Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astari Retnowardhani
"ABSTRAK
Keberhasilan sebuah organisasi pengembang piranti lunak dalam mengelola proyek piranti lunak selain harus menguasai aspek teknis dan metodologi pengembangan piranti lunak, juga diperlukan suatu tingkat kematangan (Capability Maturity) dalam pengembangan produk piranti lunak tersebut. Software Engineering Institute telah mengembangkan Capability Maturity Model (CMM) sebagai kerangka kerja acuan untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam mengembangkan piranti lunak secara berkelanjutan. Dalam lingkungan bisnis untuk mendapatkan pengakuan secara formal terhadap jaminan kualitas dari produk piranti lunak yang dihasilkan oleh suatu organisasi, bila organisasi tersebut menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9000 dan telah berhasil memperoleh sertifikasinya, sebagai tanda bahwa organisasi tersebut memiliki perhatian pada peningkatan proses dan kualitas pada produk yang dihasilkan.
Penelitian dilakukan antara lain dengan memetakan antara CMM dengan ISO 9001 yang bermaksud untuk mendapatkan keterkaitan antara kedua penilaian tersebut, yang kemudian akan membantu mempermudah dalam usaha memenuhi kedua penilaian tersebut. Untuk kemudian dibuat suatu strategi atau langkahlangkah yang harus dilakukan oleh organisasi untuk memenuhi tingkat kematangan khusus tingkat kedua dari CMM dengan dititikberatkan pada permasalahan penerapan Requirements Management sebagai jalan untuk mencapai bakuan ISO 9001 :2000.
Studi kasus dilakukan di Software Development Center - PT Fujitsu System Indonesia ( SDC-PT FSI) sebagai sebuah perusahaan pengembang piranti lunak. Dengan melakukan evaluasi terhadap keadaan dan cara kerja SDC-PT FSI yang ada sekarang, berdasarkan CMM, terutama bagaimana pelaksanaan mengenai Requirement Management karena salah satu kunci keberhasilan dari proyek pengembangan piranti lunak adalah pemahaman dari Requirement Engineering dan bagai.mana mengelolanya. Kemudian ditentukan langkahlangkah yang harus dilakukan untuk memenuhi CMM tingkat 2 KP A Requirements Management dan bagaimana pemenuhan terhadap klausulaklausula ISO 9001 :2000 yang terkait dengan CMM tingkat 2 KP A Requirements Management.

ABSTRACT
The successful of company software development organization in handling software project also needs a degree of capability maturity in developing software product besides capability in handling technical aspects and software development method. Software Engineering Institute has developed Capability Maturity Model (CMM) as frame work to improve organization's capability in developing software continuously. In order to get formal confesion in business environment for quality guarantee of that software, the organization has to apply ISO 9000 quality management system and get the certification as the prove that the organisation has special attention to increase the process and the quality of their product .
The examination is done by depicting CMM and ISO 2000 to get the relationship between two comparison those scoring system.Rely on that scoring, the organization will make some strategy or steps which have to be done by the organization to achieve a a second step of special maturity of CMM by concentrating to Requirements Managemnt adoption problem as the solution in achieving ISO 9001 :2000. Case study has been done at Software Development Center - PT Fujitsu System Indonesia (SDC-PT FSI) as a software developement company.
The case study was done by evaluating SDC-PT FSI situation and work system recently with CMM, which mainly evaluate the application of Requirements Management. It is because the success key of software development project is the understanding of Requirements Engineering and its management. After this, we have to decide the steps which have to be done in full filling CMM level 2 KP A Requirements Management and ISO 9001 : 2000 clause which is related with CMM level 2 KP A Requirements Management."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2002
T40518
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Muhamad Taufik
"Penggunaan teknologi informasi (TI) saat ini sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi sebagian besar organisasi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Dengan melakukan investasi TI untuk semua aspek, perusahaan mengharapkan agar setiap target bisnis yang sudah dicanangkan dapat lebih mudah di capai. Sinar Mas Mining (SMM) adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara yang telah melakukan beberapa pengembangan teknologi dalam bentuk proyek. Selama 2 tahun (2018-2019) terdapat 59 proyek yang dilaksanakan oleh Direktorat IT di SMM namun tercatat ada 57% proyek yang tidak berjalan dengan semestinya dan jauh dari target yang sudah ditentukan. Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan meningkatkan kematangan manajemen proyek di perusahaan dengan mengikuti standar model tingkat kematangan IPMA Delta yang dikembangkan oleh organisasi IPMA. Pengukuran dilakukan secara menyeluruh berdasarkan kompetensi pada tiga indikator utama yaitu; individu, organisasi dan proyek. Dari hasil penelitian menujukkan bahwa perusahaan selama ini memiliki tenaga kerja dengan pengetahuan yang cukup baik dalam melaksanakan manajemen proyek namun masih ada beberapa aspek yang harus ditingkatkan. Terdapat 13 kompetensi individu dan 15 kompetensi organisasi yang belum mencapai tingkat kematangan yang diharapkan. Untuk itu perusahaan perlu menjalankan sejumlah rekomendasi yang dihasilkan berdasar 28 aspek pada penelitian ini agar tingkat kematangan manajemen proyek sesuai dengan yang diharapkan.

The use of information technology (IT) has now become one of the basic needs of most corporate organizations in running their business. By investing in IT for all aspects, the company hopes that every business target that has been launched can be more easily achieved. Sinar Mas Mining (SMM) is a company with primary business in the coal mining sector, has carried out several technological developments in projects. In 2 years (2018-2019), there were 59 projects carried out by the IT Directorat only at SMM, but it was recorded that 57% of projects did not run properly and were far from the predetermined targets.
This problem is solved by increasing the company's project management maturity by following the IPMA Delta maturity level model standard developed by the IPMA organization. Measurement is carried out based on competence in every aspect, namely, individual, organizational, and project aspects.
The research results show that the company has human resources with sufficient knowledge in implementing project management, but several aspects need to be improved. There are 13 individual competencies and 15 organizational competencies that have not reached the expected maturity level. For this reason, the company needs to carry out several recommendations generated based on the 28 aspects of this study so that the project management maturity level is as expected.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lintang Wisesa Atissalam
"PT XYZ adalah salah satu perusahaan telekomunikasi dengan lebih dari 34.3 juta pengguna di Indonesia. PT XYZ mengadopsi kerangka kerja Scrum dalam tiga proyek pengembangan aplikasi MyXYZ. Persentase keterselesaian masing-masing proyek dalam setiap sprint selama setahun terakhir tidak mencapai 100%. Hal ini mengindikasikan adanya masalah dalam tiap sprint yang berpotensi memperlambat waktu rilis fitur terbaru dan membuang potensi pendapatan yang lebih tinggi. Scrum Maturity Model digunakan untuk mengukur tingkat kematangan penerapan Scrum di PT XYZ. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan Scrum Assessment Questionnaire yang terdiri atas 70 pertanyaan. Kuesioner diberikan kepada 1 orang Scrum Master, 2 orang product owner dan 4 orang development team dari masingmasing proyek. Data kuesioner kemudian dianalisis dengan key process area rating Agile Maturity Model. Hasilnya, implementasi Scrum di PT XYZ berada di level 3. Perlu standardisasi dan pelaksanaan sprint retrospective yang disiplin untuk dapat meningkatkan tingkat kematangan ke level selanjutnya.

PT XYZ is a telco company with more than 34.3 million users in Indonesia. PT XYZ adopted the Scrum framework in 3 projects of MyXYZ application development. The percentage of completion of each project in each sprint during the last year didn't reach 100%. This indicates there are problems in each sprint that could be slow down the release time of the newest feature and waste higher revenue potential. The Scrum Maturity Model is used to measure the maturity level of Scrum implementation. Data collection was carried out using the Scrum Assessment Questionnaire which consists of 70 questions. The questionnaires were given to 1 Scrum Master, 2 Product Owners and 4 Development Team members from each project. The data was then analyzed using the Agile Maturity Model key process area rating. As a result, Scrum implementation at PT XYZ is at level 3. Standardization and disciplined implementation of sprint retrospectives are needed to be able to raise the maturity level to the next level."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas ndonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Graha Adityatama
"Perangkat lunak dalam operasional sebuah bank mengambil peranan yang sangat signifikan. Seluruh kegiatan operasional sepenuhnya didukung oleh perangkat lunak yang berkualitas. Untuk menjaga kredibilitasnya di mata nasabahnya diperlukan sistem yang tanpa cacat. Proses pengujian sebagai salah satu proses terpenting dalam pengembangan perangkat lunak memiliki peranan dalam menjamin kualitas perangkat lunak yang baik. Saat ini banyak model perbaikan proses pengembangan perangkat lunak, sebagai contoh CMMI. Namun model perbaikan proses yang ada sampai saat ini hanya membahas sedikit mengenai proses pengujian itu sendiri.
Testing Maturity Model (TMM) yang memfokuskan pada perbaikan proses pengujian adalah suatu model yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemapanan proses pengujian pada suatu organisasi. Model ini juga dilengkapi dengan metode pengukuran (TMM Assessment Model), alat pengukuran, dan juga langkah-langkah (Activities, Tasks dan Responsibilities) untuk memperbaiki proses pengujian dan mencapai tingkat yang lebih tinggi.
Pada penelitian ini penulis akan melakukan pengukuran tingkat kemapanan proses pengujian pada sebuah bank dan membuat prioritas perbaikan berdasarkan area-area yang lemah. Dan pada akhirnya memberikan usulan perbaikan yang dapat diterapkan untuk memperbaiki proses pengujian pada organisasi tersebut. Untuk memberikan perencanaan yang konkrit, penulis menggunakan metode Plan, Do, Check, and Action (PDCA) Cycle untuk menyusun rencana aksi perbaikan proses pengujian.
Hasil dari penelitian adalah penulis berhasil mengukur tingkat kemapanan proses pengujian pada Bank XYZ yaitu tingkat kemapanan 1. Penulis juga berhasil menemukan dua area yang lemah pada kondisi proses pengujian saat ini dan perlu diperbaiki untuk mencapai tingkat kemapanan 2. Dua area lemah yang harus diperbaiki adalah pembuatan sasaran dan kebijakan pengujian dan debugging dan melembagakan teknik dan metode dasar pengujian. Penelitian ini juga menghasilkan rencana aksi untuk membantu organisasi khususnya Bank XYZ untuk memperbaiki dua area yang lemah dan mencapai tingkat kemapanan 2. Dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas proses pengujian dan produk perangkat lunak.

In the daily operations of a bank, softwares used are taking a very significant role. The entire operations should be fully supported by good quality softwares. This is to ensure that the bank gives the best services to their customers while increase its credibility. As one of the most important processed in software development life cycle, a thorough testing process can ensure the quality of the software. Thus, the testing process itself becomes the main focus in many software development life cycles.
Nowadays, there are many models of the software development process improvement. For example, Capability Maturity Model Integration or known as CMMI. Unfortunately, the existing models only address less specific discussion about the testing process where people need more improvement of the testing process. Testing Maturity Model (TMM), which focuses on improving the testing process, is a model that can be used to measure the maturity of the testing process in an organization. It comes with a measurement method known as TMM Assessment Model, measurement tools, and ways (Activities, Tasks, and Responsibilities) where the combination of these three can improve and achieve a higher level of maturity.
Through this study, author will measure the maturity level of the testing process in a bank and gives recommendation on prioritizing the improvement based on the weak areas founded in the field. In the end, author proposes improvements that can be applied by the organization to the entire process of testing. Author uses PDCA (Plan, Do, Check, and Action) Cycle method to create action plans for improving the testing process.
The result of maturity level of the testing process at XYZ Bank is maturity level 1. The author also found two weak areas in the current conditions of the testing process which needs to be improved to achieve maturity level 2. Two weak areas that should be improved are Develop Testing And Debugging Goals And Policies and Institutionalize Basic Testing Techniques And Methods. The study also produced action plans to help the organization in particular XYZ Bank to fix two weak areas, achieve maturity level 2, and improve the quality of the test process and software product.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ashari
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2003
T40522
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jevon Edlin Atheri Hura
"ABSTRAK
Aplikasi perbankan merupakan bagian penting dalam mendukung proses pada siklus transaksi E-Banking baik dalam pengaturan konten data transaksi, verifikasi dan validasi transaksi dari pengguna layanan hingga ke penerbit kartu. Aplikasi inilah yang menghubungkan instansi yang terkait pada proses transaksi berlangsung. Oleh karena itu, Pengelolaan keamanan aplikasi ini menjadi acuan dalam kelayakan perusahaan yang berperan sebagai dalam memenuhi regulasi aplikasi perbankan yang ada di Indonesia pada saat ini. Pada penelitian ini, penulis mengambil implementasi yang terjadi pada salah satu perusahaan penyedia jasa aplikasi perbankan. Keadaan pada perusahaan saat ini, dalam mengikuti dan bergabung dalam siklus transaksi hanya melakukan pemenuhan persyaratan dan beberapa regulasi. Untuk itu, penulis menawarkan salah satu framework untuk mengidentifikasi sudah sejauh mana kepatuhan dan pemenuhan compliance berdasarkan pengukuran tingkat kematangan maturity level terhadap kemanan data dan pemenuhan dari compliance. Untuk memenuhi objektif tersebut, model Maturity level keamanan digunakan ISO27001 dan EMV sebagai standar pengukuran karena dianggap paling sesuai dengan penelitian. Untuk memberikan gambaran implementasinya maka dilakukan penelitian pengukuran tingkat kematangan keamanan data perusahaan dengan menggunakan model maturitas SSE-CMM. Hasil wawancara yang didapatkan menjadi acuan ekspektasi perusahaan. Rekomendasi didapatkan setelah didapatkan gap antara ekspektasi perusahaan dan keadaan aplikasi perbankan saat ini serta melakukan analisis terhadap hasil tingkat maturitas keamanan aplikasi perbankan.Aplikasi perbankan merupakan bagian penting dalam mendukung proses pada siklus transaksi E-Banking baik dalam pengaturan konten data transaksi, verifikasi dan validasi transaksi dari pengguna layanan hingga ke penerbit kartu. Aplikasi inilah yang menghubungkan instansi yang terkait pada proses transaksi berlangsung. Oleh karena itu, Pengelolaan keamanan aplikasi ini menjadi acuan dalam kelayakan perusahaan yang berperan sebagai dalam memenuhi regulasi aplikasi perbankan yang ada di Indonesia pada saat ini. Pada penelitian ini, penulis mengambil implementasi yang terjadi pada salah satu perusahaan penyedia jasa aplikasi perbankan. Keadaan pada perusahaan saat ini, dalam mengikuti dan bergabung dalam siklus transaksi hanya melakukan pemenuhan persyaratan dan beberapa regulasi. Untuk itu, penulis menawarkan salah satu framework untuk mengidentifikasi sudah sejauh mana kepatuhan dan pemenuhan compliance berdasarkan pengukuran tingkat kematangan maturity level terhadap kemanan data dan pemenuhan dari compliance. Untuk memenuhi objektif tersebut, model Maturity level keamanan digunakan ISO27001 dan EMV sebagai standar pengukuran karena dianggap paling sesuai dengan penelitian. Untuk memberikan gambaran implementasinya maka dilakukan penelitian pengukuran tingkat kematangan keamanan data perusahaan dengan menggunakan model maturitas SSE-CMM. Hasil wawancara yang didapatkan menjadi acuan ekspektasi perusahaan. Rekomendasi didapatkan setelah didapatkan gap antara ekspektasi perusahaan dan keadaan aplikasi perbankan saat ini serta melakukan analisis terhadap hasil tingkat maturitas keamanan aplikasi perbankan.

ABSTRACT
pplications are the important part of supporting the process in the E Banking transaction cycle in both data transaction, transaction verification and validation from service users to card issuers. This application connects the relevant agencies in the transaction process takes place. Therefore, the security management of this application becomes the reference in the feasibility of the company that acts as in fulfilling the regulation of banking application in Indonesia at this time. In this study, author take the implementation one of the providers in banking application services. The current state of the company, in following and joining the transaction cycle only fulfills the requirements and some regulations. To that end, author offers one of the framework to identify the extent of compliance and compliance based on the measurement of maturity level on data security and compliance. To meet these objectives, the Maturity level security model will be used ISO27001 and EMV as the measurement standard as it is considered to be most appropriate to the research. To provide an overview of the implementation of the research conducted measurement of the maturity level of corporate data security using SSE CMM maturity model. The results of the interviews become a reference of the company 39 s expectations. Recommendations are given after gap between the expectations of the company and the state of the current banking application and to analyze the results from the maturity level of banking application security"
2017
T47954
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Honassan, Gregorio Gringo
"Sebagai fungsi yang memegang kendali perangkat lunak di PT XYZ IT Solution memiliki peranan penting dalam menjaga manajemen pengembangan perangkat lunak agar berjalan sesuai rencana yang sudah dirumuskan bersama dengan para stakeholder. Pengembangan perangkat lunak menggunakan metodologi waterfall yang belum optimal menjadi kendala untuk dapat men deliver setiap proyek perangkat lunak sesuai requirements jadwal dan anggaran user. Untuk mengatasi hal tersebut IT Solution melakukan piloting proyek pengembangan perangkat lunak menggunakan metodologi Scrum yang diharapkan dapat lebih agile dalam pengembangan perangkat lunak. Namun dalam proses implementasi Scrum masih ditemukan permasalahan.
Tujuan penelitian ini adalah menyelesaikan permasalahan yang dihadapi IT Solution dan memperbaiki proses pengembangan perangkat lunak menggunakan Scrum. Penelitian ini menilai dan menemukan akar permasalahan sekaligus rekomendasi perbaikan dalam implementasi Scrum di IT Solution sesuai dengan kerangka kerja Scrum Maturity Model.

IT Solution as part of PT XYZ has an important role in software development to meet stakeholder request ini the company Nowadays waterfall methodology which adopted by PT XYZ was not optimal. It was a constraint to deliver software project which should meet with software requirements schedule and budget. Therefore IT Solution did piloting software development project using Scrum .It expects be more agile in software development. However they still found problems in implementing Scrum.
The purpose of this research is to solve the problems faced on IT Solutions and to improve the software development process using Scrum. This research will assess and find the root causes to give recommendations for improvements in the implementation of Scrum in IT Solution based on Scrum framework Maturity Model.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Darmawan
"ABSTRAK
Pemeliharaan alat yang efektif dibutuhkan perencanaan yang baik, karena perencanaan yang baik memastikan semua sumberdaya tersedia pada saat yang tepat, dan meminimalkan waktu tunggu antara dua kegiatan pemeliharaan. Akan tetapi hingga saat ini masih banyak organisasi yang belum secara efektif melakukan perencanaan pemeliharaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi elemen kapabilitas perencanaan pemeliharaan. Analis masingmasing elemen kapabilitas menunjukkan bahwa fungsi tersebut mempunyai dimensi strategik dan taktikal, mempunyai tingkat kepentingan yang berbedabeda, dan melibatkan banyak pihak sebagai pelaksana dan penanggung jawab.
Selain itu di penelitian ini juga disusun standar kuesioner untuk mengukur kematangan terhadap praktek-praktek yang telah dilakukan oleh fungsi perencanaan pemeliharaan pada suatu organisasi. Akhirnya, penelitian ini dapat diterapkan pada kegiatan perencanaan pemeliharaan untuk berbagai jenis industri, dan nilai pengukuran kematangan yang diperoleh dapat dipergunakan sebagai dasar untuk perbaikan berkelanjutan.

ABSTRACT
Maintenance planning is mandatory for an effective maintenance for physical, since its contributing to manage the availability of respective resouce during maintenance activity, and also good planning will minimize idle time between activities. However organization is not realize the important of maintenance planning. Objective of this reasearch is to develop the capability element of maintenance planning process. According to research output, maintenance planning consist of multi dimension aspect, ie. Strategic and tactical planning, muliple actor for responsible and acknowlegde, and also different weighting factor for each capability element.
Beside that, practical mechanism (questioner) to measure maturity level of maintenance planning process also provided. Finally, this research is widely applicable in various industries to asses the maturity level of maintenance planning process as well determined its follow up action to improve the planning capabilities.
"
2016
T45114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidauruk, Teofilus Gabe
"PT XYZ (XYZ) adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang jasa teknologi informasi (TI), khususnya jasa transaksi pembayaran elektronis. XYZ adalah perusahaan yang berbasis proyek dalam pemenuhan layanan dan produk kepada pelanggan, sehingga pelaksanaan proyek menjadi hal yang krusial.Manajemen proyek yang baik diperlukan agar layanan dan produk TI yang diberikan XYZ kepada pelanggannya dapat optimal. Dengan menggunakan model kematangan manajemen proyek, XYZ dapat mengetahui tingkat kematangan pelaksanaan manajemen proyeknya dan dapat mencapai tingkat kematangan yang diinginkan berdasarkan standar dari model tersebut. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah tingkat kematangan manajemen proyek XYZ berdasarkan project management maturity model (PMMM), dan rekomendasi perbaikan.

PT XYZ (XYZ) is a company that provides IT services, specializing in switching and payment services. In delivering these services, XYZ is a project based company, so project management and implementation becomes crucial. Excellent project management is needed so services can be delivered optimally. Project management maturity level assesment based on the project management maturity model (PMMM) can be done to give XYZ a description regarding the current level of maturity. The result of this research will be the maturity level of current project management and recommendations to improve the maturity level."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuki Alqadri
"ABSTRAK
Hasil survei CMMI-INSTITUTE, Universitas Carnegie Mellon, terdapat 6 perusahaan di Indonesia yang mendapatkan sertifikat CMMI-Dev v1.3 dengan maturity level 3 dan salah satunya adalah PT XYZ. Proses yang ada di PT XYZ bisa mencapai level 3 dengan melengkapi bagian-bagian yang belum terpenuhi. Masalah utama bagi PT XYZ dalam implementasi adalah standarisasi dokumen, hal ini dikarenakan setiap divisi memiliki bentuk dokumen yang berbeda-beda. Selain dokumen-dokumen dibuat menjadi standar, PT XYZ ingin memperbaiki atau meningkatkan proses-proses yang sudah ada yang masih di improvement agar menjadi lebih baik dan standar.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi CMMI sesuai dengan kondisi PT XYZ. Penelitian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dalam menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam implementasi CMMI. Untuk memprioritaskan faktor utama, dibutuhkan metode kualitatif dengan menggunakan kuisioner dan kuantitatif untuk mendapatkan peringkat dari faktor-faktor keberhasilan implementasi CMMI yang sudah divalidasi dari hasil kuisioner.
Penelitian ini menghasilkan 17 faktor-faktor yang menjadi keberhasilan dalam implementasi CMMI sesuai kondisi PT XYZ dan bisa digunakan untuk perusahaan lain yang ingin mengimplementasi CMMI.

ABSTRACT
Result of survey by CMMI-INSTITUTE, Carnegie Mellon University, there are 6 (six) companies in Indonesia that achieve certificate CMMI-Dev v1.3 with level 3 maturity. One of them is PT XYZ. PT XYZ could achieve level 3 by completing several parts which requirements had not been met. PT XYZ faced a main problem in implementation progess. It is standardization of documents, because each division has a different form of document. Other than documentation, PT XYZ also needs to improve current processes that are still in improvement process to be a better standardized.
This research aims to find out The Factors That Affects CMMI implementation Successful According to Current Conditions at PT XYZ. The approach of study in finding the factors that influence the implementation of CMMI was Qualitative and Quantitative. A qualitative method, using questionnaires, is used to prioritize the main factor. A quantitative method is used to get a ranking of the factors affecting CMMI implementation successful that have been validated by questionnaires results.
The result of research is 17 factors that have made CMMI implemetation successful according to current conditions at PT XYZ. This finding expects that the factors could be applied by other companies which desire to implement CMMI."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>