Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vionita
"Kalimat 把 ba yang juga disebut kalimat disposal adalah kalimat yang menempatkan objek takrif setelah 把 ba dan sebelum verba. Kalimat disposal berpola dasar S 把 O P. Predikat berupa verba tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus diikuti oleh unsur lain, salah satunya adalah reduplikasi verbal. Reduplikasi verbal mengandung makna semantis tertentu yang akan ditelaah dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna delimitatif dan makna tentatif yang muncul dalam reduplikasi verbal pada kalimat 把 ba. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan penyajian deskriptif. Data penelitian berupa reduplikasi verbal pada kalimat 把 ba yang diperoleh dari dialog pada drama dan narasi pada novel. Dalam analisis, penulis memasukkan konteks untuk mendeskripsikan makna tertentu pada data. Hasil penelitian membuktikan bahwa reduplikasi verbal pada kalimat 把 ba mengandung makna delimitatif, makna tentatif dan kombinasi antara makna delimitatif + tentatif dalam konteks tertentu.

The 把 ba sentence, also called disposal sentence, is a sentence that places the object after 把 ba and before the verb. The disposal sentence has the basic pattern, namely the S 把 O P. The predicate which is the verb cannot stand alone, but must be followed by other elements, such as verbal reduplication. Verbal reduplication contains certain semantic meanings which will be examined in this research. This research aims to describe the delimitative and tentative meanings which appear in the verbal reduplication of 把 ba sentence. The research has been conducted using qualitative method with descriptive approach. The research data is in the form of verbal reduplication found in the 把 ba sentence, which is obtained from the drama's dialogues and novel's narration. In the analysis, the authors include context to describe the certain meaning in the data. The results of the research prove that the verbal reduplication in the 把 ba sentence contains delimitative meaning, tentative meaning and a combination of delimitative + tentative meaning in certain contexts."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lestari Adiyanti
"Dubbelop adalah istilah dalam bahasa Belanda yang dapat diterjemahkan sebagai: pendobelan/pengulangan. Yang dimaksud di sini adalah pengulangan pemakaian kata dalam suatu kalimat, baik pengulangan yang eksplisit maupun yang implifsit. dapat berjalan dengan lancar.
Pengulangan ini sering terjadi, tapi bila pengulangan terjadi pada teks tertulis, hampir dapat dipastikan bahwa pengulangan tersebut dimaksudkan untuk tujuan tertentu, yaitu untuk memberikan penekanan anti dapat berjalan dengan lancar.
Dalam skripsi ini, penelitian dilakukan terhadap teks-teks tertulis yang mengandung pengulangan, dan yang akan diteliti adalah apa unsur pembentuk pengulangan serta bentuk pemuncu_lannya, pada jenis bacaan apa pengulangan lebih banyak terjadi serta fungsi dari pengulangan itu sendiri dalam suatu kalimat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S15749
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983
499.25 SIS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1984
499.25 SIS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Depdikbud, 1984
499.221 5 SIS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Maurits Dakhtar Soaloon
"Jika hendak memerikan tata bahasa Indonesia, pekerjaan kita tidak akan lengkap jika kita tidak membicarakan proses reduplikasi sebagai pembentuk kata dalam bahasa itu. Bahkan bahasa apa pun yang menjadi obyek penelitian kita, jika bahasa itu termasuk rumpun Austronesia, penelitian kita tidak akan lengkap tanpa membicarakan reduplikasi. Tampaknya hal ini berlaku juga bagi beberapa bahasa lain di luar rumun ini, karena dalam bahasa-bahasa itu pun terdapat bentuk-bentuk yang dapat juga digolongkan dalam reduplikasi. Menurut Gonda (1939) reduplikasi terdapat juga dalam bahasa seperti Jarman, Belanda, Inggris, dan Marathi, terutama dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa Inggris, Marchand (1969) mencatat contoh-contoh reduplikasi yang disebutnya ""ablaut combinations"", misalnya: bibble-babble, chitchat, dilly-dally, dsb.Walaupun pemakaian reduplikasi dalam bahasa Indonesia (bI) sebagai salah satu anggota rumpun Austronesia sangat luas dan jenisnya beranekaragam, dapat dikatakan bahwa penelitian mengenai 'reduplikasi yang pernah dilakukan belum tuntas. Reduplikasi biasanya dibicarakan sebagai bagian kecil dari pembicaraan tentang morfologi bI, dan setiap buku tata bahasa Indonesia tentunya akan membicarakannya.
Sebagai Salah aatu usaha melengkapi deskripsi tata bahasa Indonesia, tulisan ini akan mencoba memberikan deskripsi reduplikasi dalam bahasa itu guna melihat jenis-jenisnya berdasarkan bentuk, fungsi dan arti yang dapat dihubungkan dengan bentuknya. Karena dalam penelitian-penelitian terdahulu apa yang disebut reduplikasi semantis kurang mendapat perhatian, maka jenis reduplikasi ini pun akan dicoba untuk memerikannya lebih lanjut. Selanjutnya, reduplikasi yang "terikat-konteks" akan diperiksa pula, karena jenis reduplikasi ini pun kurang mendapat perhatian.
1.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu
Sejak Kern (1886) dan Brandstetter (1916) mengadakan penelitian tentang akar kata dalam bahasa-bahasa Nusantara, sebenarnya penelitian reduplikasi da1am`b1, atau setidak-tidaknya dalam bahasa Melayu (bM), secara implisit telah dimulai. (Menganai ini akan dilanjutkan di bawah ini).
Dalam Salah satu penelitiannya tentang struktur kata dalam bahasa-bahasa Indonesia, Gonda (1959) juga telah menyinggung reduplikasi. Antara lain dia menduga bahwa kata-kata seperti tetan, tetas, dan sesak merupakan hasil reduplikasi. Hasil penelitian Gonda ini bersama-sama dengan hasil penelitian Kern dan Brandstetter sangat berguna dalam penelitian reduplikasi secara diakronis dalam bI. Penelitian Bijleveld (1945) tentang pengulangan dalam bM, bahasa Jawa (bJ) dan bahasa Sunda (bS) menunjukkan bahwa reduplikasi tidak hanya terbatas pada kata tetapi juga mencakup kalimat dan bagian kalimat (reduplikasi sintaksis).
Dalam penelitian ini Bijleveld mencoba menerangkan motif timbulnya pengulangan dalam ketiga bahasa itu dengan menghubungkannya dengan cara berpikir dan cita-rasa pemakai bahasa-bahasa tersebut. Hasil penelitian Bijleveld ini berguna bagi usaha untuk menghubungkan arti dengan bentuk-bentuk reduplikasi. Namun, reduplikasi sebagai proses morfemis kurang mendapat nerhatian seperti ternyata dari tidak adanya penjenis-an yang terperinei dari bentuk, fungsi, dan arti reduplikasi Beberapa pikiran yang cukup menarik yang dikemukakan oleh Bijleveld untuk menerangkah munculnya pengulangan dalam ketiga bahasa itu a.1. ialan adanya keinginan untuk menyatakan perasaan yang bergelora secara lebih kongkret; Kecenderungan untuk menyatakan pikiran secara lebih hemat; eerita tidax dapat diselesaikan secara linea feota, karena tidak adanya kemungxinan lain, karena tidak adanya konstruksi-konstruksi yang kompleks dan kompak; keinginan untuk menimbulkan efek-efek estetis melalui permainan bunyi; tidak terdapatnya kata-Kata untuk menyatakan pengertian kolektif dan umum. Semuanya ini dapat dipulangkan pada cara berpikir "primitif" yang a.l. mencakup "... een gevoel voor nerhaling, een heehten aan het gelijke, het ongedifferentieerde, net schematische, zooals dit zich in de natuur onenbaart" (hal. 10)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1979
D1130
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Maurits Dakhtar Soaloon
"Jika hendak memerikan tata bahasa Indonesia, pekerjaan kita tidak akan lengkap jika kita tidak membicarakan proses reduplikasi sebagai pembentuk kata dalam bahasa itu. Bahkan bahasa apa pun yang menjadi obyek penelitian kita, jika bahasa itu termasuk rumpun Austronesia, penelitian kita tidak akan lengkap tanpa membicarakan reduplikasi. Tampaknya hal ini berlaku juga bagi beberapa bahasa lain di luar rumun ini, karena dalam bahasa-bahasa itu pun terdapat bentuk-bentuk yang dapat juga digolongkan dalam reduplikasi. Menurut Gonda (1939) reduplikasi terdapat juga dalam bahasa seperti Jarman, Belanda, Inggris, dan Marathi, terutama dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa Inggris, Marchand (1969) mencatat contoh-contoh reduplikasi yang disebutnya ""ablaut combinations"", misalnya: bibble-babble, chitchat, dilly-dally, dsb.Walaupun pemakaian reduplikasi dalam bahasa Indonesia (bI) sebagai salah satu anggota rumpun Austronesia sangat luas dan jenisnya beranekaragam, dapat dikatakan bahwa penelitian mengenai 'reduplikasi yang pernah dilakukan belum tuntas. Reduplikasi biasanya dibicarakan sebagai bagian kecil dari pembicaraan tentang morfologi bI, dan setiap buku tata bahasa Indonesia tentunya akan membicarakannya.
Sebagai Salah aatu usaha melengkapi deskripsi tata bahasa Indonesia, tulisan ini akan mencoba memberikan deskripsi reduplikasi dalam bahasa itu guna melihat jenis-jenisnya berdasarkan bentuk, fungsi dan arti yang dapat dihubungkan dengan bentuknya. Karena dalam penelitian-penelitian terdahulu apa yang disebut reduplikasi semantis kurang mendapat perhatian, maka jenis reduplikasi ini pun akan dicoba untuk memerikannya lebih lanjut. Selanjutnya, reduplikasi yang "terikat-konteks" akan diperiksa pula, karena jenis reduplikasi ini pun kurang mendapat perhatian.
1.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu
Sejak Kern (1886) dan Brandstetter (1916) mengadakan penelitian tentang akar kata dalam bahasa-bahasa Nusantara, sebenarnya penelitian reduplikasi da1am`b1, atau setidak-tidaknya dalam bahasa Melayu (bM), secara implisit telah dimulai. (Menganai ini akan dilanjutkan di bawah ini).
Dalam Salah satu penelitiannya tentang struktur kata dalam bahasa-bahasa Indonesia, Gonda (1959) juga telah menyinggung reduplikasi. Antara lain dia menduga bahwa kata-kata seperti tetan, tetas, dan sesak merupakan hasil reduplikasi. Hasil penelitian Gonda ini bersama-sama dengan hasil penelitian Kern dan Brandstetter sangat berguna dalam penelitian reduplikasi secara diakronis dalam bI. Penelitian Bijleveld (1945) tentang pengulangan dalam bM, bahasa Jawa (bJ) dan bahasa Sunda (bS) menunjukkan bahwa reduplikasi tidak hanya terbatas pada kata tetapi juga mencakup kalimat dan bagian kalimat (reduplikasi sintaksis).
Dalam penelitian ini Bijleveld mencoba menerangkan motif timbulnya pengulangan dalam ketiga bahasa itu dengan menghubungkannya dengan cara berpikir dan cita-rasa pemakai bahasa-bahasa tersebut. Hasil penelitian Bijleveld ini berguna bagi usaha untuk menghubungkan arti dengan bentuk-bentuk reduplikasi. Namun, reduplikasi sebagai proses morfemis kurang mendapat nerhatian seperti ternyata dari tidak adanya penjenisan yang terperinei dari bentuk, fungsi, dan arti reduplikasi Beberapa pikiran yang cukup menarik yang dikemukakan oleh Bijleveld untuk menerangkah munculnya pengulangan dalam ketiga bahasa itu a.1. ialan adanya keinginan untuk menyatakan perasaan yang bergelora secara lebih kongkret; Kecenderungan untuk menyatakan pikiran secara lebih hemat; eerita tidax dapat diselesaikan secara linea feota, karena tidak adanya kemungxinan lain, karena tidak adanya konstruksi-konstruksi yang kompleks dan kompak; keinginan untuk menimbulkan efek-efek estetis melalui permainan bunyi; tidak terdapatnya kata-Kata untuk menyatakan pengertian kolektif dan umum. Semuanya ini dapat dipulangkan pada cara berpikir "primitif" yang a.l. mencakup "... een gevoel voor nerhaling, een heehten aan het gelijke, het ongedifferentieerde, net schematische, zooals dit zich in de natuur onenbaart" (hal. 10)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1979
D312
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Mustafa
"Reduplication is a morphological operation in many Austronesian languages, including Acehnese. This process is very productive in Acehnese, and it occurs with many patterns. This study aims to find out the reduplication patterns in Acehnese based on nine literary works written in the 19th century or earlier. The study also focuses on reduplicated patterns and how affixation is treated in reduplication. The study was qualitative, and thus the data were analyzed qualitatively. The data collection and analysis included data extraction, data classification, data display, and data interpretation. The conclusion was verified by comparing the interpretation and tokens from the data. The results showed that reduplication in Acehnese appeared in total reduplication and partial reduplication. Each pattern involved rhythmic reduplications where vowel and some consonant alterations appeared in the reduplicants. In addition, some of those patterns were lexicalized reduplication, where the reduplication did not have any stem or non-reduplicated form. More than half of the lexicalized reduplicated words were onomatopoeia, words imitating sounds. Finally, only prefixes meu-, peu-, and teu- are found in Acehnese reduplication. These findings have provided comprehensive information regarding the patterns of Acehnese reduplication, which revealed that reduplication is a significant process of word formation in the language."
Madura: Institut Agama Islam Negeri Madura, 2022
890 JBS 16:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Delfina Yuniara
"Penelitian mengenai adverbia dalam bahasa Indonesia ini telah dilakukan, tujuannya adalah mengetahui perilaku sintaktis Adverbia Reduplikatif dalam Bahasa Indonesia. Pengumpulan data dilakukan melalui pencatatan kalimat kalimat yang mengandung adverbia reduplikatif, baik dari bahasa tulis, yaitu karya-karya Nh. Dini, Harian Kompas, dan kamus maupun hasil intuisi penulis. Kemudian dilakukan pengklasifikasian data dan data-data tersebut dianalisis. Hasilnya diperoleh seperangkat kaidah mengenai perilaku sintaktis Adverbia Reduplikatif dalam Bahasa Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S10717
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aneesa Putri Subagio
"Makalah ini membahas mengenai kelas kata dari kata yang direduplikasi, pola reduplikasi, dan fungsi sintaktis reduplikasi pada Bahasa Mandarin. Data penelitian diambil dari cerita chunfeng chenzui de wanshang (Malam yang Memabukkan di Musim Semi). Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan teori yang dikemukakan oleh Li dan Thompson serta Li dan Cheng yang membahas tentang kelas kata dan pola reduplikasi Bahasa Mandarin. Untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih spesifik, digunakan teori dari Wang Liyuan yang khusus membahas mengenai pola pada reduplikasi dari kelas kata numeralia, dan teori Zhu Jianning yang membahas mengenai kelas kata serta fungsi sintaktis dari reduplikasi pada Bahasa Mandarin. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kata bereduplikasi pada Bahasa Mandarin terbagi dalam enam kelas kata: verba, ajektiva, nomina, adverbia, kata penggolong, dan numeralia. Dari segi pola, terdapat lima pola reduplikasi pada Bahasa Mandarin: AA, ABB, AABB, A yi A, dan yi A yi A. Dari segi fungsi, reduplikasi pada Bahasa Mandarin memiliki tiga fungsi: sebagai predikat, atribut, dan keterangan.

This paper describes part of speech, syllabic patterns, and syntactic functions of reduplication in Mandarin Chinese. Research data will be collected from ceritachunfeng chenzui de wanshang (Intoxicating Spring Nights) short story. Research will be conducted in qualitative method using theories on part of speech and syllabic patterns of reduplication in Mandarin Chinese from both Li and Thompson, as well as Li and Cheng. For more spesific results, Wang Liyuans theories on numeral reduplication, and Zhu Jiannings theories on part of speech and syntactic functions of reduplication in Mandarin Chinese will also be used. This research results in the division of reduplication into six parts of speech: verb, adjective, noun, adverb, measure word, and numeral. In terms of the patterns, there are five patterns of reduplication in Mandarin Chinese: AA, ABB, AABB, A yi A, and yi A yi A. In terms of the function, reduplication in Mandarin Chinese have three syntactic functions: as predicate, attribute, and adverb.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>