Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pietradewi Hartrianti
"Penggunaan film mukoadhesif dengan sifat fleksibel dan berpori yang diproduksi dari kitosan-N-asetil sistein sebagai sistem penghantaran insulin melalui rute bukal telah diteliti. Kitosan-N-asetil sistein (KNAC) didapatkan melalui reaksi antara kitosan dengan N-asetil sistein yang dimediasi karbodiimida. Hasil sintesis KNAC kemudian dikarakterisasi dalam hal jumlah gugus tiol, spektrum IR, serta kemampuan mengembang. KNAC tersebut kemudian dibuat menjadi sediaan film dengan metode solvent casting yang dilanjutkan dengan pengeringan beku. Film yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi morfologi permukaan film serta kekuatan dan waktu mukoadhesinya. Selain itu, pelepasan dan difusi insulin dari film kNAC juga dilaksanakan pada penelitian ini. Untuk membandingkan efek hipoglikemik in vivo, sejumlah tikus sehat diberikan film insulin KNAC secara bukal dengan injeksi insulin subkutan sebagai pembandingnya. Hasil dari sintesis KNAC menunjukkan kandungan gugus tiol bebas yang tinggi (423,28 ± 12,99 µmol per gram polimer) dengan kemampuan mengembang hingga 1,5 kali berat awalnya. Film dari KNAC yg disintesis menunjukkan gaya mukoadhesi dan waktu mukoadhesi secara berturut-turut hingga mencapai 1,25 kali dan 2,4 kali dibandingkan film kitosan yang tidak dimodifikasi (p<0.05, t-test). Hasil uji juga menunjukkan bahwa film KNAC dapat memberikan pelepasan dan difusi obat secara berturut-turut hingga 95 % dalam 30 menit dan 70 % dalam 3 jam. Film insulin KNAC yang diberikan melalui rute bukal mampu memberikan efek hipoglikemik hingga 65,46 % dari kadar gula darah awal. Selain itu, hasil availabilitas farmakologi dari film insulin KNAC terhadap injeksi insulin subkutan mencapai 18,91%. Sebagai kesimpulan, penelitian ini memberikan gambaran bahwa film kitosan-NAC memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pembawa dalam penghantaran bukal insulin dan makromolekul lainnya.

The development of a new porous and flexible mucoadhesive films based on chitosan-N-acetyl cysteine (Ch-NAC) for potential buccal delivery system of insulin was carried out in this study. Ch-NAC was synthesized from carbodiimide-mediated reaction between chitosan and N-acetyl cysteine. The obtained Ch-NAC was then characterized by determining the thiol group content, FT-IR spectra and swelling ability. The Ch-NAC was then prepared into insulincontaining film by a simple solvent casting method followed with subsequent freeze drying. The resulting film was then observed in terms of morphology and mucoadhesion properties. Moreover, the diffusion and release study of insulin from the Ch-NAC film was also studied. The hypoglycaemic effect of buccally administered insulin containing Ch-NAC film compared to subcutaneous insulin injection was then observed using healthy rats. The obtained Ch-NAC showed high free thiol group content (423,28 ± 12,99 µmol per gram polymer) and swelling ability up to 1.5 times its initial weight. The insulin-containing Ch-NAC films showed up to 1.25 and 2.4 times mucoadhesion force and mucoadhesion time compared to chitosan film as blanks, respectively (p<0.05, t-test). The Ch-NAC films were able to show sufficient diffusion of insulin up to 70 % within 3 hours and provide 95 % release of insulin within 30 minutes. The insulin-containg Ch-NAC films which were buccally administered reached hypoglycemic effect up to 65,46 % of initial blood glucose level. The insulin pharmacological availability of the buccally administered Ch-NAC films compared to subcutaneous injection were 18.91 %. These results suggested that Ch-NAC films were a promising carrier for buccal delivery of insulin and other macromolecules."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T29846
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Kevin Kyle
"Latar Belakang: Resistensi insulin adalah ketidaknormalan sel yang ada pada banyak gangguan metabolic, terutama diabetes tipe-2. Kondisi ini berkaitan erat dengan penurunan Insulin receptor substrate 1 (IRS-1.). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek dari alfa-mangostin (α-MG), senyawa aktif yang ada di kulit buah manggis, pada kemampuannya meningkatkan konsenstrasi IRS-1 pada jaringan hati tikus model resistensi insulin Metode: 36 tikus Sprague-Dawley dibagi ke dalam 6 kelompok; kelompok 1: control (diberikan diet normal selama 8 minggu), kelompok 2; control + alfa-mangostin 200 (200 mg/kg/hari), kelompok 3; resisten insulin (diberikan diet tinggi lemak dan gula selama 3 minggu dan diinjeksi dengan streptozotocin intra peritoneal dosis rendah pada minggu ke 3), kelompok 4: resisten insulin + metformin, kelompok 5: resisten insulin + alfa-mangostin 100, kelompok 6: resisten insulin + alfa-mangostin 200. Pada masing-masing kelompok dipilih 4 sampel secara acak yang kemudian dikorbankan setelah 8 minggu. Kemudian jaringan hati diambil, diisoloasi, dan di ukur konsentrasi IRS-1 menggunakan ELISA. Data yang didapat kemudian dianalisa menggunakan SPSS versi 26. Hasil: Analisis dilakukan dengan uji Welch’s ANOVA dan Games-Howell post hoc. Tidak ditemukan adanya perbedaan signifikan antara perbedaan konsentrasi IRS-1 hati pada kelompok 3 (resisten insulin) dan kelompok 5 dan 6 (α-ΜG 100, p = 1 (>0.05) dan α-MG 200, p = 0.677 (>0.05)). Kelompok 6 memiliki konsenstrasi IRS-1 lebih tinggi dari kelompok 5, meskipun tidak secara signifikan (p = 0.558, (>0.05)). Kesimpulan: Pemberian alpha-mangostin 100 mg dan 200 mg tidak dapat meningkatkan konsentrasi IRS-1 pada hati.

Background: Insulin resistance (IR) is an abnormal cellular mechanism that is present in various metabolic disorder, particularly type-2 diabetes mellitus. This condition is closely related to downregulation of Insulin Receptor Substrate-1 (IRS-1). T2DM ranks seventh highest cause of disability and ninth in mortality worldwide. This research project was conducted to provide further understanding on the effects of alpha- mangostin, a bioactive compound found in pericarp of mangosteen fruit, on its therapeutic effect by increasing hepatic IRS-1 concentration. Method: This experiment is done by analyzing hepatic IRS-1 concentration of 36 Sprague-Dawley rats that were divided into 6 groups; group 1: control (given 8 weeks of standard diet), group 2: control + α-ΜG 200 (200 mg/kg/day), group 3: IR (given high fat and high glucose diet for 3 weeks and injected by streptozotocin i.p at fourth week), group 4: IR + metformin 200, group 5: IR + α-ΜG 100, group 6: IR + α-ΜG 200. Through random sampling, 4 samples from each group are chosen and each sample’s hepatic IRS-1 are measured using ELISA method. Data analysis were done using SPSS software version 26. Result: The analysis done utilizing Welch’s ANOVA test with Games-Howell post hoc. No significant difference of IRS-1 concentration found between group 3 (IR) and group 5 (IR + α-MG 100, p = 1 (>0.05)) and group 6 (IR + α-MG 200, p = 0.558)). Group 6 (IR + α-MG 200, p = 0.558) shown to have a higher IRS-1 compared to group 5 (IR + α-MG 100) although not significant. Conclusion: Alpha-mangsotin administration unable to increase IRS-1 concentration in insulin resistant mouse."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evans Tofano Bobian
"Penyakit Arteri Perifer (PAP) merupakan obstruksi total atau parsial dari arteri perifer yang terutama disebabkan oleh proses aterosklerosis. Disfungsi endotel telah dikenal sebagai penanda dini dari aterosklerosis. Dari penelitian sebelumnya, diketahui polimorfisme Gly972Arg gen IRS-1 berhubungan dengan disfungsi endotel. Hingga saat ini belum ada penelitian yang menghubungkan secara langsung antara polimorfisme IRS-1 dengan penyakit arteri perifer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara polimorfisme Gly972Arg dengan nilai Ankle-Brachial Index (ABI) sebagai penanda penyakit arteri perifer. Studi observasional (potong lintang) ini dilakukan pada 104 subjek populasi Desa Gunung Sari Kecamatan Pamijahan. Dilakukan pemeriksaan lab untuk polimorfisme Gly972Arg gen IRS-1 dengan metode Taqman Assay. Data pemeriksaan ABI diambil dari data retrospektif di Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Jawa Barat yang diambil pada tahun 2017. Terdapat 104 subjek yang diikutsertakan dalam penelitian ini, yaitu grup wildtype/CC (6,7%), heterozigot/CT (82,7%), dan homozigot mutan/TT (10,6%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara polimorfisme Gly972Arg gen IRS-1 dengan nilai ABI (p= 0,7). Setelah dilakukan penyesuaian terhadap merokok, hipertensi, diabetes melitus dan indeks massa tubuh, dapat disimpulkan bahwa hasil hubungan tidak bermakna antara polimorfisme Gly972Arg gen IRS-1 dengan ABI tidak dipengaruhi oleh faktor lain.

Peripheral Artery Disease (PAD) is defined as a total or partial obstruction of peripheral arteries, which mainly caused by an atherosclerotic process. Endothelial dysfunction is widely known as an early predictor of atherosclerosis. From previous studies, Gly972Arg polymorphism of IRS-1 gene is associated with endothelial dysfunction. To date, there is still very limited study about the association between Gly972Arg polymorphism of IRS-1 gene with Ankle-Brachial Index (ABI) as a marker of atherosclerosis in peripheral arteries. Therefore, we attempt to perform a study of association between Gly972Arg polymorphism of IRS-1 gene with ABI values. We performed a cross sectional study on 104 subjects from a rural population in Gunung Sari Village, Pamijahan District, West Java, Indonesia. Laboratory examinations for polymorphism detection uses Taqman Assay Method. Demographic, risk factors, and ABI data were obtained from a retrospective data in 2017. There were 104 subjects in this study. The prevalence of genotypes are as follows: Wildtype (6,7%), heterozygous carrier/CT (82,7%), and homozygous mutant/TT (10,6%). We found no significant association between Gly972Arg of IRS-1 gene with ABI values (p=0,7). After the adjustments for smoking, hypertension, diabetes, and body mass index, we concluded that none of those risk factors affected the results of our study."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59133
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangaribuan, Bertha
"Latar belakang: Resistensi insulin dan obesitas sentral adalah keadaan yang sering ditemukan pada wanita PCOS dan ditandai dengan abnormalitas penanda biologi yang terkait dengan terjadinya gangguan metabolik. Hubungan antara adiponektin dan resistensi insulin telah banyak diteliti, namun penelitian terhadap pasien PCOS baru sedikit yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kemungkinan hubungan polimorfisme T45G dengan penanda biologi PCOS dan pengaruhnya terhadap adiponektin serum pada populasi Indonesia.
Metode: Lima puluh dua pasien PCOS dan 52 subjek ovulasi normal tanpa hiperandrogenisme sebagai kontrol disertakan dalam penelitian ini. Sampel darah dikumpulkan antara hari ke 3 dan 5 siklus menstruasi spontan, jam 7 hingga 9 pagi, setelah menjalani puasa. Dilakukan pengukuran kadar serum FSH, LH, testosteron, SHBG, glukosa, insulin, profil lipid dan adiponektin. Resistensi insulin ditentukan dengan HOMA-IR, HOMA-β, dan SHBG. DNA genom dari darah perifer pasien dan subjek kontrol digunakan untuk memeriksa polimorfisme T45G menggunakan metode PCR.
Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok PCOS dan kontrol terhadap IMT, LH, testosteron, SHBG, dan FAI, tetapi tidak signifikan terhadap frekuensi distribusi polimorfisme gen T45G. Kadar adiponektin ditemukan lebih rendah pada kelompok PCOS daripada kontrol, dan terdapat hubungan antara resistensi insulin dengan PCOS. Pada pasien PCOS frekuensi polimorfisme T45G ditemukan lebih tinggi pada wanita dengan adiponektin kadar rendah dari pada kelompok adiponektin kadar tinggi, meskipun tidak bermakna secara statistik. Tidak ditemukan hubungan antara penanda biologi PCOS (LH, testosteron, SHBG, dan FAI) dengan polimorfisme gen T45G.
Kesimpulan: Polimorfisme gen adiponektin (T45G) tidak berhubungan langsung dengan penanda biologi PCOS, namun demikian hubungannya dengan adiponektin perlu penelitian lebih lanjut.

Background: Insulin resistance and central adiposity are frequent disorders in PCOS women, which are marked by biological marker dysregulation related to this metabolic abnormalities. Association between adiponectin and insulin resistance has been investigated in many studies, while only a few studies were done in PCOS patients. This study is to determine the association of T45G polymorphisms in Indonesian population with PCOS biological markers and their influence to adiponectin serum.
Methods: Fifty-two PCOS patients and 52 normal ovulatory women without hyperandrogenism as control subjects were included. Blood samples were collected between day 3 and 5 of a spontaneous menstrual cycle at 7 to 9 am, after overnight fasting. Serum levels of FSH, LH, testosterone, SHBG, glucose, insulin, lipid profile and adiponectin were measured. Insulin resistance was estimated by HOMA-IR, HOMA-β, and SHBG. T45G gene polymorphisms were determined by PCR after genomic DNA was obtained from peripheral blood of patients and control subjects.
Results: There were significant difference between PCOS and control group in term of BMI, LH, testosterone, SHBG, and FAI, but not significant to T45G gene polymorphisms frequency distribution. Adiponectin levels were lower in PCOS patients than control. There was an association between insulin resistance with PCOS. Among PCOS patients, no association between adiponectin LH, testosterone, SHBG, and FAI with T45G gene polymorphisms. T45G gene polymorphisms were more frequent in PCOS with low adiponectin levels compared to those with high adiponectin levels, although not significant statistically.
Conclusion: T45G gene polymorphisms has no direct association with PCOS biological markers, but its association with adiponectin needs further study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sormin, Ida P.
"Tujuan Mempelajari keterkaitan antara inflamasi dan resistensi insulin dengan gangguan biogenesis HDL yang menyebabkan rendahnya konsentrasi HDL. Metode Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan jumlah subyek 163 pria dewasa berusia 25-60 tahun dengan sindroma metabolik (kriteria IDF, 2005), tanpa gangguan fungsi hati dan ginjal. Penelitian ini dilakukan di Jakarta pada tahun 2007-2009. Indikator-indikator yang diukur adalah apolipoprotein A-1 (apoA-1), prebeta-1 HDL, cholesteryl ester transfer protein (CETP), kolesterol HD L, berat badan, tinggi badan, lingkar perut (LP), tekanan darah sistolik (TDS), tekanan darah diastolik (TDD), glukosa darah puasa (GDP), dan trigliserida serum. Rasio apoA-1/HDL-c diambil sebagai indikator maturasi HDL, sedangkan rasio CETP/HDL-c dan CETP/TG menunjukkan katabolisme HDL. high sensitivity-CRP (hsCRP), HOMA-IR digunakan sebagai indikator inflamasi dan resistensi insulin. Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa hsCRP berkorelasi positif dengan CETP (rs= 0,200, p= 0,042), dan rasio CETP/HDL-c (rs=0,188, p=0,013); HOMA-IR berkorelasi positif dengan rasio apoA-1/HDL-c (rs=0,190, p=0,016) dan berkorelasi negatif dengan rasio CETP/TG (rs= -0,162, p=0,04). Hasil analisis general linear model (GLM) menunjukkan hsCRP memiliki kontribusi terbesar terhadap rasio CETP/HDL-c, apoA-1, dan CETP (berturut-turut p= 0,009; 0,016; 0,054). Kesimpulan Penelitian ini menyimpulkan adanya hubungan antara inflamasi dan resistensi insulin dengan gangguan biogenesis HDL pada pria dengan SM. Inflamasi berkaitan dengan peningkatan katabolisme kolesterol HDL, sedangkan resistensi insulin berkaitan dengan penurunan maturasi dan peningkatan katabolisme kolesterol HDL, yang akhirnya berkontribusi terhadap rendahnya konsentrasi kolesterol HDL. Inflamasi memiliki kontribusi yang lebih bermakna terhadap faktor biogenesis HDL daripada resistensi insulin.

Aim To find out the relationship between inflammation and insulin resistance with impaired HDL biogenesis that cause low HDL-c concentration Methods Using a cross-sectional design, this study involved 163 adult men, aged 25-60 years old with metabolic syndrome (IDF criteria, 2005), without liver and kidney dysfunction. This study was undertaken in Jakarta in the year 2007-2009. Measured indicators were serum apolipoprotein A-1 (apoA-1), prebeta-1 HDL, cholesteryl ester transfer protein (CETP), HDL cholesterol (HDL-c), body weight, height, waist circumference (WC), systolic blood pressure (SBP), diastolic blood pressure (DBP), fasting blood glucose (FBG), and triglyceride. The apoA-1/HDL-c ratios were taken as indicator of HDL maturation, whereas CETP/HDL-c and CETP/TG ratios were indicated HDL catabolism. high-sensitivity CRP (hsCRP) and HOMA-IR were taken as indicator of inflammation and insulin resistance, respectively. Data were analyzed by using univariate, bivariate, and multivariate analysis. Results Positive correlations were found between hsCRP and CETP (rs= 0.200, p= 0.042), and CETP/HDL-c ratios (rs= 0.188, p= 0.013). HOMA-IR positively correlated with apoA-1/HDL-c ratios (rs= 0.190, p= 0.016) and negatively correlated with the CETP/TG ratios (rs= -0.162, p= 0.04). Results of general linear model analysis showed that serum hsCRP concentration had the highest contribution to CETP/HDL-c ratios, apoA-1, dan CETP (p= 0.009; 0.016; 0.054, respectively). Conclusions Inflammation and insulin resistance related to dysfunction of HDL biogenesis in men with metabolic syndrome. The inflammation correlated with increased HDL catabolism, whereas the insulin resistance correlated with decreased HDL maturation and increased HDL catabolism. These may lead to low HDL-c concentration. Inflammation had higher contribution to HDL biogenesis factors than insulin resistance."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Didi Kurniadhi
"Latar belakang: Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Diluar dari faktor risiko konservatif yang sudah diketahui berhubungan PJK ternyata didapatkan pula sejumlah faktor non konservatif yang berhubungan dengan PJK, salah satu faktor risiko yang paling menonjol adalah resistensi insulin. Data penelitian yang melihat peranan dan hubungan antara resistensi insulin dengan kejadian dan beratnya PJK masih menjadi kontrovesi, dimana sejumlah penelitian menunjukkan hasil yang bertentangan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran nilai resistensi insulin pada pasien PJK dan tersangka PJK yang menjalani angiografi koroner dan korelasi antara resistensi insulin dengan beratnya PJK, yang dinilai dengan derajat stenosis arteri koroner.
Metode: Resistensi insulin dinilai dengan menggunakan HOMA IR sedangkan beratnya derajat stenosis koroner dinilai dengan sistem skoring dari Gensini.
Hasil: Sebanyak 39 subyek yang menjalani angiografi koroner karena PJK dan tersangka PJK mengikuti penelitian ini. Nilai HOMA IR pada penelitian ini tidak mengikuti distribusi normal, dengan nilai median 4,63 (0,73 – 26,9). HOMA IR menunjukkan korelasi yang bermakna dengan beratnya derajat stenosis arteri koroner dengan arah korelasi positif dan kekuatan korelasi sedang (r: 0,44, p < 0,05). Korelasi ini tetap bermakna meskipun telah dilakukan penyesuaian dengan sejumlah variabel perancu.
Kesimpulan: Terdapat korelasi bermakna antara resistensi insulin dengan beratnya PJK yang dinilai dengan Gensini skor."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Araminta Ramadhania
"ABSTRAK
Resistensi insulin adalah kondisi yang mendasari terjadinya diabetes melitus. Prevalensi diabetes melitus kian meningkat dari tahun ke tahun, termasuk di Indonesia. Proporsi penderita diabetes melitus ditemukan lebih tinggi pada perempuan. Perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan merupakan salah satu penyebab terjadinya resistensi insulin dan resistensi insulin ini dapat bertahan hingga masa postpartum. Laktasi serta nutrien salah satunya seng, dapat memengaruhi resistensi insulin. Penelitian dengan desain potong lintang ini bertujuan menilai kadar seng serum dan korelasinya dengan resistensi insulin pada ibu laktasi di Jakarta. Pengambilan subjek dilakukan di Puskesmas Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara dan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada bulan Februari-April 2019. Sebanyak 75 orang ibu laktasi pada 3-6 bulan postpartum yang berusia 20-40 tahun direkrut menjadi subjek penelitian ini. Sekitar 76% (n=57) subjek memiliki kadar seng rendah dengan rerata sebesar 62,33±11,89 µg/dL. Resistensi insulin dinilai dengan menggunakan HOMA-IR (homeostasis model assessment-insulin resistance). Median HOMA-IR adalah 0,54 (0,22-2,21). Sebanyak 13,3% (n=10) subjek diprediksi mengalami resistensi insulin. Dilakukan uji korelasi antara kadar seng serum dengan HOMA-IR. Tidak ditemukan adanya korelasi bermakna antara kadar seng serum dengan HOMA-IR (r=0,003, p=0,977).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58660
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny
"Penelitian ini bertujuan untuk menilai efek suplementasi probiotik pada masa kanak-kanak terhadap indeks resistensi insulin pada masa remaja. Studi ini merupakan studi tindak lanjut tahun ke-10 dari uji klinis pemberian probiotik dan kalsium pada anak-anak yang tinggal di daerah sosioekonomi rendah di Jakarta Timur, yang diadakan pada bulan Januari hingga Maret 2019. Studi ini melibatkan 154 remaja berusia 11-17 tahun, yang terbagi menjadi 3 kelompok berdasarkan intervensi terdahulu (kalsium regular (KR) sebagai kelompok kontrol, kelompok reuteri, dan kelompok casei). Luaran utama berupa perbedaan resistensi insulin yang dinilai dengan homeostatic model assessment for insulin resistance (indeks HOMA-IR) diantara ketiga kelompok sesudah dilakukan penyesuaian terhadap faktor perancu, seperti usia, jenis kelamin, status pubertas, status nutrisi, aktivtas fisik, dan pola asupan makanan. Studi ini memperoleh karakteristik subjek tidak berbeda bermakna diantara kelompok KR, casei, dan reuteri. Pola asupan makanan subjek juga tidak berbeda bermakna diantara kelompok RC, casei, dan reuteri. Rerata indeks HOMA-IR pada kelompok casei, reuteri, dan KR berturut-turut adalah 3,5 ± 1,9; 3,2 ± 1,7; 3,2 ± 1,6. Rerata indeks HOMA-IR tidak berbeda bermakna diantara kelompok casei dan RC (mean differences (MD): 1,10 [95% CI: 0.9-1.33]), diantara kelompok reuteri dan RC (MD:0.99 [95% CI: 0.82-1.22]) sesudah penyesuaian terhadap usia, jenis kelamin, status gizi, asupan serat, dana asupan lemak. Suplementasi probiotik selama 6 bulan pada masa kanak-kanak diduga tidak memengaruhi indeks resistensi insulin pada masa remaja.

Objective: To investigate the effect of probiotic supplementation in the childhood toward insulin resistance index in adolescence.
Methods: This study was a 10-year follow-up study on probiotic and calcium trial in children living in low-socioeconomic urban area of East Jakarta between January and March 2019. This study involved 154 adolescents aged 11-17 years, divided into 3 groups based on previous intervention (regular calcium as a control group, reuteri group, and casei group). Primary outcome was differences in insulin resistance that measured by homeostatic model assessment for insulin resistance (HOMA-IR index) between the three groups after adjustment of the confounding factor, such as age, gender, pubertal status, nutritional status, physical activity, and dietary intake patterns.
Results: Subjects' characteristics were not significantly different among casei, reuteri, and RC. Subjects' dietary intake patterns also were not significantly different among casei, reuteri, and RC. The mean HOMA-IR in casei, reuteri, and RC were 3.5 ± 1.9, 3.2 ± 1.7, 3.2 ± 1.6, irrespectively. The mean HOMA-IR index were no significantly different between casei and RC (mean differences (MD): 1,10 [95% CI: 0.9-1.33]), between reuteri and RC (MD:0.99 [95% CI: 0.82-1.22]) after adjusted with age, gender, nutritional status, fiber intake, and fat intake.
Conclusion: Probiotic supplementation for 6 months in childhood may not affect insulin resistance index in adolescence.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiandra Wirantari Safira
"ABSTRAK
Sindrom ovarium polikistik (PCOS) adalah gangguan reproduksi yang terpengaruh oleh beberapa faktor, termasuk hiperinsulinemia yang memicu keadaan resistensi insulin. Faktor yang mempengaruhi resistensi insulin antara lain obesitas dan kelainan ekspresi substrat reseptor insulin-insulin-1 (IRS-1) substrat reseptor yang dikodekan oleh gen IRS-1. Belum diketahui apakah kelainan IRS-1 merupakan faktor penyebab resistensi insulin pada wanita non-obesitas. Penelitian ini dilakukan selama mengetahui perbandingan ekspresi mRNA IRS-1 pada wanita obesitas dengan PCOS dan non obesitas yang dapat digunakan untuk mempelajari pengaruh obesitas dan resistensi insulin pada PCOS. Penelitian dilakukan dengan metode Real Time PCR pada RNA diisolasi dari darah tepi wanita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara ekspresi IRS-1 antara wanita dengan PCOS kontrol normal, dan ada perbedaan yang signifikan antara kelompok obesitas dan non-obesitas kegemukan. Ekspresi IRS-1 pada pasien dengan PCOS dan obesitas diduga lebih tinggi karena regulasi substrat reseptor insulin."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>