Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Made Suwadera
"Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi angka kesakitan, kematian serta menurunkan produktivitas kerja. Angka kesakitan malaria di Indonesia masih cukup tinggi terutama di daerah luar Jawa Bali. Annual malaria incidence (AMI) di Kabupaten Sumba Timur pada tahun 2001 sebesar 342.496 dan AMI untuk Puskesmas Kambaniru pada tahun 2001 sebesar 421.5%o. Balita merupakan kelompok yang rentan terserang penyakit malaria.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa faktor risiko lingkungan rumah tangga yang berhubungan dengan kejadian malaria pada balita. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kuantitatif observasional dengan desain kasus kontrol. Populasi adalah seluruh balita yang tinggal di wilayah Puskesmas Kambanira. Sampel adalah balita yang datang ke puskesmas dan balita disekitar kasus. Sampel seluruhnya sebanyak 372 orang (186 kasus dan 186 kontrol). Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dan observasi. Selanjutnya hasil yang diperoleh dianalisis dengan uji kai kuadrat dan regresi logistik.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria pada derajat kepercayaan 95% analisis statistik meliputi: status gizi (p = 0.013), ternak besar (p = 0.037), konstruksi dinding/lantai rumah (p = 0.000), ventilasi rumah (p = 0.025), dan kebiasaan menggunakan kelambu (p = 0.000). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian malaria adalah umur (p = 0.256), pembagian ruang tidur (p=0.798) dan kebersihan rumah (p = 0.093). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian malaria pada balita adalah status gizi, ternak besar, konstruksi dinding/lantai rumah dan kebiasaan menggunakan kelambu. Analisis dampak potensial (fraksi etiologi) menunjukkan bahwa menggunakan kelambu secara teratur akan memberikan dampak penurunan kejadian malaria sebesar 67.1%, membuat dinding/lantai tertutup rapat sebesar 48.4%, status gizi yang baik sebesar 43.95% dan memelihara ternak di sekitar rumah sebesar 39.1%.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa balita di Puskesmas Kambaniru dengan status gizi kurang, tidak ada ternak besar, kontruksi dinding/lantai berlubang dan tidak biasa menggunakan kelambu akan berisiko lebih besar menderita malaria daripada kondisi yang sebaliknya. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada: 1) Puskesmas Kambaniru agar melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit malaria dan upaya penanggulangannya seperti pemakaian kelambu, konstruksi rumah anti nyamuk, peningkatan status gizi serta pemeliharaan ternak besar. 2) Dinas kesehatan kabupaten agar menfokuskan penanggulangan penyakit malaria, sesuai dengan analisis dampak potensial serta melakukan survei entomologi. 3) Lintas sektor agar berpartisipasi aktif dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria.

Several Risky Factors of Indoor Environment Associated with Malaria Incidence to Under-Five Years Children (Case Control Study in Kambaniru Public Health Center in East Sumba District 2002)Malaria incidence is one of public health problems influencing morbidity, mortality and reducing working productivity. This incidence is relatively high particularly in areas out side Jawa-Bali islands. Annual malaria incidence in East Sumba in 2001 is 342.496 and AMI for Kambaniru Public Health Center (PHC) in 2001 is 421.5%o. Under-five years children are easily infected to this illness.
The research purpose is to find several risky factors of indoor environment associated with malaria incidence to under-five year?s children. This is quantitative observational research through case control design. The population is all under-five years children in Kambaniru PHC areas. The sample is under-five year?s children checking their health to PHC and under-five year?s children surrounding it. All samples are 372 children (186 cases and 186 control). Data are collected with structured interview and observation. Then, the results are analyzed with chi-square and logistic regression.
Bivariate analysis shows that the variables associated with malaria incidence in 95% confidence coefficient of statistical analysis are nutrition status (p = 0.1013), big cattle (p = 0.037), home wall/floor construction (p = 0.000), indoor ventilation (p = 0.035), and bed net using habit (p = 0.000). On the other hand, the unrelated variables are age (p = 0.256), bedroom separation (p = 0.798) and indoor sanitation (p = 0.093). Multivariate analysis results show that the dominant variables associated with malaria incidence to under-five years children are nutrition status, big cattle, home wall/floor construction and bed net using custom. Potential effect analysis shows that bed net using custom reduce malaria incidence as much as 67.1%. Covered floor/wall as much as 48.4%, nutrition status as much as 43.95%, raising big cattle as much as 39.1%.
The research concludes that under-five years children with poor nutrition status_ big cattle absence, holed home wall/floor construction and bed net unusing custom are riskier to the malaria infection than those in the contrary condition. Based on the research results, there are several suggestions. First. Kambaniru PHC informs the society the malaria illness and its prevention, such as bed net usage, proof mosquito house construction, nutrition status improvement and big cattle rising. Second, district health office should focus on malaria prevention based on potential impact analysis and conduct entomology survey. Third, inter sectoral offices should be involved actively in malaria prevention and eradication."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11313
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasul Alim
"Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia, khususnya di daerah transmigrasi dan daerah endemis malaria yang didatangi penduduk baru dari daerah non-endemik. Sering terjadi letusan atau wabah yang banyak menimbulkan kematian. Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau merupakan kecamatan pemekaran dan daerah transmigrasi, sehingga sering terjadi pembukaan lahan baik oleh perusahaan maupun perorangan termasuk masyarakat tempatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lamanya tinggal di ladang berpindah dengan kejadian malaria di Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau.
Rancangan penelitian adalah kasus kontrol. Kasus dan kontrol adalah subjek yang tinggal di ladang berpindah berturut-turut minimal 9 (sembilan) hari dan maksimal 3 (tiga) bulan terakhir yang berkunjung ke pelayanan kesehatan dalam wilayah Kecamatan Kemuning. Kasus disertai gejala klinis malaria (demam panas, sakit kepala dan menggigil secara berkala) dengan pemeriksaan sediaan darah plasmodium di laboratorium hasilnya positif. Kontrol tanpa gejala klinis malaria (demam panas, sakit kepala dan menggigil secara berkala) dengan pemeriksaan sediaan darah plasmodium di laboratorium hasilnya negatif,
Hasil penelitian dengan alpha 5% terdapat perbedaan bermakna antara rata-rata lama tinggal di ladang berpindah dengan kejadian malaria. Nilai OR hasil analisis multivariat 14,26 (95% CI, 6,72 - 22,40), maka responden yang lebih lama tinggal di ladang berpindah lebih dari 26 hari akan terinfeksi malaria 14,26 kali dibanding yang tinggal kurang dari 26 hari setelah dikontrol variabel pemakaian repellent. Persamaan regresi logistik ganda menunjukkan peluang sebesar 19% yang lebih lama tinggal di ladang berpindah dan tidak memakai repellent terkena malaria.
Disarankan kepada petugas kesehatan melakukan penyuluhan upaya pencegahan penularan penyakit malaria. Disarankan kepada masyarakat saat tidur di ladang selalu memakai kelambu dan bila keluar pada malam hari menggunakan repellent secara teratur. Bagi yang mempunyai ternak hendaknya membawa dan mengkandangkan ternaknya di ladang berpindah.
Penanggung jawab program dapat kiranya membuat dan merencanakan kegiatan pemberantasan nyamuk malaria dengan program pemolesan kelambu dengan insektisida yang sesuai dan stimulan pengadaan dan penggunaan repellent.

The Relationship of Living in The Shifting Cultivation Lands and Malaria Infected in The Sub District of Kemuning Indragiri Hilir Regency in The Province of Riau In 2002Malaria still acts as one of crucial public health problems in Indonesia, especially in transmigration areas and other endemic areas malaria, which or inhabited by the new comers from non-endemic areas which often suffer this disaster. That has caused much mortality. Kemuning is a new sub-district and a transmigration area. The opening of new lands either by the company or individuals including by the local people often occurred here.
This study aimed to measure the relation of living period in the shifting cultivation lands and malaria incidents in The Sub District of Kemuning Indragiri Hilir Regency in The Province of Riau.
The design of the study was a case control design. The cases and control were subjects living in the shilling cultivation lands recently and continuously for at least 4 (four) days, and at length 3 (three) months who visited the Kemuning sub-district's area health services. Cases with malaria clinical symptoms (high fever, headache and periodic cold), and whose availability of plasmodium blood were positive after the checking up at the laboratory. The controls without malaria clinical symptoms (high fever, headache and periodic cold), and whose availability of plasmodium blood were negative after the checking up at the laboratory.
The result of the study by using alpha was 5% of significant difference between average living lengths in the shifting cultivation lands to be infected by the malaria. The OR value result of multivariate analysis showed that was 14.26 (95% CI, 6,72 - 22,40), therefore the respondent with length of living ? 26 days in the shifting cultivation lands could be infected by the malaria for 14.26 times in the comparison with the one whose length period of living < 26 days with the malaria incidents after being would controlled by the variable of using repellent. The equation of multiple logistic regression showed that the probabilities was 19% in the shifting cultivation lands and not using repellent would be infected by malaria, in contrast only 1.85% would be infected by malaria and using repellent.
It is suggested to the health personal to provide guidance to the people about the importance of malaria preventive. It is suggested that as steeping to use mosquito bed net during night staying in the land, if going out at night use the repellent routinely. To this people who owned livestock could take their animals with them and encage in the land.
The program coordinator should make and plan the activities of malaria mosquito controls by of the polishing the mosquito bed net with the appropriate insecticides and the stimulant using repellent programs."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11360
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Suprayogi
"Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan di Kalimantan Barat, terutama di daerah pedesaan yang di lingkungannya terdapat genangan air yang berpotensi sebagai tempat perindukan nyamuk Anopheles.
Di Kecamatan Mandor sebagian masyarakat bekerja di hutan, baik sebagai penebang kayu maupun penambang emas, penyadap getah, dan petani. Para pekerja ini sebagain besar ada yang menginap di hutan, dengan alasan efisiensi waktu atau karena jarak yang relatif jauh dari pemukiman sehingga akan berisiko untuk terkena gigitan nyamuk.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi berapa besar risiko pekerja terhadap kejadian malaria setelah diperhitungkan faktor tempat perindukan nyamuk, dan mengestimasi besar risiko pekerja terhadap kejadian malaria berdasarkan pemakaian kelambu, pemakaian obat anti nyamuk, penggunaan repelen, dan cara berpakain saat keluar rumah/ pondok tempat tinggal pada malam hari. Penelitian ini bersifat kuantitatif (observasional) dengan pendekatan studi kasus kontrol.
Hasil uji pengetahuan tentang gejala sakit malaria, penyakit malaria oleh gigitan nyamuk, tahu cara penularan malaria, tahu tempat perindukan nyamuk, tahu cara pencegahan malaria, dan tahu malaria dapat diobati ternyata tidak ada hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria.
Hasil penelitian ini responden yang menginap dihutan didapat OR=3,06 (95% CI 1,66-5,61), setelah dikontrol dengan pemakaian kelambu OR--=4,53 (95% CI 2,31-8,90), setelah dikontrol dengan variabel pemakaian obat anti nyamuk OR-5,00 (95% CI 2,44-10,25), dan setelah dikontrol dengan variabel bila keluar rumah pada malam hari memakai pakaian tertutup OR=4,19 (95% CI 1,82-9,64), kemudian dikontrol dengan variabel ada tempat perindukan nyamuk OR=1,96 (95% CI 0,77-4,95).
Ada hubungan pekerja yang menginap di hutan OR-3,06, pemakaian kelambu OR=4,29 pemakaian obat anti nyamuk O1 4,42, kebiasaan keluar rumah pada malam hari memakai pakaian tertutup OR=3,14, ada tempat perindukan nyamuk OR=4,12, pekerjaan berisiko OR 5,66 dengan kejadian malaria.
Perlu ditingkatkan frekuensi penyuluhan oleh petugas Puskesmas Mandor tentang perlindungan diri dari gigitan nyamuk, agar dapat menunjang program pemberantasan malaria, dan penyebar luasan leaflet atau poster dalam bahasa setempat agar mudah dipahami, dan pemberian ikan pemakan jentik di rawa-rawa dengan maksud mengurangi populasi jentik

Malaria still belongs to a problem health in West Borneo, especially in villages possessing water stagnated environment which is potential for breeding of anopheles mosquito.
In the county of Mandor, a part of people work in the forest, as tree faller or gold miner, rubber taper, and farmer. Due to the time efficiency or because of the long distance from the residential place, most of these workers lodge in the forest, so they are risky to be bitten by mosquito.
The objectives of the research were to estimate the risk scale of the workers toward malaria cases after considering of mosquito breeding place, and to estimate scale of risk of the workers toward malaria cases based on the usage of mosquito net, usage of mosquito spray, usage of mosquito repellent, and the mode of dressed when they leaving the house in the night. This was a quantitative observational research using control study case approach.
Based on statistical test, there was no significant correlation between malaria cases with knowledge of the symptoms of malaria, how malaria be infected, knowledge that malaria can be cured.
The results of the research showed that respondents lodging in the forest OR= 3.06 (95% CI 1.66-5.61), after adjusted use mosquito net OR 4,53 (95% CI 2,31-8,90), after adjusted variable use mosquito spray OR--5,04 (95% CI 2,44-10,25), and after adjusted with variable Going out of home in the night wearing closed clothes
OR-4,19 (95% CI 1,82-9,64), and then adjusted with variable availability of mosquito breeding place OR=1,96 (95% CI 0,77-4,95).
There is correlation between malaria cases with workers lodging in the forest OR=3.06, usage of mosquito net OR=4.29, usage of mosquito spray OR-=4.42, habit going out of home in the night OR=4.13, wearing closed clothes when going out of home in the night OR=3.14, availability of mosquito breeding place OR= 4.12, and risky job OR=5.66.
The frequency of illumination about self protection from the bites of mosquito held by Puskesmas officers should be increased in order to support the malaria elimination program and spreading of leaflets or posters in local language to ease the understanding, and spreading of mosquito larva consuming fish in the swamps to reduce the population of mosquito larva."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T 19015
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library