Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zubaidah
"Saat mi pencemaran lingkungan sudah menjadi masalah dunia yang
memerlukan penanganan khusus. Salah satu senyawa penyebab pencemaran
lingkungan adalah senyawa organokior. Senyawaan ml diketahui bersifat racun dan
sulit terdegradasi secara alamiah. Banyak usaha dilakukan untuk menangani masalah
pencemaran lingkungan mi, tetapi umumnya menghasilkan efek samping yang tidak
diinginkan. Alternatif cara lain adalah dengan memanfaatkan efek fotokatalisis,
semikonduktor. Metode mi sangat menjanjikan dalam pengolahan air dan limbah karena memberikan beberapa keuntungan seperti produk mineral yang dihasilkan tidak
berbahaya dan proses katalitik dapat diatur dengan mudah.
Pada penelitian mi, efek fotokatalitik diterapkan pada degradasi larutan 4-
kiorofenol dan sebagai katalis digunakan h02 yang diimmobilisasikan pada permukaan
aluminium. Ti02 adalah semikonduktor yang bersifat stabil dan inert. Immobilisasi
Ti02 dilakukan dengan metode sol-gel dan identifikasi adanya Ti0 2 pada permukaan
aluminium dilakukan dengan pengukuran TLC-scanner, difraksi sinar X dan SEM.
Pada penelitian mi degradasi larutan 4-kiorofenol dilakukan dengan tiga
perlakuan berbeda, yaitu tanpa pemberian UV (TUV-TBP), tanpa bias potensial (UVTBP)
dan pemberian bias potensial (UV-BP). Persen pengurangan 4-kiorofenol paling
besar terjadi pada perlakuan UV-BP, disusul dengan UV-TBP dan dan terakshir TUVTBP.
Jika membandingkan pH 6,7 dan 8, persen pengurangan 4-klorofenol paling
besar terjadi pada pH 6 (40,7 %), kemudian pH 7 (31,8 %) dan terakhir pada pH 8
(25 %). Pemberian bias potensial (UV-BP) bertujuan untuk meningkatkan persen
pengurangan 4-kiorofenol, tetapi berdasarkan analisis ragam, hanya ph 7 yang
memberikan beda nyata pengurangan 4-kiorofenol antara perlakuan UV-TBP dan UVBP.
Adanya perubahan dan 4-kiorofenol menjadi HCI dapat dibuktikan dengan
pengukuran penambahan Cl- yang terbentuk."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fannytasari
"Residu insektisida organoklor (lindan, aldrin, dieldrin, heptaklor dan
endosulfan) dan organofosfat (klorpirifos, propenofos, diazinon dan malation)
telah diteliti terhadap sampel tanah, air, beras darl enam desa di Karawang
dan produk olahan beras darl dua belas pasar tradisional di Karawang,
Jakarta dan Bogor. Metode analisis residu insektisida berdasarkan pada
kromatografi gas-cair dengan' detektor penangkap eiektron. Dari total
sembilan jenis insektisida yang diuji, seluruhnya terdeteksi pada sampel
dengan konsentrasi berkisat dari tak terdeteksi sampai 101,2 ng/g.
Frekuensi deteksi residu berkisar dari 3,1% (3 sampel) sampai 86 % (84
sampel). Lindan merupakan yang paling banyak terdeteksi diikuti klorpirifos
(52,0 %; 51 sampel) dan aldrin (51,0 %; 50 sampel). Sebanyak 15,71 % (11
sampel) produk beras yang berasal dari Bogor yaitu jenis nasi (2 sampel),
bubur (1 sampel) buras (2 sampel), lemper (2 sampel), ketupat (1 sampel)
dan lontong (3 sampel) tercemar aldrin melebihi batas maksimum residu yang
dihitung dari AD! {Acceptable Daily Intake). Nilai ED! {Estimated Daily Intake)
buras, lemper dan lontong berturut-turut 23,52 xlO"^; 12,44x10"^; dan
15,35x10"^ mg/kg berat badan per hari dengan pencapaian AD I berturut-turut
235,2; 124,4 dan 153,5 % sehingga beresiko terhadap kesehatan konsumen.
Konsumsi maksimal produk beras ini yang masih aman adalah 2 buras, 4
lemper dan 192,99 miligram lontong. Sedangkan sampel tanah, air, beras
dan produk beras lainnya masih aman

The residue levels of organochiorine insecticides (iindane, aldrin,
dieldrin, heptachlor and endosulfan) and organophosphorus insecticides
(chlorpyriphos, propenofos, diazinon and malathion) were determined in soil,
water and rice from six villages in Karawang and rice products from twelve
traditional markets around Karawang, Jakarta and Bogor. The method for
monitoring these residues based on gas-liquid chromatography with electron
capture detector. All of the nine organochiorine and organophosphorus
insecticides investigated, were detected at concentration ranging from nondetectable
to 101,2 nanogram/gram. Frequencies of detection of insecticides
residues ranged from 3,1 % (3 samples) to 86 %(84 samples). Lindane was
the most frequently detected followed by chlorpyriphos (52,0 %; 51 samples)
and aldrin (51,0 %, 50 samples). A total of 15,71 % (11 samples) rice
products from Bogor such as rice (2 samples), bubur (1 sample), buras (2
samples), lemper (2 samples), ketupat (1 sample) and lontong (3 samples)
contained aldrin exceeded Maximum Residue Limits (MRLs) determined from
Acceptable Daily Intake. The EDIs (Estimated Daily Intakes) of aldrin for
buras, lemper, and lontong were 23, 52x10"®; 12,44x10"®; 15,35x10"® mg/kg
body weight/day, respectively. These EDIs have exceeded ADI, were 235,2
% (buras), 124,4 % (lemper); 153,5 % (lontong). Therefore, consumption of
these foods poses a risk to consumer health. Based on ADI achieved,
maximum rice products consumption that will not pose a risk to consumer
health for buras, lemper and lontong are 2, 4 and 192,99 miligram,
respectively. The rest samples such as water, soil, rice and other rice
products were in safe level.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library