Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vanda Angrika
"Penelitian ini menggambarkan pandangan dan sikap terhadap fenomena peran ganda, KDRT dan TKW dalam hubungannya dengan program organisasi perempuan Islam. Alasan yang mendasari penelitian ini adalah adanya tudingan bahwa organisasi perempuan Islam kurang vokal, cenderung lamban dalam merespon isu-isu gender, dan terkooptasi oleh Orba. Akibatnya, organisasi perempuan Islam (OPI) seolah tidak peduli akan persoalan perempuan dan tenggelam dalam lingkaran gerakan perempuan di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berperspektif perempuan, melibatkan 24 subjek penelitian yang terdiri dari 12 orang dari PPNA Yogyakarta dan 12 orang dari PP Fatayat NU Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandangan dan sikap terhadap fenomena peran ganda, KDRT, dan TKW pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh pemahaman pengurus tentang konsep gender. Sejauh pengurus memiliki pemahaman dan kepekaan gender, maka semakin tumbuh program yang berwawasan gender pula. Nasyiah dan Fatayat, sesungguhnya mempunyai perhatian dan kepedulian yang tinggi, serta cukup responsif dalam menanggapi persoalan gender. Ini terlihat dari program kerja yang mencoba melepaskan diri dari bias gender dan berpihak pada kepentingan perempuan. Program kerja yang relevan dengan ketiga isu gender yang diangkat dalam penelitian ini dikemas oleh Nasyiah dan Fatayat dalam fokus program gender masing-masing. Nasyiah berfokus pada program kewirausahaan perempuan, dan Fatayat pada penguatan hak perempuan melalui penguatan hak reproduksi.
Penelitian juga menunjukkan bahwa Nasyiah dan Fatayat tidak hanya menekankan pada program untuk memenuhi kebutuhan praktis gender perempuan, tetapi telah mulai memenuhi kebutuhan strategisnya. Nasyiah dan Fatayat perlu berbenah diri dan merumuskan kembali program-programnya khususnya yang berkaitan dengan ketiga isu di atas. Keduanya harus berusaha agar ketergantungannya terhadap lembaga dana dan organisasi induk dapat diminimalisir.
Islamic Women's Organizations' Perception and Attitude towards Gender Issues (Case study of Nasyiatul Aisyah Yogjakarta and Fatayat NU Jakarta)This research is grounded on the assumption that Islamic women's organizations have not been actively involved in addressing women's issues as well as been cooped by the New Order Ruler. This research thus aims to reveal the perception and attitude of the organizations towards gender issues, namely dual roles, domestic violence, and women labors.
Using qualitative approach with feminist perspective, 24 subjects from PPNA Jogjakarta and Fatayat NU Jakarta are interviewed.
Findings show that the perception and attitude towards gender issues of the organizations have been mostly influenced by the concepts of gender shared by the members of the board. Good understanding of gender issues shared by the members will result in good work program in addressing women's issues. Nasyiah and Fatayat have good understanding of gender concept as reflected by their work program that focuses more on women's interests. Even though Fatayat and NU have different approach, both organizations to some extent have set up work program dealing with gender issues. While Nasyiah has been intensely working on women's entrepreneurship, Fatayat focuses more on women's reproductive rights.
Both organizations also focus more on programs dealing with strategic than practical needs. It concludes, however, both Fatayat and Nasyiah still need to reformulate their work programs especially those tackling issues such dual roles, domestic violence and women labors.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11841
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cambridge, UK: Harvard University Press, 1978
305.697 WOM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rezkita Hartanti
"Sebuah identitas dapat terbentuk oleh aktivitas yang kita lakukan. Tak terkecuali dengan identitas sebuah tempat. Saat ini budaya wanita muslim untuk mengenakan pakaian muslim meningkat dibanding dengan beberapa tahun yang lalu. Hal ini menyebabkan para produsen atau perancang busana muslim menciptakan beragam pakaian untuk memfasilitasi mereka. Popularitas busana muslim saat ini juga ditandai dengan banyaknya toko-toko yang menjual pakaian muslim. Salah satunya adalah butik Moshaict. Artikel ini menganalisis butik Moshaict sebagai korpus terhadap permasalahan identitas dari wanita muslim. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan ruang dan tempat yang memiliki arti dan makna sendiri. Dalam hal ini, butik Moshaict digunakan sebagai ruang dan tempat yang menggambarkan sebuah image baru dari muslimah yang stylish, modern, dan religius. Hasil penelitian ini membuktikan adanya keterkaitan suatu tempat dengan identitas karena hasil bentuk kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat langsung dalam tempat itu. Dengan demikian, teori dari Giles dan Middleton dapat terbukti kebenarannya.

An identity can be developed by our activity, and it happened in one certain place. Nowadays, the culture of wearing Muslim clothing for Muslim women has increased compared with several years ago. This phenomenon leads Muslim fashion designers to create their Muslim clothing to fulfill the needs of Muslim women. Therefore, the growth of Muslim boutiques become a symbol of popularity of Muslim clothing. One of the Muslim boutiques in Jakarta is Moshaict boutique. This article focuses on how Moshaict boutique as a corpus related to Moslem womens’ identity issue. The purpose of this journal is to discover the relationship between one place and its meaning. For this reason, I chose Moshaict boutique as a place where we can find the new image of Moslem women, which is stylish, modern, yet religious. The result of this research shows the relationship between space and place and the identity behind that place because of the activities from people around that place. Thus, I got the evidence about what Giles and Middleton said in their space and place theory, that is every place must have a meaning.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Siddique, Kaukab
Jakarta : Paramadina, 2002
297.152 2 SID m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
London : Routledge, 2014
305.486 97 MUS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Murad, Musthafa
Bandung: Mizania, 2006
297.082 MUS k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Al-Qarni, Aidh Abdullah
Jakarta: Maghfirah, 2004
297.43 ALQ t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fadilla Dwianti Putri
"Penelitian ini berangkat dari adanya proses penyebarluasan narasi-narasi tentang kesalehan, ibuisme, dan mitos feminin yang mendorong domestikasi perempuan Muslim milenial di Jabodetabek. Penelitian ini melihat bagaimana proses domestikasi tersebut dilakukan, dan menjelaskan bagaimana perempuan Muslim milenial merekonstruksi konsep perempuan salihah melalui pengalaman mereka. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam, observasi, kajian pustaka, dan life story. Subjek penelitian ini adalah lima orang perempuan Muslim yang telah menikah, memiliki anak, berusia 27-42 tahun (generasi milenial), berlatar pendidikan tinggi, dan pernah bekerja formal sebelumnya. Penelitian ini dianalisis menggunakan tiga teori, yaitu teori feminine mystique dari Betty Friedan, teori ibuisme dari Madelon Djajadiningrat-Nieuwenhuis yang dikembangkan oleh Julia Suryakusuma menjadi ibuisme negara, dan teori agensi oleh Saba Mahmood. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses domestikasi pada perempuan Muslim milenial berhasil terjadi melalui narasi-narasi keagamaan yang konservatif, dan situasi ini menjadi pengalaman reflektif bagi perempuan karena mereka kehilangan kemandirian ekonomi dan identitas diri. Pengalaman domestikasi membuat perempuan milenial menemukan agensinya karena keberhasilan perempuan dalam merefleksikan makna baru tentang konsep kesalehan. Mereka juga mampu memaksimalkan agensinya untuk mempertahankan identitas dan kontrol diri sebagai seorang perempuan. Reinterpretasi atas konstruksi perempuan salihah berubah dari yang dogmatis menjadi kritis, dari posisi yang subordinat menjadi setara. Perempuan berhasil memperoleh identitas dan otonomi melalui kesadaran tentang aktualisasi diri, relasi dengan suami, dan cara-cara lain untuk mencapai kepentingan diri. Dengan demikian, perempuan Muslim milenial memiliki pemaknaan baru tentang konstruksi kesalehan yang sejalan dengan kepentingannya dan tujuan yang ingin ia capai.

This study departs from the propagation of narratives surrounding piety, ibuism, and feminine myths that drive the domestication of Muslim millennial women in the Jabodetabek area. The research aims to examine how this domestication process occurs, and analyze how millennial Muslim women reconstruct the concept of pious women through their lived experiences. Employing qualitative research methods such as in-depth interviews, observation, literature review, and life story analysis, the study focuses on five married Muslim women aged 27-42 (millennial generation) with a background in higher education and previous formal employment. The research is framed by three theoretical perspectives: the feminine mystique theory by Betty Friedan, ibuism theory by Madelon Djajadiningrat-Nieuwenhuis that is later developed into state ibuism by Julia Suryakusuma, and agency theory by Saba Mahmood. The findings reveal that the domestication process among millennial Muslim women is successfully facilitated through conservative religious narratives, and it becomes a reflective experience for women as they lose economic independence and self-identity. However, this domestication experience does not hinder millennial women from finding new meanings about the concept of piety. They demonstrate the ability to maximize their agency to preserve their identity and self-control as women. The reinterpretation of the pious women construction transforms from dogmatic to critical, and from subordinate to equal position. Women have successfully regained their identity and autonomy through self-actualization awareness, relations with their husbands, and alternative means to achieve personal interests. Thus, millennial Muslim women have developed a new understanding of the concept of piety that align with their interests and goals."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitoresmi Syukri Fadholi
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1993
297.43 SIT s (1);297.43 SIT s (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
El-Saadawi, Nawal
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012
892.736 ELS l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>