Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Galuh Anisa Putri
"Dalam membangun masjid, Islam tidak memiliki aturan mengikat mengenai bentuk masjid karena prinsip utama dalam masjid adalah fungsi (function) (Omer, 2010). Hal tersebut ditunjukan dalam arsitektur Masjid Nabawi (622 M) yang dibangun sederhana sesuai fungsi yang dibutuhkan, tapi di saat yang sama, Masjid Nabawi berperan sebagai ruang publik kota Madinah sehingga masjid sejatinya merupakan tempat beribadah sekaligus pusat komunitas. Namun, perkembangan zaman kemudian mendorong aspek fungsi tidak lagi menjadi hal utama dalam membangun masjid, seperti masjid di era Imperium Ottoman yang menekankan aspek forma. Transformasi tersebut berdampak pada peran masjid menjadi alat birokrasi pemerintah. Fenomena tersebut menunjukan relasi antara aspek fungsi dengan realisasi peran masjid di dalam komunitas muslim yang dipengaruhi oleh praktek kuasa setempat, sehingga arsitektur masjid berpotensi sebagai indikator dalam melihat praktek kuasa. Indonesia di tahun 1950-1965, di bawah pimpinan Sukarno, membangun dua masjid yang signifikan dalam sejarah perkembangan masjid Indonesia, yakni Masjid Istiqlal dan Masjid Salman, yang keduanya menggunakan langgam arsitektur modern yang menekankan aspek fungsi dalam proses perancangannya. Skripsi ini bertujuan untuk melihat bagaimana aspek fungsi dijawantahkan dalam kedua masjid tersebut dan bagaimana hubungannya dengan praktek kuasa Sukarno dan peran masjid sebagai ruang publik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyana
"Perumusan masalah dalam skripsi ini adalah simbol-simbol apa saja yang terdapat di mesjid An-Nawier, dan apakah simbol-simbol yang ada tersebut maknanya berkaitan dengan ajaran agama Islam. Untuk menyusun skripsi ini, pengumpulan data diiakukan dengan Cara studi pustaka menurut kaidah penelitian sejaralt dengan menggunakan metode deskriftif analisis, dan pengamatan langsung ke objek penelitian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Misli Amanah
"Masjid Cut Meutia di Menteng, Jakarta Pusat merupakan bangunan bersejarah peninggalan kolonial Belanda yang memiliki perjalanan sejarah yang panjang dengan berbagai fungsi yang pernah dijalankan. Bangunan ini dibangun pertama kali oleh para arsitek Belanda yang menamakan diri NV. De Bouwploeg pada tahun 1887. Pada masa kolonial, Belanda membawa gaya arsitektur Art Nouveau pada bangunan Masjid Cut Meutia. Art Nouveau adalah salah satu gaya arsitektur Eropa yang menjadi faktor kebangkitan arsitektur Belanda.

Cut Meutia Mosque in Menteng, Central Jakarta is a historic building that has a long history of Dutch colonial heritage with various functions that ever run. This building was built by the Dutch architect who called themselves NV. De Bouwploeg in 1887. In the colonial period, the Dutch implemented the style of Art Nouveau architecture in buildings Cut Meutia Mosque. Art Nouveau is a style of European architecture that factor into the rise of Dutch architecture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ghilman Assilmi
"Penelitian ini membahas mengenai makam dan masjid pada masa Kesultanan Banten Abad XVI –XIX Masehi, sumber data terdiri dari kompleks makam di Masjid Agung Banten Lama, Masjid Kasunyatan, dan Masjid Kanari. Penelitian terfokus kepada kajian keletakkan makam pada masjid untuk mengungkapkan cultural code masyarakat masa Kesultanan Banten yang membedakan antara yang hidup dan yang mati, profan dan sakral, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal. Selain itu, dilakukan kajian terhadap bentuk dan ragam hias nisan-nisan Sultan Banten untuk mengetahui identitas serta keistimewaan Sultan berhubungan dengan makamnya. Hasil kajian terhadap bentuk dan ragam hias nisan menunjukkan bahwa tidak ada keistimewaan yang dimiliki sultan berdasarkan nisannya. Sedangkan hasil kajian keletakkan menunjukkan bahwa culutral code masyarakat Kesultanan Banten tidak memperlihatkan pemisahan ruang antara yang hidup dan yang mati, profan dan sakral, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, akan tetapi masjid dianggap sebagai tempat yang paling sakral karena menjadi acuan yang hidup dan yang mati tersebut.

This research discuss about the relation between tomb and mosque in the Sultanate of Banten XIX-XVI century AD. The source data consists of the tomb in the Great Mosque of Banten Lama, Kasunyatan Mosque and Kanari Mosque. The research focused on spatial study about tomb in the mosque to express the cultural code of Banten Sultante’s society that distinguishes between the living and the dead, the sacred and the profane, living space and refuse space. In addition, researcher conducted a study of shapes and ornamen gravestones Sultan of Banten to determine the identity and privileges associated based on their gravestone. Results of the study indicate that no privilege Sultan based on their gravestone. While the spatial study results that culutral code of Banten Sultante’s society showed no separation space between the living and the dead, the profane and the sacred, living space and refuse space, but the mosque is regarded as the most sacred places as a reference the living and the dead."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghilman Assilmi
"Penelitian ini membahas mengenai makam dan masjid pada masa Kesultanan Banten Abad XVI-XIX Masehi, sumber data terdiri dari kompleks makam di Masjid Agung Banten Lama, Masjid Kasunyatan, dan Masjid Kanari. Penelitian terfokus kepada kajian keletakkan makam pada masjid untuk mengungkapkan
cultural code masyarakat masa Kesultanan Banten yang membedakan antara yang hidup dan yang mati, profan dan sakral, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal. Selain itu, dilakukan kajian terhadap bentuk dan ragam hias nisan-nisan Sultan Banten untuk mengetahui identitas serta keistimewaan Sultan berhubungan dengan makamnya. Hasil kajian terhadap bentuk dan ragam hias nisan menunjukkan bahwa tidak ada keistimewaan yang dimiliki sultan berdasarkan nisannya. Sedangkan hasil kajian keletakkan menunjukkan bahwa culutral code masyarakat Kesultanan Banten tidak memperlihatkan pemisahan ruang antara yang hidup dan yang mati, profan dan sakral, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, akan tetapi masjid dianggap sebagai tempat yang paling sakral karena
menjadi acuan yang hidup dan yang mati tersebut.

This research discuss about the relation between tomb and mosque in the Sultanate of Banten XIX-XVI century AD. The source data consists of the tomb in the Great Mosque of Banten Lama, Kasunyatan Mosque and Kanari Mosque.
The research focused on spatial study about tomb in the mosque to express the cultural code of Banten Sultante's society that distinguishes between the living and the dead, the sacred and the profane, living space and refuse space. In addition, researcher conducted a study of shapes and ornamen gravestones Sultan of Banten to determine the identity and privileges associated based on their gravestone. Results of the study indicate that no privilege Sultan based on their gravestone. While the spatial study results that culutral code of Banten Sultante's society showed no separation space between the living and the dead, the profane and the sacred, living space and refuse space, but the mosque is regarded as the most sacred places as a reference the living and the dead.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Muhammad Armedi Eka Purdini
"Perkembangan seni bangunan di kota Bandung tidak terlepas dari campur tangan arsitek ternama asal Belanda, Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker. Ada sejumlah karya yang dihasilkan oleh Wolff Schoemaker, salah satunya adalah Masjid Besar Cipaganti. Masjid Besar Cipaganti merupakan salah satu bangunan yang dibangun pada masa kolonial Belanda tahun 1933 dan terletak di Jalan Raden AA Wiranatakusumah No 85, Bandung, Jawa Barat. Wolff Schoemaker membangun masjid ini dengan mengkombinasikan unsur seni bangunan khas Jawa Barat dan Belanda.
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan unsur seni bangunan Jawa Barat dan unsur seni bangunan Belanda yang terdapat pada Masjid Besar Cipaganti. Unsur seni bangunan Jawa Barat terdapat pada atap bangunan, tiang saka guru, dan ragam hias. Unsur seni bangunan Belanda pada masjid ini dapat terlihat dari bentuk bangunan, material bangunan, lampu gantung, dan sekat pada teras utama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

The development of art building design in Bandung never stray far from the involvement of a famous Dutch architect, Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker. Among many of Wolff Schoemaker’s notable works, Masjid Besar Cipaganti is one of them. Masjid Besar Cipaganti is one of the buildings constructed in Dutch colonization period in 1933 and is located in Jalan Raden AA Wiranatakusumah No 85, Bandung, West Java. Wolff Schoemaker built this mosque by combining traditional West Java architecture with Dutch styles.
This research aims to describe West Java art building elements and Dutch art building elements that contained in Masjid Besar Cipaganti. The characteristic of West Java art building upon Masjid Cipaganti Bandung can be identified through the roof, tiang saka guru, and decorative patterns. Whereas the elements of Dutch characteristics characteristics can be identified from its construction, construction material, chandelier, and the separator between the main terrace. This research using qualitative method with aims to elaborate any specific elements of art buildings that founded within.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Talulla Rachma Augia
"Penelitian ini membahas mengenai tata ruang antara makam, masjid, dan pemukiman di Desa Hitu dan Hila di Ambon, Maluku. Data yang diambil adalah Masjid Hitu, Masjid Hena Lua, Masjid Hassan Sulaiman, Masjid Wapauwe, Rumah Raja Desa Hitu, Rumah Raja Desa Hila, kompleks makam kuno Hitu, dan kompleks makam Hassan Sulaiman. Penelitian terfokus pada kajian spasial atau tata ruang antara makam, masjid, dan pemukiman untuk melihat pemisahan yang sakral dan yang profan. Sakral adalah suatu benda atau objek yang dikeramatkan, dalam penelitian ini makam merupakan tempat yang disakralkan. Profan adalah yang bersangkutan dengan duniawi.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat makna makam bagi para masyarakat desa Hitu dan Hila. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pemisahan antara yang sakral dan profan. Batas pemisah antara yang sakral dan profan tidak dapat terlihat secara fisik, batasan baru dapat terlihat dari penggambaran yang diambil dari udara. Makam atau yang disakralkan berada di dalam hutan dan jauh dari pemukiman dan masjid.

This thesis discuss about the layout between tombs, mosques, and settlements in Hitu Village dan Hila Village, Maluku. The data which has been taken such as, Hitu Mosque, Hena Lua Mosque, Hassan Sulaiman Mosque, Wapauwe Mosque, The House of The Hitu Villages King, The House of The Hila Villages King, The Ancient Tombs Complex of Hitu, and The Tomb Complex of Hassan Sulaiman. This thesis focuses on the spatial study or the layout between tombs, mosques, and settlements to separate the sacred and the profane. Sacred is the object which sanctified and hieratic, in this thesis for example, the tomb is a sacred place. Whereas, profane is concerned with the worldly.
This thesis aims to see the meaning of the tomb for the villagers of Hitu and Hila. The results of this thesis conclude that there is a separation between the sacred and the profane. The separation is that the dividing boundary between the sacred and the profane can not be seen physically, the new boundary can be seen from the drawing which taken from the air. The tombs or the sacred places are in the forest and away from the settlements and the mosques.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Prasetyo Hutomo
"Tulisan ini untuk memahami sejarah dan arsitektur masjid di Aceh yang dibangun diatas rertuntuhan Candi Hindu. Studi ini penting untuk memahami pengaruh dari Hindu terhadap arsitektur masjid di Indrapuri. Tulisan ini terdiri dari konten, metodologi dan kesimpulan.

This paper aim is to understand the history of mosque architecture in Aceh which was built on the former site of Hindu temple. This study is important to understand the influence of Hindu to mosque architecture in Indrapuri. This following paper will along with the content, methodology and conclusion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63453
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Ryan
"Masjid dalam praktiknya sehari-hari dapat digolongkan sebagai ruang liminal bagi orang-orang yang datang dengan durasi yang singkat dan tidak memiliki ikatan apapun dengan masjid tersebut. Di sisi lain, masjid juga dapat dianggap sebagai tempat tetap bagi orang-orang yang memang sering beraktivitas dan memiliki ikatan dengan masjid tersebut. Pemaknaan masjid sebagai tempat tetap dapat melahirkan keterikatan tempat yang berlandaskan identitas masjid, ketergantungan terhadap masjid, dan hubungan sosial dengan masjid tersebut. Penelitian ini dilakukan di Masjid Al Mubarak yang dibangun oleh Jamaah Ahmadiyah Indonesia. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, dan studi literatur untuk menganalisis perbedaan perspektif antara masyarakat sekitar dan khuddam terhadap Masjid Al Mubarak dan mengenalisis keterikatan tempat yang muncul di antara khuddam terhadap Masjid Al Mubarak. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Masjid Al Mubarak hanyalah sebuah ruang liminal bagi masyarakat sekitar. Di sisi lain, Masjid Al Mubarak merupakan tempat tetap bagi khuddam karena masjid tersebut merupakan tempat mereka beraktivitas dan memiliki makna bagi setiap khuddam. Tidak semua khuddam memaknai Masjid Al Mubarak sebagai tempat religius. Ada yang memaknai sebagai tempat hidup dan bertumbuh, rumah kedua, kantor sekretariat, dan rumah rohani.

The mosque in daily practice can be classified as a liminal space for people who come with a short duration and do not have any ties to the mosque. On the other hand, the mosque can also be considered as a permanent place for people who are often active and have ties to the mosque. The meaning of the mosque as a permanent place can give birth to a place attachment based on the identity of the mosque, dependence on the mosque, and social relations with the mosque. This research was conducted at the Al Mubarak Mosque which was built by Jamaah Ahmadiyah Indonesia. This research is qualitative in nature with in-depth interviews, observation, documentation, and literature studies methods to analyze the different perspectives between the surrounding community and the khuddam towards the Al Mubarak Mosque and identify the place attachments that arise between khuddam and the Al Mubarak Mosque. The results of this study indicate that the Al Mubarak Mosque is only a liminal space for the surrounding community. On the other hand, Al Mubarak Mosque is a permanent place for khuddam because the mosque is a place for them to work and has meaning for every khuddam. Not all khuddam interpret Al Mubarak Mosque as a religious place. Some interpret it as a place to live and grow, a second home, a secretariat office, and a spiritual home."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunadi Ramlan
"Penelitian ini membahas gerakan dakwah di Kota Bandung melalui Masjid Istiqamah di dekat Pasar Cihapit, Bandung. Masjid yang berdiri tahun 1926 dipengaruhi oleh pemikiran tokoh-tokoh eks Partai Masyumi, diantaranya adalah Isa Anshary, Rusyad Nurdin, E.Z. Muttaqien, serta M. Natsir. Gagasan untuk membentuk kader dakwah dilaksanakan di sebuah masjid kecil sebagai upaya menghadapi pengaruh sekularisme dari budaya barat yang berkembang pada awal masa pemerintahan Orde Baru. Pengaruh dari gerakan dakwah tersebut adalah lahirnya organisasi-organisasi remaja masjid di sekitar Bandung. Kegiatan remaja di lingkungan masjid mendapat sambutan baik di kalangan remaja dan pemuda karena kegiatannya melalui pendekatan populer seperti seni dan olahraga. Gerakan dakwahnya masih berpengaruh pada perkembangan dakwah hingga kini, seperti gerakan organisasi remaja masjid, jilbab dan pesantren kilat anak-anak. Pelatihan kader dakwah Kulliyatul Mujahidin Istiqamah menekankan pada komitmen menegakkan ajaran Islam dan mampu menahan pengaruh kelompok Imam Imran yang lebih menekankan pada konsep kultus kepemimpinan Imam, kelompok Imam Imran melakukan aksi teror pembajakan Pesawat Garuda Woyla di tahun 1981. Pengumpulan bahan kajian ini diperoleh melalui sumber arsip milik Yayasan Istiqamah, wawancara para pelaku untuk melengkapi bukti sejarah dan diverifikasi melalui sumber-sumber koran dan majalah sezaman serta kemudian diverifikasi menjadi fakta yang dituliskan.

This study discusses the da'wah movement in Bandung through the Istiqamah Mosque near Cihapit Market, Bandung. The mosque, which was founded in 1926, was influenced by the thoughts of former Masjumi Party figures, including Isa Anshary, Rusyad Nurdin, E.Z. Muttaqien, and M. Natsir. The idea of forming a da'wah cadre was carried out in a small mosque as an effort to face the secularist influence of western culture that developed at the beginning of the New Order government. The influence of the da'wah movement was the birth of youth mosque organizations in Bandung area. Youth activities in the mosque environment are well accepted by teenagers and youth because their activities are carried out through popular approaches such as arts and sports. The da’wah movement still influences the development of da’wah until now, such as the movement of youth organizations for mosques, headscarves and children's boarding schools. The training for the Kulliyatul Mujahidin Istiqamah da'wah cadres emphasizes a commitment to upholding Islamic teachings and is able to withstand the influence of the Imam Imran group which emphasizes the concept of the Imam's cult leadership, the Imam Imran group commited acts of terror by hijacking of the Garuda Woyla Aircraft in 1981. The collection of this study material was obtained through archival sources, owned by the Istiqamah Foundation, interviewing the perpetrators to complete historical evidence and verified through contemporary sources in newspapers and magazines and then verified into written facts."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>