabel tersebut, dengan nilai p 0,032 (α= 0.05).

School age is susceptible period to suffer from diseases. This problem is related to the unhealthy life-style. It requires various efforts to change the lift-style, such as the Clean and Healthy Lifestyle (CHL). This research aimed to study the relationship between knowledge of with clean and healthy living in school age children using descriptive correlative design. Sample on this research was 77 students SDN 01 Pagi Johar Baru. The research used random sampling technique. Result of this research showed that 56% students had high knowledge level and 51% students performed healthy behavior. There were relationships between two variables, with p value 0.032 (α= 0.05)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5768
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengetahuan gizi seimbang sangat diperlukan karena dapat membentuk perilaku dalam pemilihan jajanan agar makanan yang dibutuhkan bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi seimbang dengan pemilihan jajanan pada anak usia sekolah. Penelitian ini menggunakan design korelasi yang dilakukan dengan teknik purposive sampling didapatkan sampel 96 ibu. Hasil penelitian menunjukan 68% responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi dengan perilaku pemilihan jajanan yang balk. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi seimbang dengan pemilihan jajanan dengan pada anak usia sekolah di RW 07, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan (α = 0,05 ; P value= 0,001).

Knowledge of balanced nutrition is very important because it can shape behavior in the selection of snack foods that needed to be beneficial for your health. This study aims to identify the relationship between the level of maternal knowledge about balanced nutrition with the selection of snacks at school age children. This research was conducted using a correlation design with purposive sampling technique, the sample 96 mothers. The results showed 68% of respondents have a high knowledge level with a good snack selection behavior. Based on this study concluded that there was a correlation between level of maternal knowledge about balanced nutrition with the selection of snacks with school age children in Rw 07, Manggarai Village, Tebet District, South Jakarta (α = 0.05, P value = 0.001)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5931
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>