Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nursi Arsyirawati
"Penelitian ini dilatar belakangi oleh tuntutan masyarakat agar pelayanan haji ditingkatkan kualitasnya, dipihak lain pemikiran tentang manajemen pelayanan ilmu secara akademis telah mengalami perkembangan yang sedemikian pesat, sedangkan penerapannya pada manajemen pelayanan haji Indonesia belum dirasakan secara optimal. Oleh karena itu penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul "PENGEMBANGAN STRATEGI PENINGKATAN MANAJEMEN KUALITAS PELAYANAN HAJI INDONESIA".
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi obyektif pada pelayanan haji Indonesia dengan menggunakan metode SWOT yang kemudian berdasarkan data SWOT tersebut mencoba mencari solusi strategi yang efektif untuk mengoptimalisasi manajemen Kualitas Pelayanan Haji Indonesia.
Sifat penelitian ini adalah deskriptif analisis dan komperatif Variabel penelitian yang digunakan yaitu : (a) Variabel struktur organisasi dengan indikator tingkat formalisasi, tingkat kompleksitas dan tingkat sentralisasi. (b) Variabel sumber daya manusia dengan indikatornya adalah kualitas SDM yang diukur dengan pendekatan service quality menurut Valerie dan Parasuraman dan kuantitas SDM yang diukur berdasarkan ratio perbandingan pegawai menurut standar DEPDAGRI. (c) Variabel budaya organisasi dengan indikator tingkat jarak kekuasaan, tingkat penghindaran terhadap ketidakpastian, tingkat individualisme vs kolektifisme dan tingkat feminitas vs maskulinitas, (d) Variabel perilaku pelanggan dengan indikator lima dimensi service quality pada pelayanan administratif, tarif, akomodasi dan informasi.
Sifat data untuk penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif yang bersumber dari organisasi Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji Departemen Agama RI dan masyarakat yang melaksanakan ibadah haji pada tahun 1994-1998. Sedangkan cara memperoleh data tersebut dibedakan kedalam data primer dan data sekunder. Pengukuran pada data primer dilakukan dengan menggunakan perhitungan nilai skor rata-rata setiap responden maupun pada seluruh responden, sedangkan pengolahan datanya menggunakan sistem SPSS (secara komputerisasi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan metode SWOT pelayanan haji Indonesia memiliki kharakteristik sebagai berikut : Dari segi kekuatan adalah struktur organisasi dengan tingkat formalisasi sedang, dan kompleksitas rendah, kuantitas SDM yang cukup dan budaya organisasi yang cukup mendukung. Adapun segi kelemahannya adalah desain struktur kurang flat, sentralisasi tinggi, kualitas SDM pada tingkat pimpinan (manajer) yang lemah serta tingkat kepentingan organisasi yang cukup tinggi. Elemen peluang menunjukkan adanya kepuasan pelanggan pada pelayanan administratif, tarif, informasi dan akomodasi yang cukup positif. Dilain pihak ketidak puasan pelanggan terhadap pelayanan administrati£ berupa administrasi yang berbelit-belit dan sistem komputerisasi yang lambat serta ketidak mampuan pegawai dalam mengantisipasi perubahan jadwal adalah merupakan sisi tantangan yang harus diperhatikan. Berdasarkan analisa SWOT ini penulis menyarankan beberapa solusi yang bertumpu pada konsep mewirausahakan birokrasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cuk Hudoro Ridhwan
"Penelitian ini menemukan bahwa ; Didalam rangkaian upacara ritual haji, penuh dengan pendidikan dan latihan bagi pemuka agama (Islam) dalam upaya mengadakan reformasi social. Kemandirian di dalam memahami dan melaksanakan ibadah haji dari lima keluarga Asy Syifa merupakan hal yang menarik untuk diteliti sebagai suatu model pembinaan jamaah haji Indonesia yang membawa dampak perubahan masyarakat.
Haji adalah realitas sosial masyarakat Islam yang tidak dapat dihambat oleh siapapun, karena telah menjadi tradisi sejarah, budaya Islam dan ibadah yang dibakukan dalam hukum wajib bagi umat Islam yang "mampu". Sehubungan dengan semakin banyaknya haji Indonesia maka pemerintah selain mengusahakan peningkatan pelayanan pengelolaan haji, juga memberikan kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk dapat melaksanakan haji secara mandiri agar lancar, tertib, selamat dan mendapatkan haji mabrur atau diterima ibadahnya oleh Allah SWT. Kemabruran haji membawa pengaruh yang besar terhadap pembinaan masyarakat.
Pada penelitian ini penulis menekankan bentuk kemandirian pada masalah : kemampuan individu dan jamaah memahami makna haji, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dan motivasi dan jamaah memahami makna haji, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dan motivasi yang kuat, kemampuan bersikap dan berperilaku mengikuti sunah haji, serta kemampuan fisik, kesehatan, kesempatan dan keuangan. Program pembinaan masyarakat "Haji Mandiri" dari keluarga Asy Syifa, lebih ditekankan pada persiapan calon haji yang dimulai pemahamannya sejak akil baligh atau seseorang merasa bertanggung jawab dalam membina keluarga dan masyarakat sehingga menjelang keberangkatannya ke tanah suci.
Studi kasus Haji Mandiri Lima Keluarga Asy Syifa dalam tesis ini disampaikan dalam bentuk narasi yakni : 1) Badal haji dari Ny. H. Ya'kub, dan Ny. H. Ridhwan, 2) Haji Paspor Coklat oleh Prabowo dan Ridhwan, 3) Haji Keluarga oleh Ruminah dan Ismar, 4) Haji Paspor Hijau oleh Anton dan Budhi dan 5) Haji Undangan oleh Kwik Abdurrahman. Dalam pembinaan masyarakat beragama, haji merupakan pembinaan moral, dan tanggung jawab sosial yang melekat dalam kegiatan ibadah secara ketat dan serius yang memerlukan berbagai kemampuan, kesiapan dan kemandirian. Yayasan Asy Syifa dengan tarikat Ridhwaniyah melaksanakan bimbingan haji bagi para jamaahnya yang mengandung nilai-nilai sosio religius yang dalam."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T6085
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Mochamad Ackman
"Melempar jumrah di hari tasyriq merupakan salah satu praktek dalam ibadah haji yang dilaksanakan pada tangal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Bagi yang mengambil nafar awwal maka cukup hanya melempar dua hari saja, sedangkan yang mengambil nafar tsani mengenapkan hingga tanggal 13 Dzulhijjah. Sedangkan waktu yang ditetapkan untuk melempar jumrah di hari tasyriq, menurut pandangan ulama-ulama klasik adalah antara zawal hingga terbenam matahari, dan boleh hingga fajar menurut pandangan ulama Hanafiyyah, dengan limit waktu untuk melempar ± 18 jam. Sedangkan penetapan hukum melempar jumrah sebelum zawal merupakan kasus khilafiah yang masih diperdebatkan ulama.
Beberapa fukaha kontemporer mengharuskan adanya rukhshah dalam praktek lemparan ini, mengingat bahwa aplikasi ini dapat mencegah terjadinya kecelakaan. Namun dalam menerapkan model-model rukhshah ini terjadi banyak argumentasi kritis diantara beberapa pandangan menginggat bahwa rukhshah yang dijelaskan Nabi dalam manasik hanya memuat beberapa kasus saja. Dan berbeda dengan rukhshah dalam ibadah lainnya, seperti shalat ataupun shaum yang dijelaskan balk oleh AI-Qur'an maupun hadist Nabi. Sedangkan pilihan rukhshah lainnya hares segera diperoleh untuk menjaga keselamatan jiwa. Dari kejadian ini tampak bahwa adanya keseriusan dari fukaha kontemporer untuk merumuskan rukhshah dari kaidah-kaidah fikih yang ada yang tidak hanya dalam wacana saja, namun mengharuskan dalam bentuk aplikasi (tathbiq).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis dengan pendekatan pada aspek yuridis-sosiologis. Penelitian dengan metode analisis wacana ini digunakan untuk memperoleh gambaran utuh dari keragaman aneka pemikiran fikih dalam hukum melempar jumrah. Selain akan mengambarkan pula tantangan fikih untuk menjawab realitas sosial yang digambarkan oleh pandangan-pandangan cendekiawan kontemporer. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif-deskriptif. Kualitatif dipandang sebagai care penelitian yang bisa menghasilkan data deskriptif. Sedangkan penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, yaitu gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fenomena atau hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Dari uraian singkat diatas bahwa mencari makna yang lebih tepat dalam ramyu jumrah di era kekinian merupakan langkah yang harus segera diambil selain untuk mencari alternatif rukhshah yang dapat diaplikasikan saat ini. Dan demi menjaga keselamatan nyawa bagi orang yang hendak melempar jumrah.

On the 11st, 12nd and 13th day of Dzulhijjah (Bid ul-Adha) or the day of tasyriq, pilgrims throw seven pebbles at the large jamarat (rainy jamarat), at each of the three walls, going in order from east to west. Thus a minimum of 49 pebbles are needed for the ritual. However, pilgrims may miss a wall with some of their throws; in order to hit each wall seven times successfully, they may need more than seven pebbles for each wall. Furthermore, some pilgrims stay at Mina for an additional day and must again stone each wall seven times, requiring at least 21 additional pebbles.
There are different opinions among classical ulama about stoning before noon. But now days, many modem scholars feel that throwing stone can be done any time before zawal and sunset on this day. The argument in favor of this ruling is that there is no clear-cut evidence prohibiting the stoning of the Jamarat before the Sun reaches its zenith. There is nothing in the Qur'an and Sunnah that explicitly says so. Such a restriction is not a matter of juristic consensus, and it is not supported by juristic analogy.
Written used research method is discourse analysis method approaching in normative and juridical aspect. This discourse analysis method research used to get detail information about opinions of the stoning of the devil at tasyriq days according traditional schools of juristic thought and contemporary modem scholars. Viewed qualitative as research method that producing descriptive data. While descriptive method has purpose making description, it has interpretations, contextualization, systematic, factual and accurate understanding actors' perspectives or phenomena
The conclusion this information that benefit of seeking the Islamic juridical fatwa's are very important in the case of stoning devil. Seeking concessions from different opinion from scholars and ulama it might solving the problem to safe pilgrims live in the future.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2007
T17727
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salman Rusly
"Setiap tahun jumlah jamaah haji yang mengalami ibadah haji meningkat jumlahnya dengan proporsi jamaah berumur 60 tahun keatas juga ikut meningkat. Pemerintah terus memperbaiki sistem pelayanan kesehatan bagi jamaah haji guna menekan angka morbidity dan mortality jamaah selama menjalankan ibadah di Tanah Suci.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi faktor risiko terhadap mortalitas peda jamaah haji seluruh Indonesia tahun 1428H/2008M. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan desain penelitian dasar observasional yaitu cross-sectional. Dengan menganalisis data sekunder Siskolat 2008. Siskohatkes 2008, data buku laporan pelaksanaan tugas TKHI kloter tahun 2008, data Profil Kesehatan Haji Ditjen PP dan PL Departemen Kesehatan RI.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa factor resiko yang paling dominan (setelah diadjusted) mempengaruhi moralitas JHI adalah jamaah yang mempunyai riwayat penyakit system pernafasan berisiko kejadian moralitas 316 kali lebih tinggi, jamaah yang mempunyai usi >80 tahun berisiko kejadian moralitas 115 kali lebih tinggi, Jemaah yang mempunyai riwayat penyakit system sirkulasi berisiko kejadian moralitas 54 kali lebih tinggi, jamaah yang mempunyai riwayat penyakit system pencernaan berlsiko kejadian mortalitas 8 kali lebih tinggi dan jamaah pria berlsiko kejadian mortalitas 2 kali lebih tinggi. Probabilitas mortalitas tertinggi pada jamaah golongan umur >80 tahun, mempunyai riwayat penyakit sistem sirkolas mempunyai riwayat penyaldt sistem pernafusan, mempunyai riwayat penyakit sistem pencernaan dan berjenis kelamin pria.
Menyatankan kepada calon jamaah agar menunaikan ibadah sebelum berusia 50 tahun, memberikan pelayanan kesehatan yang lebih ekstra kepada jamaah pria, berumur >50 tahun. berpendidikan rendah, aktivitas fisik tidak terlatih, IMf kurus, yang mempunyai riwayat penyakit sistem sirkolasi, pernafasan dan pencernaan, Jamaah faktor risiko tinggi, seperti usia lanjut mempunyai riwayat penyakit, sebaiknya disediakan dokter khusus, jumlah TKHI disesuaikan dengan jumlah jamaah, penempatan pemondokan di Arab Saudi diatur sedemikian rupa sebingga dekat dengan pusat ibadah, dibutuhken kebijakan skrining kondisi kesehatan melalui pemerikaaan kesehatan yang diarahkan pada jamaah, agar jamaah yang mempunyai riwayat penyakit terjaring olehnya.

It is identified that the number of Indonesian hajj pilgrim (IHP) is increasing every year with the proportion of pilgrims age 60 is also increase. Therefore, Indonesia government stii1eontinuing to improve the health service system on its hajj management, in order to decrease the morbidity and mortality rate of hajj pilgrims, during the hajj ritual at the Holy Land of Mecca.
The study has a purpose on exploring how high the contribution of risk factors on mortality of nil Indonesian hajj pilgrims of the year 1428H/2008M. The design of the study is using the basic observational study, the cross sectional study design. The study is analyzing the secondary data of Siskobal 2008, Siskobalkes 2008, data of the Report of TKHI (Indonesia Hajj Taskforsei/IHT) task of kloter I 2008, data of the Hajj Health Profile, and synchronizing with the MS Access format that issued by the Hajj Health Sub directorate of General Directorate of PP and PL of the Indonesia Ministry of Health.
The Study found the most dominant risk factors which influence the mortality of IHP which have certain conditions, namely: those who has the history of respiratory system disorder processing risk to pass away 316 times compare to those who has not have; those who age >80 years old has risk to death 115 times; pilgrimage who has history of circulatory system disorder has risk to death 54 times; those who has history of digestion system process risk to die 8 times; and men tend to have risk 2 times women. All factors above are acounted after adjustment. Probability of highnest death at pilgrim having history disease of system circulatory, respiratory, digestion and male; faction age >80 years male, having history disease of circulatory system and have history disease of respiratory system.
It is suggested that hajj pilgrim candidate suppose to do the pilgrimage before age of 50, the hajj management should give an extra services for health towards pilgrims with certain conditions, namely: men, age above 50 years old, has low level I education, less exercise for physical activities, underweight on BMI, has history of circulatory, respiratory, and digestion system disease. Thereforet for those pilgrims I that have some above conditions and categorized to be high risk pilgrims, should hajj management provides special flight order, appropriate number on hajj taskforce I officers, residential hajj location at Arab Saudi should he placed near to the center of hajj ritual, and there is a need for health screening pelicy at the health examination and those who have risk will he detected in advance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T11516
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Nafi
"[, ]"
Bandung: Imania, 2013
297.57 DIA m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fachry Ganiardi Danuwijaya
"Tesis ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi intensi masyarakat muslim Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi (Jabodetabek) untuk melakukan ibadah umrah di masa pandemi Covid-19. Kerangka penelitian disusun dengan memodifikasi model Theory of Planned Behavior (TPB) dengan menambahkan konstruk Health Belief Model (HBM) yaitu cognitive risk perception dan affective risk perception ke dalam model untuk menyesuaikan konteks pelaksanaan ibadah umrah di masa pandemi. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei melalui kuesioner dan melibatkan 203 responden penelitian. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM) yang sebelumnya telah dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel attitude dan perceived behavioral control berpengaruh signifikan dengan hubungan positif terhadap intensi masyarakat Muslim Jabodetabek untuk melakukan ibadah umrah di masa pandemi Covid-19. Sedangkan variabel affective risk perception dengan mediasi perceived behavioral control berpengaruh signifikan dengan hubungan negatif terhadap intensi masyarakat Muslim Jabodetabek untuk melakukan ibadah umrah di masa pandemi Covid-19.

This study discusses the factors that influence the intention of muslim society in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi (Jabodetabek) to perform umrah during the Covid-19 pandemic. The research framework was prepared by modifying the Theory of Planned Behavior (TPB) model by adding the constructs of the Health Belief Model (HBM) namely cognitive risk perception and affective risk perception into the model to adjust the context of the implementation of umrah during the pandemic. This research was conducted using a survey method through questionnaire and involved 203 research respondents. Data analysis in this study used Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM) which had previously been tested for validity and reliability. The results showed that the attitude variable and perceived behavioral control had a significant effect with positive relation with the intention of Muslim society in Jabodetabek to perform umrah during the Covid-19 pandemic. Meanwhile, the affective risk perception variable with the mediation of perceived behavioral control had a significant and negative relation with the intentions of the Jabodetabek muslim society to perform umrah during the Covid-19 pandemic."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didi Subandi
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran pemerintah Indonesia dan arab Saudi dalam penyelenggaraan ibadah haji Indonesia pada tahun 2015-2021. Kedua negara tersebut sangat berpengaruh dalam penyelenggaraan ibadah haji Indonesia. Peneliti menggunakan metode Library Research yaitu dengan mengkaji sumber-sumber atau referensi mengenai haji, diplomasi serta hubungan bilateral antara Indonesia dengan Arab Saudi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa hubungan bilateral antara Indonesia dengan arab Saudi mempengaruhi penyelengggaraan ibadah haji di Indonesia. Ini dapat terlihat dari kebijakan-kebijakan haji yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia dengan arab Saudi. Terlebih, pada masa pandemic covid-19 ini, kedua negara tersebut kompak untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang sejalan antara kedua negara tersebut.

This study aims to analyze the role of the governments of Indonesia and Saudi Arabia in the implementation of the Indonesian Hajj pilgrimage in 2015-2021. These two countries are very influential in the implementation of the Indonesian Hajj pilgrimage. This research uses library research. The researcher uses the Library Research method, namely by reviewing sources or references regarding Hajj, diplomacy and bilateral relations between Indonesia and Saudi Arabia. Based on the results of the research conducted, it is known that the bilateral relationship between Indonesia and Saudi Arabia affects the implementation of the pilgrimage in Indonesia. This can be seen from the Hajj policies issued by the Indonesian government and Saudi Arabia. Moreover, during this COVID-19 pandemic, the two countries were united to issue policies that were in line between the two countries."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ngabehi Ihsanoedin
"Buku ini adalah sambungan dari kitab sebelumnya, yaitu Bab Haji. Kitab Irsjadoel moeridin ini diawali dengan ilmu fiqih tentang moeamallah dan diakhiri uraian tentang wasiyat."
Solo: Ab. Siti Sjamsiah, [date of publication not identified]
BKL.0141-IS 13
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Anshari Saifuddin
"ABSTRAK
Eksaserbasi asma masih menjadi masalah pada jamaah selama periode ibadah haji. Terdapat banyak faktor yang berkontribusi terhadap eksaserbasi asma selama ibadah haji. Asma yang terkontrol penuh dan pencegahan sebelum keberangkatan haji menjadi penting untuk menurunkan risiko eksaserbasi.
Metode
Metode penelitian berupa cross sectional analitik yang dilakukan pada jamaah haji DKI Jakarta tahun 2018. Jamaah haji dengan asma diseleksi dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan (Siskohatkes). Subjek dievaluasi lebih lanjut di Puskesmas melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan spirometri dan diikuti selama ibadah haji. Terdapat tujuh faktor yang diteliti, yaitu riwayat eksaserbasi asma, obesitas, komorbid, fungsi faal paru, tingkat kebugaran, merokok dan vaksinasi influenza. Kriteria eksklusi dalam pengambilan sampel yaitu memiliki kontraindikasi melakukan spirometri, menderita penyakit paru bukan asma bronkial (TB paru, kanker paru), kesulitan untuk berkomunikasi (penurunan kognitif), tidak bersedia ikut dalam penelitian dan gangguan jantung yang membuat pasien harus membatasi aktivitas fisik
Hasil
68 jamaah haji dengan asma didapatkan untuk penelitian ini yang terdiri atas 46 subjek perempuan (67,6%) dan usia median sebesar 56 tahun. Eksaserbasi akut terjadi pada 27 subjek (39,7%). Pada analisis multivariat dengan uji regresi logistik, didapatkan bahwa riwayat eksaserbasi asma dan obesitas grade II menjadi faktor yang berperan signifikan terhadap eksaserbasi dengan odd ratio (OR) 4,27 (95%IK: 1,156-15,829,p=0,029) dan 4,02 (95%IK: 1,151-14,097, p=0,029).
Kesimpulan
Proporsi eksaserbasi sebesar 39,7%. Dari tujuh faktor yang diteliti pada studi ini, riwayat eksaserbasi asma sejak satu tahun sebelum keberangkatan haji dan obesitas grade II menjadi faktor paling penting yang berperan terhadap eksaserbasi asma pada jamaah haji.

ABSTRACT
Background
Asthma exacerbation still become problem in pilgrims during hajj period. There are many factors that contribute in asthma exacerbation. Well controlled asthma and prevention before hajj was important to reduce risk of exacerbation.
Method
This is a cross sectional study among asthma hajj pilgrims year 2018 from Jakarta. Hajj pilgrims with asthma were selected from Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan (Siskohatkes). Subjects were evaluated in primary facility (Puskesmas) through anamnesis, physical examination and spirometry and followed during pilgrimage. There were seven factors that examined in this research, including history of exacerbation, obesity, comorbid, lung physiology function, smoking, fitness level, and influenza vaccination. Exclution criteria includes contraindicated in spirometry test, had lung disease except asthma (tuberculosis, lung cancer), hard to communicate, refused to enter the study and cardiac problems that made patients restricted their activity.
Result
Sixty eight asthma patients were recruited comprising 46 female subjects (67,6%) and median age for this study is 56 years. Acute exacerbation occurred in 27 subjects (39,7%). In multivariate analysis with logistic regression test, history of exacerbation and grade II obesity were factors that have significant effect on asthma exacerbation with odd ratio 4,27 (95% CI: 1,156-15,829, p=0,029) and 4,02 (95%CI: 1,151-14,097, p=0,029) respectively.
Conclusion
Proportion of exacerbation is 39,7%. From seven factors researched in this study, obesity grade II and history of asthma exacerbation one year before hajj period were the most important factors that contribute on asthma exacerbation among hajj pilgrims."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58674
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mawari Edy
"Acute Respiratory Tract infection (ARTI) commonly suffered by penple. On Indonesian Hajj Services, ARTI categorized to Respiratory Tract Diseases which have the most contribute to the number of medical contact services during three years, by > 50% of totally medical contact. Quality of live and productivity will be reduced by ARTI. Needed study for analyzed and evaluate the preventing effort on hajj health services.
Suggested to operate and provide the health services for all of Hajj-candidate on pre-travelling preparation, with a special program to build a good behavior for maintain health status and increase access ability for medical services. Needed for study with more variables."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20971
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>