Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putera Anarta Mardanadi
"Di dalam keseharian kehidupan, seiring manusia yang keluar dari ruang privatnya, manusia dihadapkan dengan keberadaan ruang kota yang merupakan ruang publik, yang juga dialami manusia yang lain. Manusia yang mengisi ruang keseharian tersebut adalah manusia yang belum tentu mengenal satu sama lain, sehingga ketika sedang berada di ruang kota tersebut, seorang individu berada di antara orang-orang asing. Interaksi yang terjadi membuat seorang individu harus menyeimbangkan hak kebebasannya di ruang publik dengan keberadaan individu yang lain di ruang tersebut, dengan memperhatikan order-order yang telah ada dan disepakati.
Namun, dalam keseharian di ruang kota yang dipenuhi keragaman, banyak individu yang menempatkan ruang privat di ruang publik, sehingga menciptakan suatu ruang yang disorder. Ruang yang disorder tersebut menjadi keseharian manusia di suatu ruang karena telah menyatu dalam ritme rutinitas keseharian manusia. Disorder tersebut hadir dalam berbagai perwujudan dan banyak hal yang merupakan bagian dari ruang kota, yang merupakan ruang keseharian, baik yang nyata maupun yang abstrak, yang melatarbelakangi keberadaan disorder di ruang tersebut.

In daily life, when a man is in the outside of his own private space, he faces and experiences the existence of urban space, which is also experienced by other humans. They, whom are inside the everyday space, do not know about each other. So when a man is in the everyday urban space, it means that he is in the middle of the existence of strangers. The interaction that occurred inside that kind of space, rules a man to be capable in balancing his right of freedom in public space with the existence of others, by acting and having behavior properly with the order that already exist in urban space.
But, in everyday urban space whose primary element is the differences, there are many people who place their private space in public space, and then make that space as disorderly space. That space becomes everyday space because it stands together with the rythm of daily routines. Disorder exists in everyday urban space in variety ways.and there are a few things, real and abstract, that cause the existence of disorder.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48429
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Prayogi
"Manusia memberikan makna terhadap segala hal yang ia temui dan mengubahnya menjadi sebuah simbol. Manusia juga bertindak secara beragam berdasarkan makna yang ia berikan tersebut. Tindakan-tindakan manusia yang beragam tersebut dapat terkumpul dalam sebuah kegiatan/event masyarakat. Kegiatan tersebut dapat berlangsung salah satunya di jalan raya. Jalan raya dimaknai dan digunakan secara berbeda pada saat sebuah kegiatan/event berlangsung di atasnya. Jalan raya yang digunakan sebagai setting kegiatan/event memiliki karakteristik tertentu. Jalan raya yang dapat menampung lebih banyak peserta kegiatan/event cenderung memiliki tindakan manusia yang lebih beragam di dalamnya. Jalan raya yang digunakan sebagai setting kegiatan/event adalah ruang publik.

Human gives meaning to everything he/she finds and turns it into a symbol. Human also acts variously according to the meaning he/she gives. Those various human actions can be gathered within a society?s event. Event can be held, one of many, on road. Road is interpreted and used differently when an event being held on it. Road used as an event?s setting has certain characteristics. Road that is able to accommodate more event?s participants tends to have more various human actions within it. Road used as an event?s setting is a public space."
2011
S172
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mary A.A.M.
"Tulisan ini mengkaji efektifitas dari ruang khusus perempuan dalam meredakan fear of crime pada perempuan di moda transportasi Commuter Line. Tulisan akan membahas pentingnya kehadiran ruang khusus perempuan bagi perempuan yang menggunakan transportasi massal. Lalu akan mengkaji bagaimana sebuah ruang khusus perempuan dapat terbentuk dan berlangsung sebagai sebuah ruang yang defensible secara kolektif. Akan dilihat unsur-unsur fisik dan non-fisiknya apa saja yang paling berperan dalam keberlangsungan ruang ini.

The writing is intended to look at the effectivity of the women-only space in lowering fear of crime in women using Commuter Line. This writting will begin with assessing the importance of women-only space in mass public transportation. Next it will look at how a women-only space is shaped and works as a collective defensible space. Last of all it will look at which physical and nonphysical elements have the most role in the working of this space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Erikha
"This study explores the phenomenon of marking (signifying) and meaning of territorial at Kantin Sastra (Kansas) by undergraduate students of Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Territory as a social space is formed through a process of semiosis preceded sensory knowing in identifying signs, repeatedly making representations in cognition that become the signifying order of the cultural semiotic on some students. Research using micro semiotic perspective and trichotomy of signs by Charles Sander Peirce. Through micro semiotic perspective, a number of particular findings will be analyzed to get a synthesis (inductive), whereas the approach of Peirce perspective explains the signs through the trichotomies: representamen represented through qualisigns, sinsigns, and legisigns; representation, represented by icons, in exes, an sym os, interpretant represented by rhemes, dicisigns, and arguments. As a result, there is a territorial signifying and meaning of Kansas by the undergraduate student of Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
907 PJKB 7:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lusi Indah Wijayanti
"Ruang publik merupakan ruang yang dapat digunakan oleh siapa saja dengan berbagai aktivitas. Namun meskipun demikian, ruang publik tetap memiliki batasan bagi penggunanya, yaitu berupa batasan akan hak dan kewajiban bagi tiap individu dalam beraktivitas di dalamnya. Ruang publik pada suatu ruang kota dibentuk oleh berbagai elemen, salah satunya yang sering ditemukan adalah signage. Sign yang sering ditemukan di ruang publik kota adalah berupa papan reklame ataupun billboard, yang merupakan bagian dari komunikasi massa. Ada berbagai jenis sign yang ditemui di ruang publik kota, salah satunya adalah yang bersifat non komersil dengan disajikan dalam bentuk tulisan tekstual. Namun bagaimanapun penyajiannya, Sign sebagai suatu elemen visual ruang kota tetap merupakan sesuatu yang dapat menarik pandangan manusia yang beraktivitas di ruang publik kota. Hal tersebut akan mempengaruhi pengalaman ruang masyarakat kota, yang disebabkan oleh sensasi, persepsi, dan pemaknaan atas apa yang mereka lihat dan melekat pada pikiran serta perasaan mereka.
Dalam karya tulis ini dibahas dan dikaji mengenai keterkaitan antara sensasi, persepsi, makna dan pengalaman ruang masyarakat dengan pendekatan semantik dan ruang. Pertanyaan tentang bagaimana saling keterkaitan tersebut terjadi, dan unsur-unsur
apa saja yang mempengaruhi terbentuknya sensasi, persepsi, makna dan pengalaman ruang yang berbeda pada masyarakat, menjadi pertanyaan-pertanyaan yang melatarbelakangi penyusunan karya tulis ini. Pengkajian kasus akan mengamati dan menganalisis suatu objek fisik yang ada di sekitar lokasi penempatan media komunikasi tekstual ruang luar, sebagai suatu bentuk perwujudan pemaknaan seseorang akan proses persepsi yang dialaminya, dari suatu stimuli berupa pesan tekstual ruang luar.

Public space is a space used by everyone through their activities. Public spaces;however, have a boundary of right and obligation for its users. In urban space, public space is formed by various elements such as signage that is the easiest element to find. Billboard and other public advertisements are the two signs that are usually founded in public space. Those signs belong to an outdoor mass communication that consists of various types such as non-commercial sign in a form of textual writing. Moreover, sign as a visual element of urban space can still attract the inhabitant?s attention and may influence their experience about space due to sensation, perception, and meaning. This experience; then, will set up in their mind and heart.
This thesis will explain the connection of sensation, perception and meaning that may influence the experience of the inhabitant about space, with semantic and space approach. The questions on how the connection of those three things happen, and what the elements that may influence the sense, perception, meaning, and acquaintance of the inhabitants are going to be the background of this thesis. The writer will observe the physical objects that put around the location of the textual publicity?s media as form of inhabitant?s meaning in the process of perception, from the textual publicity?s stimulation.
"
2008
S48451
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Pawitrasari
"Skripsi ini membahas penggandaan makna ruang yang terjadi pada ruang mal. Mal tidak hanya dimaknai sebagai ruang terjadinya kegiatan perdagangan saja, namun juga sebagai ruang terjadinya kegiatan catwalk. Hal ini terkait dengan kualitas ruang pada mal yang membentuk hubungan antara manusia, yaitu dilihat dan melihat, sehingga memicu manusia untuk tampil dalam atribut fesyen yang stylish.
Berfesyen merupakan cara bagi manusia untuk mengintimidasi ruang yang mereka jejaki. Fesyen sebagai tampilan luar manusia, dapat menggambarkan identitas manusia berdasarkan tingkat ekonomi, sosial, dan budaya. Semakin tinggi tingkatan ekonomi, sosial, dan budaya yang manusia punya, maka manusia semakin mempunyai kekuatan terhadap ruang yang dijejakinya.

This thesis discusses about doubling meaning of space that occurred at the mall space. Mall is not only defined as the occurrence of space commerce activities, but also as a space of catwalk events. This is related to the quality of space in malls that produce the relationship between humans, which is seen and see, leading them to appear in a stylish fashion attributes.
Wearing fashion is a way for people to intimidate their space. Fashion as the outer appearance of human, can describe human identity based on the level of economic, social, and cultural. The higher level of economic, social, and cultural that human have, the more she/he has the power of her/his space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52274
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Champaign, Illinois, USA : Common Ground, 2014
307.76 CIT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abingdon: NY Routledge, 2016
363.1 ORD
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gibran
"Ruang publik kota merupakan sebuah tempat berkumpulnya banyak orang untuk melakukan aktifitas yang beragam. Aktifitas yang berbeda-beda antar satu orang dengan orang yang lainnya merupakan potensi konflik.
Diperlukan sebuah aturan yang mampu mengatur kegiatan dan orang-orang yang berada di ruang publik tersebut agar konflik tidak terjadi. Aturan tersebut mencakup adanya pengawasan terhadap orang-orang yang beraktifitas di ruang publik tersebut.
Ketidakteraturan terjadi ketika kurangnya pengawasan diberlakukan atas aturan yang berlaku terhadap orang-orang tersebut. Semakin lemah pengawasan, semakin kuat potensi ketidakteraturan muncul, semakin kuat pengawasan, semakin lemah potensi ketidakteraturan muncul.
Skripsi ini akan membahas bagaimana peran surveillance dalam menjaga order pada ruang publik yang berupa non-place¸dan akibat dari tidak ketatnya surveillance pada non-place tersebut.

Public space is a place which a lot of people gather to do many kind of activity. Different activities of people is a conflict potential.
Rule is needed to manage people?s activities in public space to avoid conflict. the rule consist of surveillance to peoples that doing activities in that public space.
Disorder happen when the surveillance to the rule is lack. The more lack of surveillance, the more disorder appear, the more strong of surveillance, the more disorder disappear.
This writing is about to discuss how the surveillance contribute in maintaining order in an non-place public space, and the effect of the lack of surveillance in that non-place.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48433
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Basuki
"ABSTRAK
Seklor informal sebagai salah satu cara mencari nafkah di sebuah kota menjadi sebuah atau bahkan satu-satunya pilihan bagi kaum migran ataupun para pengangguran di Jakarta yang semakin bertambah.Kemudahan untuk memasuki, kecilnya modal yang diperiukan, serta rendahnya tingkat ketrampilan yang dibutuhkan 1,» it di sektor ini ngapjadikan sgktQr¢ini5sebpah¢ pIIihan yang menarik.
Keberadaan pedagang kaki lima, sebagai bagian dari sektor ekonomi informal semakin menjamurdi Jakarta. Hampir di setiap ruang publik yang diisi oleh pedagang kaki lima. Pertambahan ruang publik yang hampir tidak ada, serta semakin banyaknya pedagang kaki lima telah membuat Jakarta menjadi sebuah kota yang semrawut.
Kinilah saatnya kita merenungkan kembali mengapa pedagang kaki lima timbul di sebuah kawasan ? Bagaimana keadaan sebuah ruang publik setelah kedatangan pedagang kaki lima ?"
2000
S48221
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>