Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
Priscilla El Pentanina
"Produk kosmetik halal merupakan salah satu produk halal yang digemari masyarakat Indonesia, khususnya pada konsumen perempuan dewasa muda muslim. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh iklan islami dan e-WOM (electronic word of mouth) sebagai beberapa prediktor intensi pembelian daring produk kosmetik halal di Indonesia. Penelitian dilakukan secara cross-sectional korelasional terhadap 136 responden perempuan dewasa muda (18-25 tahun) beragama Islam. Hasil menunjukkan bahwa iklan islami dan e-WOM secara simultan mempengaruhi intensi pembelian daring. Namun, secara parsial, hanya e-WOM saja yang mempengaruhi intensi pembelian daring. Dari hasil penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa iklan islami dan e-WOM jika digabungkan dapat menjadi bentuk promosi yang efektif bagi penjual dan dapat mendorong konsumen untuk membeli produk tersebut.
Halal cosmetic products are one of the halal products that are popular with Indonesian people, especially young Muslim female consumers. This study aims to see the effect of Islamic advertising and e-WOM (electronic word of mouth) as some predictors of online purchase intention of halal cosmetic products in Indonesia. The research was conducted cross-sectional correlational on 136 young adult female respondents (18-25 years) who were Muslim. The results show that Islamic advertising and e-WOM simultaneously influence online purchase intentions. However, partially, only e-WOM influences online purchase intention. From the results of this research, it can be seen that Islamic advertising and e-WOM when combined can be an effective form of promotion for sellers and can encourage consumers to buy these products."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Ziyad Ghiffari
"Dalam beberapa tahun terakhir, akademisi telah menunjukkan minat yang meningkat untuk memahami apa yang ada di balik pasar Islami, pasar Halal, pemasaran Islami, dan branding Islami (Shah et al., 2019; Al-Kwifi et al., 2019; Tabrani dan Marlizar, 2017). Baru-baru ini, hijab telah diselidiki juga dari perspektif mode dan istilah "hijabista" telah diciptakan untuk menandakan "wanita Muslim yang bergaya dalam busana sambil tetap berpegang pada rangkaian pakaian 'sederhana' yang sesuai dengan kode berpakaian Islami" (Waninger, 2015). Niat pembelian hijab menjadi faktor penting dalam mendorong individu untuk membeli produk hijab, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi mode Muslimah dan industri hijab secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi niat pembelian hijab dan peran religiusitas sebagai faktor moderator dalam hubungan tersebut. Untuk menguji 8 hipotesis yang sesuai dengan model penelitian, desain penelitian survey digunakan dalam penelitian ini. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dikumpulkan dari 220 responden dengan convenience sampling dengan metode judgemental sampling. Selanjutnya Structural Equation Model (SEM) untuk menguji hipotesis tersebut. Hasil pengolahan data memperlihatkan pengaruh sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku, gaya busana, dan sumber pengetahuan mempengaruhi niat pembelian hijab dengan religiusitas sebagai moderasi antara variabel sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku terhadap niat pembelian hijab di Indonesia.
In recent years, academics have shown an increasing interest in understanding what lies behind Islamic markets, Halal markets, Islamic marketing and Islamic branding (Shah et al., 2019; Al-Kwifi et al., 2019; Tabrani and Marlizar , 2017). Recently, the hijab has been taken into account also from a fesyen perspective and the term “hijabista” has been coined to denote “Muslim women who dress in style while adhering to a range of 'modest' clothing that complies with the Islamic dress code” (Waninger, 2015). Hijab purchase intention is an important factor in encouraging individuals to buy hijab products, which in turn can influence Muslimah fesyen and the hijab industry as a whole. This study aims to identify the factors that influence the intention to buy hijab and the role of religion as a moderating factor in this relationship. To test the 8 hypotheses according to the research model, a survey research design was used in this study. Data were collected using a questionnaire collected from 220 respondents by convenience sampling with a judgmental sampling method. Next is the Structural Equation Model (SEM) to test the hypothesis. The results of data processing show the influence of attitudes, subjective norms, perceived behavioral control, fesyen styles, and sources of knowledge that influence the intention to buy hijab with religiosity as a moderation between attitude variables, perception norms, behavioral perceptions on hijab purchase intentions in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
New York: Routledge, Taylor & Francis Group , 2016
297.273 ISL
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
El-Gohary, Hatem
"Abstract:
"This book offers in-depth perspectives on the influence of Islam on consumer behavior, the travel industry, product development, and the promotion of goods and services, focusing on current trends and tools, comprehensive interviews, questionnaires, and emerging research.""
Hershey: Business Science Reference, cop, 2015
658.809 ELG e
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Salsabila Adinda Syarif
"Tulisan ini menganalisis bagaimana penerapan akad pada sistem afiliasi pemasaran produk merek pakaian Rabbani serta tinjauan maqashid syariah terhadap pelaksanaan sistem afiliasi pemasaran Rabbani tersebut. Tulisan ini disusun dengan menggunakan metode penelitian doktrinal. Afiliasi pemasaran merupakan metode baru dalam pemasaran yang memanfaatkan kerja sama antara perusahaan dengan afiliator untuk memasarkan produk terutama secara digital. Dalam Islam, metode baru dalam muamalah perlu ditinjau keberlakuannya agar tidak melanggar syariah seperti ditinjau dari maqashid syariah. Merek pakaian Rabbani sebagai perusahaan syariah menjalankan program afiliasi pemasaran, namun program tersebut memiliki ketidakjelasan sehingga perlu ditinjau dari perspektif hukum Islam. Dalam praktiknya afiliasi pemasaran produk merek pakaian rabbani menggunakan akad samsarah dimana rabbani sebagai penjual dan afiliator sebagai simsar atau perantara. Secara maqashid syariah afiliasi pemasaran rabbani telah memenuhi rukun dan syarat dalam akad samsarah. Selain itu, ditinjau dari sisi zalim, gharar, dan riba, afiliasi pemasaran rabbani tidak mengandung unsur gharar karena ketidakjelasan tersebut terletak pada keuntungan. Gharar dalam keuntungan tidak diharamkan. Dalam hal riba, afiliasi pemasaran rabbani juga tidak mengandung unsur riba. Berbeda dengan zalim, afiliasi pemasaran rabbani dalam aturannya mengandung unsur zalim karena adanya penahanan komisi bagi para afiliator. Oleh karena itu ditemukan bahwa afiliasi pemasaran produk merek pakaian rabbani belum mencapai maqashid syariah.
This paper analyzes how the application of the contract in the affiliate marketing system of Rabbani clothing brand products and the maqashid sharia review of the implementation of the Rabbani affiliate marketing system. This paper is prepared using doctrinal research methods. Affiliate marketing is a new method of marketing that utilizes cooperation between companies and affiliates to market products, especially digitally. In Islam, new methods in muamalah need to be reviewed so that they do not violate sharia, such as in terms of maqashid sharia. Rabbani clothing brand as a sharia company runs an affiliate marketing program, but the program has uncertainty so that it needs to be reviewed from an Islamic legal perspective. In practice, affiliate marketing of rabbani clothing brand products uses a samsarah contract where rabbani is the seller and the affiliator is the simsar or intermediary. In terms of maqashid sharia, rabbani affiliate marketing has fulfilled the pillars and conditions in the samsarah contract. In addition, in terms of zalim, gharar, and riba, rabbani affiliate marketing does not contain the element of gharar because the uncertainty lies in the profit. Gharar in profit is not forbidden. In terms of usury, rabbani affiliate marketing also does not contain usury. In contrast to zalim, rabbani affiliate marketing in its rules contains elements of zalim because of the withholding of commissions for affiliates. Therefore, it is found that rabbani affiliate marketing has not achieved maqashid sharia."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
"Handbook of Islamic Marketing' provides state-of-the-art scholarship on the intersection of Islam, consumption and marketing and lays out an agenda for future research."
Northampton, MA: Edward Elgar, 2011
381 HAN
Buku Teks Universitas Indonesia Library