Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65 dokumen yang sesuai dengan query
cover
New York: McGraw-Hill Internanational Book Company, 1995,
R 578.45 Ele II
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Francon, M.
Evanston: Row, Peterson, 1961
544.82 FRA p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wilson, Steve D.
Minneapolis: Burgess, 1967
578 WIL a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
London: Academic Press, 1984
570.282 5 ADV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mittal, Vikas
"The book aims to describe the microscopic characterization of the soft matter in the light of new advances acquired in the science of microscopy techniques like AFM, SEM, TEM etc. It does not focus on the traditional information on the microscopy methods as well as systems already present in different books, but intends to answer more fundamental questions associated with commercially important systems by using new advances in microscopy. The contents of the book also reflect this as the chapters are not based on describing only material systems, but are based on the answering the problems or questions arising in their characterization. "
Berlin: Springer, 2012
e20405792
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Tan, Tik Poen
"ABSTRAK
Pada pemeriksaan mikroskopi dari bubuk tumbuh-tumbuhan, terutama dalam tjampuran dari beberapa matjam bahan, atjapkali dialami kesukaran berhubung tjiri2 jang spesifik kadang-kadang sukar diketemukan.
Commentaar Pharmacopee menjatakan : Dalam hal jang sukar, terdapatnja kristal" anisotrop sebaiknja ditentukan dengan pertolongan tjahaja jang dipolarisasikan.
Dilikroskop polarisasi mungkin berharga pula pada penjelidikan butir2 pati, oleh karena tanda silang polarisasi (polarisasikruis) menundjukkan dengan saksama letaknja inti dari butir-butir".
Kesukaran2 mentjari tjiri" mikroskopi dalam bubuk jang berasal dari satu bahan dan teristimewa dalam tjampuran dari beberapa bahan jalah karena
1. tjiri2 kadang2 terletak dalam bagian jang tebal (bahan jang keras dan Iiat tak mudah ditumbuk mendjadi bubuk jang halus).
2. tjiri= kerapkali tertutup oleh sell dan djaringan jang aspesifik, misalnja sell .parenchym, chlorophyl, djaringan endosperm dan lain' djaringan jang untuk identifikasi kurang penting, maka tjiri2 tak dapat terlihat.
Djustru banjak sel= dan djaringan2 aspesifik bersifat isotrop dan dalam tjahaja terpolarisasi tak tampak, sedangkan banjak tjiri2 spesifik bersifat anisotrop (misalnja kristal" oxalat, kristal-kristal bintang, raphida, butir2 pati, serabut2 kulit kaju, buluh-buluh kaju, bulu° tudung, sell bath, kristal'' lemak dsb.), sehingga meskipun terletak dibawah djaringan jang aspesifik atau didalam bagian2 jang agak tebal, namun kerapkali masih dapat terlihat.
Akan tetapi tidak semua tjiri2 spesifik bersifat anisotrop, atau dengan lain perkataan : tidak semua tjiri2 spesifik jang dapat kita kenali dalam tjahaja biasa akan tampak dalam tjahaja terpolarisasi.
Sungguhpun demikian pemakaian tjahaja jang dipolarisasikan sangat berguna, oleh karena :
1. tjiri2 jang bersifat anisotrop terlihat dalam latar belakang jang hitam, hingga kontrast sangat tadjam dan tjiri2 dapat diketemukan dengan mudah (penjelidikan dengan tjahaja terpolarisasi sebaiknja dilakukan pada pemadaman maximal, maka latar belakang adalah hitam). Pada foto 1 dan la (halaman 13) terlihat kristal° bintang dari Folia Stra monii. Meskipun kristal itu dengan tjahaja biasa dapat dilihat, namun tampak kurang djelas karena tertutup oleh sel" berisi chlorophyl, sedangkan dalam tjahaja terpolarisasi kristal' terlihat djelas sebagai bintang= bertjahaja diatas latar belakang fang gelap dan sel?' berisikan chlorophyl sama sekali talc tampak, hingga tak mengganggu penglihatan.
2. Disampingnja tjiri' fang diketahui dalam tjahaja biasa, dapat diketemukan tjiri' baru jang hanja dapat dilihat dengan tjahaja terpolarisasi (lihat kristal" dari Fructus Piperis nigri pada foto 2a (halaman 13) serta uraian pada halaman 37, P.1 ; gambar 43, 1). Foto 2 dan 2a memperlihatkan bagian dari Fructus Piperis nigri jang agak tebal; pada foto 2a (tjahaja terpolarisasi) kristal dapat dilihat, sedangkan pada foto 2 (tjahaja biasa) kristal'= tak tampak. Keterangan : sebagian dari objek pada foto' tampak ku? rang tadjam, karena letaknja objek" tidak mendatar, pula ada bagia& jang tebal.
3. Kadang2 kristal2 sukar dilihat dengan tjahaja biasa, 25, 21', 27), maka kristal= dari Herba Polygalae amarae jang terletak didalam sel" penutup (sluitcellen) dari sebagian mulut kulit (huidmondje) masih belum diketahui .
4. Pada kristal dan lain tjiri2 tertentu kadang2 terdapat warna-warna polarisasi, hingga sangat mudah untuk ditjari dalam sediaan.
5. Pada tjiri2 tertentu, djika dilihat dalam tjahaja jang dipolarisasikan, terdapat lukisan2 jang dalam tjahaja biasa tak tampak, meskipun tjiri tersebut dapat dilihat dengan tjahaja biasa ; inilah penting untuk menentukan apa tjiri itu adalah dari tumbuh-tumbuhan tertentu."
Depok: Universitas Indonesia, 1957
D392
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wallis, T. E.
Boston: Little, Brown, 1965
544.82 WAL a (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Watt, Ian M.
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 1997
502.825 WAT p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Aprilia
"ABSTRAK
Sensor berbasis mikrokantilever telah menarik perhatian dalam dekade terakhir sebagai sensor bersensitivitas tinggi yang berpotensi untuk diterapkan dalam bidang kimia, biologi, fisika, kedokteran, dan lingkungan. Komponen penting bagi sensor adalah sensitivitas dan selektivitas. Sensitivitas sensor mikrokantilever umumnya ditentukan oleh desain geometri, sedangkan selektivitas ditentukan oleh lapisan sensitif yang spesifik. Pada riset ini dilakukan simulasi dan pengukuran mikrokantilever terhadap objek gas LPG.
Pada mode statis, hasil pengukuran menunjukkan bahwa output sensor (Vout) sangat sensitif terhadap aliran gas. Meski mikrokantilever yang digunakan tanpa lapisan sensitif, nilai Vout berubah karena gas. Respon mikrokantilever ini kemungkinan disebabkan adanya adsorpsi molekul gas pada permukaan mikrokantilever. Nilai defleksi akibat adanya gas yang teradsorpsi di permukaan mikrokantilever dapat dihitung. Selain hasil tersebut terdapat kurva non linear hubungan antara tegangan output (terbentuk puncak defleksi) dan waktu gas alir yang dapat diterangkan dengan model defleksi pada struktur mikrokantilever berlapis ganda (double layer). Kemungkinan mekanisme kedua dari respon mikrokantilever adalah karena perubahan densitas dan viskositas gas dalam box eksperimen. Ini diprediksi dari menurunnya puncak defleksi maksimum saat viskositas dan densitas gas di dalam box tersebut yang meningkat.
Pada mode dinamis, tegangan peak-to-peak (Vpp) vibrasi mikrokantilever menurun dengan cepat terhadap aliran gas. Analisis berbasis massa gas yang teradsopsi menunjukkan bahwa pergeseran frekuensi resonansi sebesar 57,14 kHz ditimbulkan karena adanya massa yang menempel pada permukaan mikrokantilever sebesar 16,5 ng. Sedangkan mekanisme kedua karena perubahan densitas dan viskositas gas menunjukkan bahwa pergeseran frekuensi resonansi disebabkan karena pergeseran nilai densitas sebesar 22,38 Kg/m3 dan perubahan viskositas sebesar 0,058 cP.
Hasil riset ini menjelaskan respon mikrokantilever piezoresistif tanpa lapisan sensitif terhadap gas pada mode operasi statis dan dinamis. Perubahan sinyal output pada mikrokantilever dijelaskan dalam dua model, yaitu respon karena massa yang teradsorpsi dan respon karena perubahan viskositas fluida.

ABSTRACT
Microcantilever-based sensor has attracted the attention as a high sensitivity sensor which is potential to be applied in the fields of chemistry, biology, physics, medicine, and environment. Two important factors for a sensor are sensitivity and selectivity. Generally, sensitivity is determined by sensor geometry while selectivity is determined by a sensitive layer. In this research, response of microcantilever to LPG is studied in simulation and experimental aspects.
In static mode operation, the measurement result shows that the sensor output (Vout) sensitively changes to gas flow. Although uncoated microcantilever is used, the sensor output modifies due to the gas. This response may be due to the gas adsorbed on the microcantilever surface. The microcantilever deflection due to the adsorbed gas on the surface can be calculated. Another result here is a non linear curve of Vout (forming a deflection peak) vs time during the gas flow that can be explained by mechanical analysis of the microcantilever double layer structure. The second mechanism of microcantilever response is based on gas density and viscosity changes in experimental box. It is predicted that the increase of fluid density and viscosity causes the decrease of maximum deflection peak.
In dynamic mode operation, peak-to-peak voltage (Vpp) of the microcantilever vibration rapidly decreases due to the gas. The mechanism model based on adsorbed gas shows that the resonance frequency shift of about 57,14 kHz may be due to the mass of 16,5 ng absorbed on the microcantilever surface. The second mechanism is based on the gas density and viscosity changes. It shows that the resonance frequency shift is caused by the density change of 22,38 Kg/m3 and viscosity change of 0,058 cP.
These studies presented the response of uncoated piezoresistive microcantilever on the static and dynamic operation modes. The change of output signal is described in two models, i.e. the response due to the adsorbed mass and the response due to changes in fluid density and viscosity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T39185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Khalil Yaqubi
"Pada penelitian ini, kami mencoba mempelajari dan menganalisis efikasi kation divalen melalui proses sintering dan metode Sol-gel dengan substitusi Fe-site pada struktur kisi dan cara menganalisis rangkaian La0.8Sr0.2Fe1-xMgxO3 ( x = 0,1, 0,2, dan 0,3) bahan perovskit. Produk dikarakterisasi dengan difraktometer sinar-X (XRD), Scanning Electron Microscope (SEM), analisis Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), analisis Brunauer – Emmett – Teller (BET), Raman Scattering Spectra dan UV-Vis Spectroscopy. Analisis XRD menunjukkan bahwa bahan perovskit ini cocok dengan grup ruang Pbnm dan struktur ortorombik. Parameter kisi dan ukuran kristal meningkat dengan meningkatnya substitusi Mg, hal ini menunjukkan bahwa keberadaan Mg2+ dalam kisi kristal menghambat pertumbuhan ukuran kristal. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa partikel sampel umumnya memiliki bentuk sferis yang tidak homogen. Hasil karakterisasi EDX dan XRF menegaskan komposisi unsur semua sampel, unsur utama La, Sr, Fe, Mg, O muncul pada spektrum EDX sesuai perhitungan stoikiometri. Sedangkan uji BET menunjukkan adanya keragaman nilai luas permukaan yang terkonfirmasi karena adanya perbedaan komposisi unsur berdasarkan perhitungan stoikiometri pada sampel serbuk. Sifat optik dikarakterisasi dengan menggunakan UV-Vis menunjukkan celah energi ikatan yang lebih kecil dengan meningkatnya doping Mg. Nilai celah pita meningkat dengan meningkatnya konstanta doping. Sifat kelistrikan diuji menggunakan metode spektroskopi impedansi dengan variasi frekuensi (1 kHz – 2 MHz) dan temperatur (30° – 175 °C). Data impedansi disajikan dalam bentuk plot Nyquist dan plot Bode, digunakan untuk mengidentifikasi parameter rangkaian ekivalen. Ketika suhu meningkat plot Nyquist, menunjukkan pengurangan diameter setengah lingkaran. Data impedansi menunjukkan penurunan Z', dengan meningkatnya suhu. Dalam Z” puncaknya asimetris dan meluas dengan meningkatnya suhu, dan puncak relaksasi menurun bergeser ke frekuensi yang lebih tinggi menunjukkan bahwa relaksasi tergantung pada aktivasi termal pembawa muatan. Menurut studi dielektrik, dengan meningkatnya suhu, konstanta dielektrik meningkat. Dalam konstanta dielektrik imajiner pada frekuensi rendah, sampel memiliki konstanta dielektrik tertinggi di semua rentang suhu. Konduktivitas di wilayah frekuensi tinggi (>104 Hz) meningkat dengan meningkatnya frekuensi, karena melompat antara ion di situs B konduktivitas meningkat dengan meningkatnya suhu.

In this work, we tried to study and analyze the efficacy of divalent cation by sintering process and using Sol-gel method with substitution the Fe-site on the lattice structure and how-to analysis a series of La0.8Sr0.2Fe1-xMgxO3 (x = 0.1, 0.2, and 0.3) perovskite material. The products were characterized with X-ray diffractometer (XRD), Scanning Electron Microscope (SEM), Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) analysis, Brunauer – Emmett – Teller (BET), Raman Scattering Spectra and UV-Vis Spectroscopy. The XRD analysis indicated that these perovskite materials are well fitted with the space group and an orthorhombic structure. The lattice parameters and crystallite size increase with the increase of Mg substitutions, indicating that the presence of Mg2+ in the crystal lattice inhibits the growth of the crystallite size. The results of the SEM analysis showed that the sample particles generally have an inhomogeneous spherical shape. The results of EDX and XRF characterization confirmed the elemental composition of all samples, the main elements La, Sr, Fe, Mg, O appeared in the EDX spectrum according to the stoichiometric calculations. While the BET test showed the diversity of surface area values ​​which are confirmed due to differences in element composition based on stoichiometric calculations in powder samples. The optical properties were characterized by using UV-Vis showing a smaller bond energy gap with the increase in Mg doping. The bandgap value increased with increasing doping constant. Electrical properties were tested by using impedance spectroscopy method with variations in frequency (1 kHz – 2 MHz) and temperature (30 ° – 175 °C). Impedance data presented in the form of a Nyquist plot and a Bode plot, used for identify the equivalent circuit parameters. When the temperature increased the Nyquist plot, showed the reduction of semicircular diameter. Impedance data indicated the decrease of Z', by increasing temperature. In Z” the peaks are asymmetrical and expanded with increasing temperature, and relaxation peaks decreases shifting to a higher frequency indicated that relaxation is dependent on the thermal activation of the charge carrier. According to dielectric studies, with increasing temperature, the dielectric constant increases. In imaginary dielectric constant at low frequency, samples have the highest dielectric constant in all temperature ranges. The conductivity in the high frequency region (>104 Hz) increases with increasing frequency, due to hopping between ions at site B the conductivity increases with increasing temperature.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>