Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
London: Routledge, 1995
302.234 5 TOB
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Hermawan
"Sinetron tidak hanya dapat dipandang sebagai karya seni budaya tapi juga produk komunikasi di mana keduanya memiliki hubungan timbal balik. Artinya sinetron mencakup pengoperan simbol yang mengandung arti, sedangkan arti dari setiap lambang tersebut merupakan produk kebudayaan dari setiap sistem nilai. Sebab itu sinetron dapat dikategorikan sebagai suatu proses sosial. Konsekuensinya, keberhasilan sinetron tak hanya diukur dari ada tidaknya keterpaduan antara unsur komersial dengan kualitas tapi juga dari ada tidaknya faktor-faktor yang dapat menumbuhkan Berta rnendorong partisipasi sosial masyarakat dalam setiap proses perubahan ke arah yang lebih baik.
Kendati demikian dari data-data yang ditunjukkan oleh SRI dan FSI memperlihatkan bahwa karya-karya sinetron yang bisa di klasifikasikan sebagai sinetron menengah - yang mampu memadukan unsur komersial dengan kualitas - hampir tidak ada atau sulit didapat, apalagi sinetron menengah yang memuat pesan-pesan pembangunan. Ironinya justru sebagian menyuguhkan sinetron atas, yang mementingkan segi estetika dan sebagian lain sinetron bawah yang mengutamakan sisi komersial saja. Kenyataan ini dapat dilihat dari munculnya perbedaan apresiasi yang mencolok antara khalayak dengan Dewan Juri FSI.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa timbulnya perbedaan tersebut mencermin kan adanya perbedaan dalam tolak ukur serta motivasi antara khalayak dengan Dewan Juri FSI Barangkali perbedaan ini lebih bersifat `kodrati'. Tetapi tidak demikian jika kita melirik kepada karyanya, karena ia lah yang sebetulnya menjadi ajang pertemuan keduanya.
Dengan demikian perbedaan penilaian tersebut, secara umum, juga mencerminkan bahwa hasil rating SRI lebih merujuk kepada kegagalan para sineas kita dalam konsepsinya namun berhasil dalam eksekusinya Sedangkan program unggulan FSI lebih menunjukkan keberhasilan para sineas dalam segi konsepsi tetapi gagal dalam eksekusinya.
Di samping itu, ternyata pula, peranan stasiun televisi dalam menyeleksi karya karya sinetron serta para produser tuna menentukan tinggi rendahnya kualitas sinetron Indonesia. Dari hasil temuan dapat dikemukakan bahwa bagian terbesar produsen lebih menelaankan pada pencapaian basil rating atau lebih menekankan kepada kepentingan bisnis. Begitu juga selektivitas yang dilakukan stasiun stasiun televisi masih kurang.
Tentu saja semua ini tak dapat dilepaskan dari faktor lingkungan. Artinya perbedaan penilaian ini juga mengindikasikan lingkungan masyarakat yang belum dapat sepenuhnya melahirkan atau menciptakan kreator-kreator sinetron yang handal. Di samping itu adanya regulasi pemerintah yang sangat ketat turut memasung kreativitas para sineas Indonesia.
Berdasarkan penelaahan yang dilakukan dapatlah dikemukakan beberapa proposisi sebagai berikut :
Jika suatu sinetron mampu memadukan antara unsur komersial dengan kualitas maka di samping akan diminati khalayak juga akan masuk nominasi unggulan Dewan Juri serta Komite Seleksi FS1.
Suatu sinetron yang marnpu memadukan antara unsure komersial dengan kualitas akan dapat menjangkau khalayak lebih luas dibandingkan jika menekankan pada salah satu aspek saja, komersial atau kualitas.
Suatu sinetron yang dapat memadukan kedua unsur, komersial dan kualitas, jika diberi muatan atau pecan-pecan yang konsiruktif akan mampu menumbuhkan serta mendorong partisipasi sosial masyarakat dalam proses pembangunan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beijing: Renmin Wenxue Chubanshe, 2000
SIN 895.12 BAI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ariesha Nugrah Maharani
"Makalah ini membahas tentang perkembangan opera Beijing.Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan sejarah opera Beijing, unsur-unsur opera Beijing, dan perkembangan opera Beijing pada era Mao Zedong. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai opera Beijing dan perkembangannya di era Mao Zedong. Penelitian kualitatif yang dilakukan berlandaskan studi pustaka, menemukan fakta bahwa opera Beijing memiliki peran yang penting dalam perkembangan politik Cina, karena dapat dijadikan sarana yang tepat untuk menyampaikan pesan pada masyarakat. Pada era Mao opera Beijing mengalami perubahan yang drastis. Bentuk opera Beijing yang ada dianggap berjiwa feodal dan borjuis sehingga pemerintah melarang dan merubah opera Beijing menjadi pementasan yang besifat revolusioner. Fungsi opera Beijing kemudian menjadi alat propaganda untuk membangun masyarakat sosialis.

This paper focuses on the development of Beijing opera.The purpose of this paper is to explain the history of Beijing opera, the elements of Beijing opera, and the development of Beijing opera in the era of Mao Zedong. This research is expected to be useful in providing information on Beijing opera and its development in the era of Mao Zedong. The qualitative research based on literature study found that Beijing opera has an important role in the political development of China, because it can be used as an appropriate instrument to convey a certain message to the community. In the Mao era, Beijing opera experienced drastic changes. The existing form of Beijing opera at that time was considered feudal and bourgeois, resulting the government to prohibit and change Beijing opera performances to become revolutionary. The functions of Beijing opera then became a propaganda tool for building a socialist society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Peking : Foreign Languages Press, 1956.
782.109 51 FIS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Liang, Shan-po
Peking: Foreign Languages Press, 1956
782.1 LIA l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Widiningtyas
"Televisi telah menjadi pusat interaksi keluarga sehari-hari. Sementara itu munculnya televisi swasta di Indonesia mendorong maraknya tayangan sinetron di layar televisi. Mayoritas
pemirsa Indonesia adalah keluarga. Karena itu para pembuat program juga banyak menampilkan Jatar kehidupan keluarga dalam sinetron agar pemirsa dapat mengidentifikasikan dirinya sendiri
dengan tokoh-tokoh yang ada dalam sinetron tersebut. Namun yang diangkat sebagai tema cerita seringkali menampilkan ketimpangan relasi dalam keluarga. Di lain pihak, dalam masyarakat Indonesia konsep keluarga itu sendiri ternyata juga banyak mempengaruhi sektor
publik seperti sekolah, tempat kerja bahkan negara.
Konsep keluarga dan kekeluargaan yang dimiliki bangsa Indonesia secara tidak langsung ikut membentuk budaya politik Orde Baru yang tidak demokratis serta. penuh kolusi, korupsi dan nepotisme. Dominannya figur orangtua, terutama ayah merupakan faktor yang
mempengaruhi pemaknaan relasi antaranggota dalam keluarga Indonesia, dan akhirnya pada relasi antarelemen dalam sektor publik seperti Sekolah, tempat kerja maupun negara. Dominasi ayah atau suami rnerupakan penjelmaan ideologi patriarki dalam keluarga.
Kalangan feminis liberal berpandangan bahwa patriarki muncul karena adanya perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Sementara itu kaum feminis· Marxis melihat patriarki dilahirkan oleh masyar:akat yang kapitalistik. Kaum feminis radikal lebih melihat patriarki muncul akibat penguasaan kaum laki-laki terhadap seksuali s dan kemampuan reproduksi perempuan.
Sedangkan kaum feminis sosialis berpandangan batiwa patriarki muncul dari sebuah proses historis dalam masyarakat Menurut mereka, patriarki dan kapitalisme merupakan dua fenomena
sosial yang berbeda dan jika keduanya berkembang akan menindas perempuan lebih buruk lagi.
Kembali lagi pada wajah keluarga yang ditampilkan di layar televisi. Pada saat TVRI masih menjadi satu-satunya televisi yang bersiaran di Indonesia, keluarga ditampilkan sesuai dengan ideologi penguasa. Keluarga yang ditampilkan di layar TVRI diposisikan sebagai
keluarga 'ideal' Indonesia yang selalu menjunjung nilai stabilitas dan harmoni, di bawah kepemimpinan ayah sebagai tokoh bijaksana dan 'tahu-segala'. Wajah keluarga yang ditampilkan
di layar televisi berubah saat televisi swasta diperbolehkan bersiaran di Indonesia. Kepentingan ekonomi dan perhitungan bisnis mempengaruhi pengelola televisi swasta dalam menentukan
program-programnya. Karena tema perselingkuhan dan kekerasan dalam keluarga ternyata mendapat tempat di hati pemirsa - dibuktikan dengan angka rating - maka tayangan-tayangan dengan tema tersebutlah yang dipertahankan. Selain dipengaruhi oleh rutinitas dan organisasi
media, teks media yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh faktor individu, ideologi yang dimilliki masyarakat serta institusi lainnya seperti negara.
Penelitian ini mengambil tiga episode serial drama Keluarga Cemara sebagai kasus yang akan dianalisis. Metode analisis pad a tingkat analisis teks menggunakan semiotika. T eknik ini
dipilih penulis karena dapat melihat tanda-tanda simbolis di luar bahasa tertulis, dalam hal ini citra visual yang menjadi karakteristik program televisi. Tanda-tanda simbolis tersebut dapat
menunjukkan relasi antaranggota keluarga yang digambar1
analisis wacana kritis. Analisis intertekstualitas dilakukan untuk melihat adanya kesamaan ideologis dari pembuat teks yang sama dan dari program televisi lainnya yang mengangkat tema
keluarga. Hasil analisis menunjukkan adanya Qengaruh ideologi patriarki dalam representasi keluarga. Hal ini ditunjukkan lewat karakter tokoti-tokoh utamanya. Laki-laki sebagai ayah dan
suami ditampilkan sebagai figur yang dominan, pengambil keputusan utama dalam keluarga.
Ayah dan dan suami ditampilkan dalam fungsi produksi, yaitu rnenjadi pencari nafkah utama
dalam keluarga. Sedangkan perempuan ditampilkan sesuai dengan 'kodraf -nya yang
dikonstruksi oleh masyarakat, yaitu menjadi istri dan ibu. Analisis pada tingkat praktik wacana
menjelaskan kaitan antara fa of individu pembuat teks, dalam hal ini Arswendo Atrnowiloto,
dengan keluarga patriar1
tingkat ini juga menunjukkan adanya pengaruh kapitalisme pada kebijakan RCTI dalam
menayangkan program-programnya. Konteks historis dalam penelitian ini tampak pada analisis
praktik sosial-budaya. Hasil analisis pada tingkat ini menunjukkan situasi sosial-budaya
masyarakat Indonesia pada kurun waktu yang berbeda ikut mempengaruhi perbedaan
representasi keluarga dalam sinetron. ·
Kesimpulannya, keluarga yang direpresentasikan dalam sinetron masih merupakan
keluarga patriar1
membebaskannya dari pengaruh ideologi patriar1
mendorong sosialisasi ideologi patriarki dalam masyarakat, pada kasus ini lewat industri televisi.
Dengan demikian hal ini sesuai dengan pandangan kaum feminis sosialis bahwa patriarki dan
kapitalisme merupakan dua fenomena yang terpisah, namun secara dialektik berhubungan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liang, Shan-po
Peking: Foreign Language Press, 1956
895.1 LIA l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Long Island City N.Y.: International Book & Record Distributors, 1980
782.1 OPE (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aisy Norma Riathul Jannah
"Penelitian ini membahas tentang makna perubahan topeng atau bianlian 变脸 dalam pertunjukan opera Cina yang berjudul Baishe Zhuan (Kisah Siluman Ular Putih) 白蛇传. Bianlian adalah teknik perubahan topeng pada opera Sichuan yang merupakan salah satu jenis opera Cina. Tokoh utama pada pertunjukan opera ini bernama Bai suzhen. Karakter ini menggunakan teknik bianlian ketika memerankan tokoh dengan topeng dalam opera Baishezhuan. Pergantian topeng (bianlian) yang dilakukannya dalam kisah Baishezhuan memiliki teknik yang telah lama menjadi rahasia pertunjukan. Melalui metode deskriptif-analisis, penelitian ini bertujuan untuk menggali tentang bianlian, serta mengungkapkan fungsi setiap perubahan topeng tokoh Bai suzhen. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai opera Sichuan dan pengertian makna pada teknik bianlian yang merupakan aspek penting dalam opera Sichuan.

This study discusses the meaning of mask changes or performance performances in a Chinese opera performance called Baishe zhuan (The Story of the White Snake Demon) 白蛇传. Bianlian is a technique of changing masks at Sichuan opera which is one type of Chinese opera. The main character at the opening of the opera was named Bai Suzhen. This character uses a compilation bianlian technique to portray a character with a mask in the Baishe Zhuan opera. The changing of the mask (bianlian) which has changed in the story of Baishe Zhuan has a technique that has long been seen as rashasia. Through the descriptive-analysis method, this study discusses bianlian, and reveals the meaning contained in each change in the mask of Bai suzhens character. This research can help in providing information about Sichuan opera and understanding meanings in bianlian techniques which are important aspects of Sichuan opera."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>