Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martiem Mawi
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Ruang di sistem pernafasan yang tidak ikut dalam pertukaran gas disebut ruang rugi. Ruang rugi fisiologik terdiri dari ruang rugi anatomik dan ruang rugi alveolar. Pengukuran ruang rugi fisiologik mempunyai arti penting di klinik antara lain, rasioruang rugi fisiologik (V0) dan volume alun nafas (VT) merupakan indikator sensitif untuk gangguan perfusi paru, misalnya emboli paru.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai V pada orang normal dan penderita penyakit paru obstruksi menahun (PPOM), serta faktor yang mempengaruhinya. Penelitian dilakukan pada 30 pria sehat berumur 40 tahun ke atas dan 30 pria penderita PPOM dengan umur yang sama. Penderita PPOM terdiri dari kelompok bronkitis kronik dan asma kronik, serta kelompok bronkitis-emfisema dan emfisema. Dilakukan pengukuran volume alun nafas, tekanan CO2 darah arteri (P C02) dan tekanan CO2 rata-rata udara ekspirasi (PECO2). Pengukuran PEC02 dilakukan dengan cara baru, yaitu berdasarkan analisis kapnogram. Nilai VD diperoleh berdasarkan persamaan Bohr dari ketiga parameter di atas dikurangi dengan besarnya ruang rugi alat.
Hasil dan Kesimpulan: Nilai VD kelompok PPOM adalah 361,6 ± 91,6 ml (X ± SD), dan pada kelompok kontrol 201,03 ± 26,83 ml. Pada kelompok bronkitis kronik dan asma kronik, VD 381 ± 21,24 ml, tidak berbeda dari kelompok bronkitis-emfisema dan emfisema yaitu 344,43 ± 26,43 ml. Tidak ada hubungan antara VD dengan lama sakit maupun dengan FEV1 pada kelompok PPOM. Demikian pula antara kelompok bronkitis kronik dan asma kronik dengan kelompok bronkitis-emfisema dan emfisema. Penyakit paru obstruksi menahun menyebabkan peningkatan ruang rugi fisiologik. Pengukuran PECO2 dengan analisis kapnogram lebih praktis, hanya menggunakan satu macam alat, waktu pemeriksaan lebih singkat, dan hasil yang diperoleh ekivalen dengan cara konvensional. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1990
T58403
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlela Budjang
Jakarta: UI-Press, 1992
PGB 0506
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Hastuti
"Studi kasus dilakukan di industri mebel informal yang selama ini masih kurang mendapat perhatian dalam hal usaha kesehatan dan keselamatan kerja. Tujuan studi kasus untuk mendapat informasi tentang sarana dan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja, pajanan di tempat kerja, keluhan akibat pajanan debu kayu, gangguan saluran napas pada tenaga kerja, faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya penyakit, usulan alternatif pemecahan masalah serta hasilnya. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran lingkungan kerja serta sarana kesehatan dan keselamatan kerja; pada tenaga kerja dilakukan wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan uji faal paru.
Hasil studi kasus didapatkan sarana kesehatan dan keselamatan kerja masih kurang antara lain ventilasi, penerangan (75 luks), kadar pajanan debu kayu masih di bawah nilai ambang batas (1-5mg/m3), keluhan akibat pajanan debu kayu sudah dirasakan antara lain bersin-bersin dua orang, gatal di mata dan kulit dua orang, batuk-batuk dua orang dan satu kasus asma tanpa disertai penurunan uji faal paru. Faktor yang mungkin berpengaruh terhadap kasus adalah merokok dan atopi, asma yang diderita mungkin berhubungan dengan pekerjaan. Hasil perbaikan yang dicapai antara lain perbaikan ventilasi, pencahayaan dan kebersihan lingkungan kerja, terhadap kasus pembatasan waktu kerja dan mengurangi merokok.

This case study was conducted, considering that informal furniture industries usually do not on work health and safety. The objective of this study was to obtain information on facilities and its health and safety, exposure on work environment, complaints caused by exposure to wooden dust, disorders of respiratory tract in the workers, other factors that seems to contribute the illness, to propose of alternative problem solving and the result of it's. Data for this case study have been collected from observation and measurements of the work environment, observation of the facilities and health safety, interview, physical examination, laboratory examination and lung function test to the workers.
The results of this case study indicates that work health and safety is not adequate, such as minimal ventilation and light (75 lux). Although exposure to wooden dust is still below the permitted limit (1-5 mg/m3), are complaints caused by exposure to wooden dust such as sneezing, irritation of eyes and skin, cough each other two workers; and one special case asthma without decrease of the lung function. Other factors that may contribute to the effect are cigarettes and individuals atopi, asthma probably work related diseases. The improvements of this case study are ventilation, lighting and environment; one special case asthma have suggested to reduce the working hours and cigarettes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suherman
"Penyakit Tuberkulosis Paru BTA (+) di DKI Jakarta masih merupakan masalah kesehatan, prevalensi penderita TB. Paru BTA (+) tahun 1580 sebesar 2,6%o (dua koma enam perseribu atau permil), tahun 1993-1994 dengan pemeriksaan mikroskop flouresence sebesar $,25%o, sedangkan prevalensi untuk kelompok umur ≥ 15 tahun 4,9%o. Sebagian besar (91,7%) penderita TB. Paru BTA (+) berpenghasilan rendah dan tidak mampu membeli paket obat, sementara paket Obat Anti Tuberkulosisi yang tersedia di Puskesmas belum dimanfaatkan sepenuhnya (79,4%). Oleh karena itu timbul pertanyaan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pemanfaatan pengobatan TB. Paru BTA (+) di Puskesmas ?
Penelitian ini menggunakan pendekatan disain kasus kontrol dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan diatas. Variabel utama yang dipelajari adalah pengetahuan penderita tentang penyakit TB. Paru BTA (+) dan pengcbatannya, lama sakit serta tingkat keparahan terhadap pemanfaatan pengobatan TB. Paru BTA (+) di Puskesmas.
Kasus adalah penderita TB.Paru BTA (+) yang ditemukan melalui Survei Prevalensi tahun 1993-1994 sebanyak 40 penderita, kontrol sebanyak 92 penderita adalah penderita TB. Paru BTA (+) yang mendapat pengobatan paket jangka pendek dari Puskesmas dan bertempat tinggal di wilayah kelurahan yang lama dengan kasus.
Analisis bivariat menunjukan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pengobatan TB. Paru BTA (+) di Puskesmas adalah pengetahuan dengan Odds Rasio (OR) 3,80 (95% CI ; 1,59-9,21 p < 0,001), lama sakit dengan OR 2,52 (95% CI ; 1,02-6,32 p = 0,026), biaya berobat dengan OR 15,83 (957 CI ; 3,44 - 95,85 p < 0,001), biaya transportasi dengan OR 3,43 (95% CI ; 1,48 - 8,07 p < 0,001), kelengkapan pelayanan dengan OR 12,62 (95% CI ;4,76 - 34,31 p<0,001) dan pekerjaan penderita dengan OR 2,23 (95% CI ; 0,94 - 5,36 p = 0,044).
Analisis multivariat dengan regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pengobatan TB.Paru BTA (+) di Puskesmas berdasarkan kontribusinya secara berurutan adalah variabel biaya berobat, kelengkapan pelayanan, pengetahuan dan lama sakit dengan nilai likelihood rasio = 112,7062 dan nilai p<0,001.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa penderita dengan pengetahuan yang baik, biaya berobat yang murah dan pelayanan yang lengkap akan meningkatkan jumlah penderita yang memanfaatkan pengobatan TB Paru BTA (+) di Puskesmas.

Cases Control Study The Utilization Treatment Of Lung Tuberculosis Sputum Smear Positive Mycobacterium Tuberculosis (Tb. Positive) At Public Health Centres Jakarta Province In 1995Lung Tuberculosis of sputum smear TS (+) at Jakarta Province is still made up of health problem, the prevalence of Lung Tuberculosis in 1980 was 2,C %o (two point six per mill), in 1993-1994 it was 3,25%o of examine by fluorescence microscope, mean while the prevalence for age group 3 15 years was 4,9 %o. Most of sufferers (91,7%) of Lung tuberculosis patients were coming from low-income family and could not afford the package of chemotherapy drugs regimen, while existing package of drugs regimen Anti Tuberculosis at Public Health Centers are unused yet at a whole (79,4%). Therefore, a question comes out, what is the inhibited factors the utilization treatment of Lung Tuberculosis sputum smear (+) at Public Health Centers ?
This research used a kind of "cases control design" approach on the purpose to answer the above question. The primary variables to be learned was knowledge patients on Lung Tuberculosis sputum smear (+) and treatment programme, the length of suffering the desease and degree of seriousness of condition against to the utilization of Lung Tuberculosis sputum smear (+) at Public Health Centers.
A cases is patient of Lung Tuberculosis sputum smear (+) founded of 40 patients trough Prevalence Survey con-ducted in 1993-1994, control of $2 patients were the sufferers of this desease who had short-term package drugs regimen at Public Health Centers which is located at the same sub-district as the case.
Bivariate analysis indicated that affecting variables to the utilization treatment of Lung Tuberculosis sputum smear (+) at Public Health Centers is the knowledge of Odds Ratio (OR) is 3,80 (95% CI ; 1,59-9,21 p < 0,001), the OR of length of suffering is 2,52 (95% CI ; 1,02 - 6,32 p = 0,062), The OR treatment cost is 15,83 (95% CI; 3,44-95,85 p < 0,001 ), the OR of transportation cost is 3,44 (95% CI; 1,48 - 8,07 p t 0,001 ), the OR of services completeness is 12,62 (95% CI ;4,76-34,31 p 0,001) and the OR of patients occupations is 2,23 (95% CI ; 0,94 - 5,36 p = 0,044).
Multivariate analysis by logistic regression indicated that affecting variables to the utilization treatment of Lung Tuberculosis sputum smear (+) at Public Health Centers in accordance with the respective contribution are cost treatment, services completeness, knowledge and length of suffering the desease with likelihood ratio = 112,7062 and p value < 0,001.
This research concluded that good knowledge of the patient, low-cost of medicinal treatment and completed services will increase the number of patients to the utilization treatment of Lung Tuberculosis sputum smear (+) at Public Health Centers."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Sulistyowati Soetardjo
"ABSTRAK
Dampak penting akibat pembangunan industri antara lain adalah perubahan kualitas udara yang disebabkan oleh pencemaran udara. Salah satu kegiatan industri yang diduga menimbulkan dampak tersebut adalah industri Pabrik Semen Tonasa yang berada di desa Mangilu, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pencemaran udara oleh kegiatan P.T. Semen Tonasa terhadap kejadian penyakit saluran pemapasan yang ada di masyarakat sekitarnya.
Digunakan rumus Gaussian Model untuk mengetahui konsentrasi partikel debu dalam menentukan titik lokasi penelitian, yaitu sebagai tempat pengukuran kualitas udara ambien dan pengambilan sampel penelitian.
Mencari derajat hubungan kejadian penyakit saluran pernapasan yang ada di masyarakat sekitar dengan faktor-faktor yang berkaitan yaitu Jenis Pekerjaan, Masa Kerja Dan Lama Tinggal serta faktor lain yang mungkin memberikan kontribusi terjadinya penyakit saluran pernapasan yaitu faktor kesehatan lingkungan human dalam hal ini adalah kondisi rumah hunian masyarakatnya yang meliputi ventilasi, kepadatan hunian dan bahan bakar rumah tangga yang digunakan.
Dilakukan survei dengan pendekatan cross sectional, di sekitar ke 4 lokasi pengambilan sampel untuk pengukuran kualitas udara ambien dilakukan pula pengambilan sampel penelitian secara acak dan proporsional sebanyak 120 responden.
Dengan menggunakan uji statistik multivariabel regresi logistik, didapatkan hasil sebagai berikut : Jenis pekerjaan mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik (p < 0,05) dengan kejadian penyakit saluran pernapasan. Adapun Lama Tinggal tidak menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik (p > 0,05) dengan kejadian penyakit saluran pernapasan yang ada. Kenyataan tersebut di atas ditunjang dengan basil pengukuran kualitas udara ambien terhadap konsentrasi partikel debu yang masih berada di bawah Nilai Ambang Batas (NAB) sebagaimana yang ditetapkan berdasarkan Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan, Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: Kep. 02/MenKLH/1988 Tanggal: 19 Januari 1988, Jakarta 1988 yaitu 0,260.mg/m3
Dalam penelitian ini ditemukan risiko terjadinya penyakit saluran pernapasan adalah 3 kali lebih besar bagi responden dengan jenis pekerjaan berhubungan dengan debu dan masa kerja di atas 4 tahun dibandingkan dengan jenis pekerjaan tidak berhubungan dengan debu dan masa kerja kurang hingga 4 tahun.
Faktor kondisi kesehatan lingkungan hunian (ventilasi, kepadatan hunian, dan bahan bakar rumah tangga) yang diduga sebagai faktor pengganggu ternyata mempunyai kontribusi yang tidak bermakna secara statistik terhadap kejadian penyakit saluran pemapasan. Didapatkan model regresi logistik yang fit terhadap kejadian penyakit saluran pernapasan adalah Jenis Pekerjaan dan Masa Kerja.
Hasil lain yang ditemukan adalah bahwa estimasi kemungkinan (EK) orang menderita penyakit saluran pernapasan di sekitar PT. Semen Tonasa tertinggi sebesar 5,06% bila kondisi orang dengan jenis pekerjaan berhubungan dengan debu dan mass kerja di atas 4 tahun, sebaliknya jika kondisi di atas tidak terpenuhi maka EK turun hingga menjadi 0,89%.

ABSTRACT
One of the significant impacts generated by industrial activities is the change in air quality due to air pollution. The Tonasa Cement Factory operated by P.T. Semen Tonasa in Mangilu Village, Bungoro Sub-district, District of Pangkajene Kepulauan, South Sulawesi, is assumed to belong to those industries that pollute the air.
The objective of the research is to determine the relation of air pollution generated by the activities of P.T. Semen Tonasa on the incidence of respiratory diseases suffered by the people living around the location of the cement factory.
By applying the Gaussian Model to fix the location of sampling sites, the ambient air quality was measured to determine the concentration of dust particles in the air.
Furthermore, activities were conducted to determine the level of correlation between the incidence of respiratory diseases suffered by the people surroundings of the cement factory and such factors as the type of work, extent of employment, and the period of time living in the surroundings of the factory. Also, a correlation was determined related to their settlement environmental conditions such as the conditions of houses including the condition of house ventilation, density, and the kind of fuel used by the households.
Conducting surveys and using a cross-sectional approach, from the four air sampling sites, chose 120 respondents randomly and proportionally.
The type of work shows statistically significant correlation with the incidence of respiratory diseases. However, the period time of living in the surrounding of the cement factory does not. These finding are supported by the results of the determination of the concentration of dust particles which amounted to less than the Upper Threshold Value (i.e. 0,260 mg/m3) as stated in the Decree of the States Minister of the Environment No.Kep- 02/MenKLH/1988 of January 19, 1988.
The research showed that the risk of respiratory diseases is three times greater among respondents whose work is related to dust and their extent of employment is more than four years. The condition of the houses (ventilation, density, and kind of fuel used) which was assumed to be contributing factors to the incidence of respiratory diseases, proved to be not the case.
A logistic regression model, which fitted the incidence of respiratory diseases, was found in the case of type of work and extent of employment.
Also results were obtained concerning the estimation probabilities of people living in the surroundings of the cement factory who suffer from respiratory diseases. This amounted to a maximum of 5.06 percents of people whose work are related to dust and whose extent of employment exceeds four years. On the other hand, the estimation probabilities dropped to 0.89 percents of people whose work is not related to dust and whose extent of employment is less than four years.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Menaldi Rasmin
Jakarta: UI-Press, 2008
PGB 0235
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Farzan, Sattar
"Buku yang berjudul "A concise handbook of respiratory diseases" ini ditulis oleh Sattar Farzan. Buku ini membahas tentang penyakit-penyakit yang menyerang organ pernapasan manusia"
Norwalk: Appleton & Lange, 1992
R 616.2 FAR c
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Nugroho
"Jakarta Pusat merupakan daerah dengan tingkat kemacetan lalu-lintas yang tinggi sehingga emisi polutan dari kendaraan bermotor tinggi pula. Salah satu polutan tersebut suspended particulate matter (SPM) dapat dipengaruhi oleh faktor meteorologi (curah hujan, kelembaban relatif udara, suhu udara, dan kecepatan angin). Suspended particulars matter (SPM dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa infeksi saluran pernapasan akut bagian atas dan asma.
Tujuan dari penelitian ini untnuk mengetahui keoenderungan konsentrasi SPM dan faktor meteorologi serta hubungan faktor meteorologi dengan prevalensi penyakit infeksi saluran pemapasan bagian atas dan asma di Jakarta Pusat tahun 2003 sampai dengan 2005.
Penelitian ini merupakan studi ekologi, yang mengaualisis data sekunder faktor meteorologi dan suspended particulate matter (SPM) dari badan meteorologi dan geofisika Jakarta dan data penyakit dari suku dinas kesehatan Jakarta Pusat berupa data penderita infeksi saluran pemapasan akut bagian atas dan asma pada puskesmas kelurahan di Jakarta Pusat tahun 2003-2005. Sampel dalam penelitian ini adalah prevalensi infeksi saluran pemapasan akut bagian atas dan asma per kelurahan per bulan. Analisis meliputi uji anova untuk mencari apakah ada perbedaan bermakna antar tahun diantara variabel yang diteliti. Analisis hubungan dilakukan dengan uji korelasi dan regresi.
Rata-rata konsentrasi suspended particulate matter untuk tahun 2003 sebesar 164,486 µg/m3 konsentrasi tertinggi pada bulan Juli sebesar 211,224 µg/m3 dan terendah sebesar 121,827 µg/m3 pada bulan Desember Rata-rata konsentrasi pada tahun 2004 sebesar 152,447 µg/m3 dan tertinggi pada bulan Juni sebesar 288,022 µg/m3 dan terendah 108,067 µg/m3 pada bulan Januari, sedang pada tahun 2005 rata-rata konsentrasi sebesar 296,147 µg/m3 dan tertinggi pada Bulan Mei sebesar 296,147 µg/m3 dan terendah pada bulan Februari sebesar 82,788 gg/ma. Tidak ada perbedaan yang bennakna konsentrasi SPM antara tahun 2003, 2004 dan 2005.
Rata-rata suhu udara sepanjang tahun 2003 - 2005 adalah 28,461°C dengan suhu minimum sebesar 27,465 ?C dan suhu maksimum 29,048 °C. Curah hujan sebesar 163,831 mm, curah hujan minimum sebesar 18,800 mm dan mal-Lsirnum 422,933 mm, rata-rata hari hujan sebesar 11,773 hari, hari hujan minimum 3,333 hari dan maksimum 22,333 hari, Kelembaban udara rata-rata sebesar 74,069%, kelembaban minimum sebesar 68,669 % dan maksimum 80,312 %. Kecepatan angin rata-rata 2,394 knot, kecepatan angin minimum 2,144 knot dan maksimum 2,874 knot.
Hasil penelitian didapatkan prevalen infeksi saluran pemapasan akut bagian atas tertinggi di Jakarta Pusat pada 2003 terjadi pada bulan Juli sebesar 0,0165, tahun 2004 pada Bulan Desember sebesar 0,0185 dan pada tahun 2005 Bulan Agustus sebesar 0,0204 Kecenderungannya semakin naik dari tahun 2003 - 2005. Prevalensi asma di Jakarta Pusat yang tertinggi pada tahun 2003 pada Bulan Agustus sebesar 0,000843, dan pada tahun 2004 pada Bulan Desember sebesar 0,000930 dan pada tahun 2005 pada bulan Maret sebesar 0,000980. Kecenderungan prevalensi asma tahun 2005 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Hubungan antara SPM dengan faktor meteorologi secara bersama-sama diuji menggunakan analisis regresi linear ganda menghasilkan nilai koefisien determinasi (R ) 0,319, artinya persamaan garis regresi yang dihasilkan dapat menerangkan 31,9 % variasi konsentrasi suspended particulate matter. Konsentrasi SPM = -2576,325 + 93,077 * suhu udara + 10,437 hari hujan + 1092,408 * kecepatan angin - 36,924 (suhu udara * kecepatan angin) - 4,940 (hari hujan * kecepatan angin) + e.
Hubungan antara infeksi saluran pernapasan akut bagian atas dengan suspendend particulate matter bermakna dengan kekuatan hubungan lemah (r = 0,123) berarah positif. Prevalensi infeksi saluran pernapasan akut dapat dijelaskan oleh varibel suspended particulate matter sebesar 1,5 %, peningkatan konsentrasi suspended particulate matter sebesar satu satuan menaikkan prevalensi infeksi saluran pernapasan akut bagian atas sebesar 0,00003 atau 3 per 100.000 penduduk.
Hubungan antara asma dengan suspended parriculate matter bermakna dengan dengan kekuatan hubungan yang Iemah (r = 0,078) berarah positif. Prevalensi asma dapat dijelaskan oleh variabel szupended particulate matter sebesar 0,6 %. Peningkatan suspended particulate matter satu satuan akan meningkatkan prevalensi asma sebesar 0,000013 atau 13 per 1.000000 penduduk.
Penanggulangan pencemaran SPM dapat ditempuh dengan pengawasan yang ketat terhadap gas buang kendaraan melalui uji emisi secara periodik serta pembatasan umur kendaraan yang beroperasi di jalan raya, bagi penduduk yang tinggal di daerah dengan kepadatan lalu-Iintas dnggi perlu mengambil waktu berlibur pada daerah yang tak terpolusi, untuk mengurangi pajanan yang terus-menerus, penyemprotan air secara periodik pada titik sumber debu saat musim kemarau seperti pada area pembangunan gedung."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T21153
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismid Djalil Inonu Busroh
Jakarta: UI-Press, 2003
PGB 0154
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Itsna Masyruha
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas penatalaksanaan balita sakit dengan gejala pneumonia di puskesmas, Jawa Barat tahun 2012. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data evaluasi pelatihan MTBS tahap pretest dengan desain cross-sectional. Hasil menunjukkan kualitas penatalaksanaan rendah (9,3%). Terlihat dari rendahnya kepatuhan petugas dalam melakukan penilaian terhadap tanda dan gejala, kesesuaian petugas dalam menetapkan klasifikasi, kesesuaian petugas dalam memberikan pengobatan, serta kepatuhan petugas dalam memberikan konseling (2,6%; 7,9%; 5,6%; dan 1,3%). Faktor yang berhubungan dengan kualitas penatalaksanaan balita sakit tersebut adalah tipe profesi dan pendidikan petugas kesehatan. Kesimpulan yang didapatkan kualitas penatalaksanaan balita sakit dengan gejala pneumonia masih rendah.

This thesis aims to describe the quality of care for under-five ill children having pneumonia symptom in community health center in West Java, 2012. This study is conducted by using the evaluation study pre-test IMCI training data with cross sectional design. The result indicates that the quality of care for under-five children is still low. It is showed from the lack adherence of health worker assessing sign and symptom, the lack compatibility in classification and treatment, and the lack adherence of health worker giving the counseling (2,6%;7,9%; 5,6%; 1,3%). The determinants of quality of care for under-five are the type of profession and education of health workers. In conclusion, quality of care for underfive children is low and the determinants are type of profession and education of health worker."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44332
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>