Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achfan Awaludin
"Penelitian ini membahas pengucapan bahasa Jepang yang dilafalkan oleh vokalis band J-Indo. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode analisis kualitatif. Penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan ketepatan pelafalan bahasa Jepang yang dilafalkan vokalis band J-Indo dan mendeskripsikan hubungan antara pendidikan bahasa Jepang secara formal dengan pelafalan yang diucapkan oleh vokalis band J-Indo. Hasil analisis penelitian ini adalah pada saat menyanyikan lagu berbahasa Jepang vokalis band J-Indo dapat melafalkan kata-kata dalam bahasa Jepang dengan baik dan dapat mengeluarkan energi yang sama dengan penyanyi aslinya, namun pada saat mengucapkan kalimat percakapan biasa dalam bahasa Jepang, energi yang dikeluarkan tidak dapat menyamai energi yang dikeluarkan oleh penutur asli bahasa Jepang. Akan tetapi vokalis band J-Indo yang lahir dan mendapatkan pendidikan formal di Jepang dapat menyamai energi yang dikeluarkan oleh penutur asli bahasa Jepang. Hal ini menunjukan bahwa meskipun seseorang telah mempelajari bahasa Jepang secara formal, energi yang dikeluarkan untuk mengucapkan kalimat bahasa Jepang tidak dapat menyamai energi yang dikeluarkan oleh penutur asli bahasa Jepang.

This study discusses about Japanese pronunciation that was pronounced by J-Indo vocalists. This study using the method of qualitative analysis. This study aimed to describe the precision of Japanese pronunciation that is pronounced by J-Indo vocalists and describe the correlation between Japanese formal education and Japanese pronunciation spoken by J-Indo vocalists. The result of analysis in this study is J-Indo vocalists can pronounce the words in Japanese well and can produce the same energy as the original singer while singing, but when they uttered casual conversation in Japanese, the energy that J-Indo vocalists made can’t match the energy that produced by Japanese native speaker. But, J-Indo vocalist that born and get a formal education in Japan, can match the energy produced by Japanese native speakers. This shows that even though a person has studied Japanese formally, the energy that their expends to pronounce Japanese words can not match the energy expended by Japanese native speakers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Nadhifa Mazaya
"Penelitian ini mengkaji tentang rangkaian ujaran direktif bahasa Jepang terhadap anak usia 2-5 tahun. Rangkaian ujaran direktif itu disampaikan oleh orang tua. Sumber data yang digunakan berupa video percakapan antara orang tua dan anak yang diunggah di Youtube. Alasan memilih sumber data itu antara lain, rekaman percakapan bersifat impromptu sehingga memperlihatkan gambaran realisasi ujaran direktif terhadap anak. Video percakapan yang diamati berjumlah lima video. Dari kelima video itu, ditemukan kombinasi ujaran direktif langsung dan taklangsung. Rangkaian ujaran direktif yang ditemukan dalam penelitian ini ada lima pola. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada umumnya kombinasi ujaran terdiri dari tiga sampai enam rangkaian direktif. Dengan kata lain, penutur mengatakan ujaran direktif kepada anak lebih dari satu kali, bahkan berkali-kali. Ujaran taklangsung cukup produktif direalisasikan terhadap anak usia 2-5 tahun. Tampaknya anak usia 2-5 tahun dapat mengerti ujaran direktif taklangsung. Bahkan dari 5 video yang ada, 3 video data 3, 4 dan 5 memperlihatkan bahwa ujaran direktif taklangsung efektif digunakan. Anak melakukan permintaan orang tua setelah orang tua mengatakan ujaran direktif taklangsung.

This study reviews sequences of directive utterances in Japanese speech to children aged 2 to 5 years old. The sequences of directive utterances are delivered by parents. The data sources used are conversational videos between parents and children uploaded on Youtube. The reason for choosing such data sources is that the videos are recorded impromptu, and thus, they show the realization of directive utterances to children. There are, in total, five videos observed. From the videos, it is revealed that there is a combination between direct and indirect directive utterances. The study also identified 5 patterns in the directive utterances. Based on the results, the combination of utterances generally consists of 3 to 6 sequences of directive utterances. In other words, speakers use directive utterances to children more than once and even repeatedly. Indirect directive utterances are delivered to children in the age range of 2 to 5 years old productively. It seems that those children are able to understand indirect directive utterances. Out of five videos, three videos data 3, 4 and 5 showed that indirect directive utterances are effectively used. The children performed their parents rsquo requests after their parents used indirect directive utterances.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gifari Ramadhan
"Penelitian ini membahas tentang pengembangan sistem penilaian ujian lisan (SIPENILAI) pengucapan bahasa Jepang menggunakan algoritma winnowing. Winnowing merupakan algoritma dengan basis fingerprint yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiripan teks. Masukan sistem penilaian ujian lisan (SIPENILAI) adalah suara yang pada proses selanjutnya diubah dalam bentuk teks dengan speech recognition Julius. Keluaran Julius adalah teks berkarakter Jepang. Pada teks tersebut dilakukan proses romanisasi untuk mengubah karakter ke bentuk romaji. Pemodelan bahasa N-gram diterapkan pada algoritma winnowing dan Julius. Sistem penilaian menggunakan variasi parameter winnowing n=2, p=2 dan w=2 dan perhitungan cosine similarity yang menghasilkan akurasi sebesar 91,94%. Diamati faktor-faktor yang mempengaruhi akurasi setiap pengguna. Dalam melakukan penilaian, sistem berjalan dengan kecepatan sebesar 35,49 KB/s.

This research discusses the development of oral examination grading system (SIPENILAI) for Japanese pronunciation using winnowing algorithm. Winnowing is a fingerprint-based algorithm that is used to measure text similarity rate. The oral examination grading system (SIPENILAI) receives speech input, then it is converted into text with Julius speech recognition. The output of Julius is text with Japanese characters. Romanization process is carried out to convert the Japanese character to the romaji form. N-gram language modeling is applied to winnowing algorithm and Julius. The accuracy rate is 91,94% by using n = 2, p = 2 and w = 2 winnowing parameters and cosine similarity. In this research, factors that influence the accuracy rate are observed. The system executes the process with speeds of 35,49 KB/s.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library