Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anyta Hera Wahyuni
"Penurunan fungsi paru berperan pada peningkatan insiden PPOK  pada lansia. Penurunan fungsi kognitif dapat mempengaruhi ketepatan penggunaan inhaler dapat berdampak negatif terhadap prognosis. Tujuan Penelitian mengetahui hubungan fungsi kognitif dengan ketepatan penggunaan inhaler pada lansia PPOK. Metode penelitian menggunakan cross sectional dengan lokasi penelitian di poliklinik Paru Asma-PPOK. Sampel pada penelitian dipilih melalui teknik consecutive sampling berjumlah 96 responden lansia PPOK. Analisis data terdiri dari analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji Chi-square dan analisis multivariat menggunakan uji Regresi Logistik. Hasilnya responden mengalami gangguan fungsi kognitif dengan kategori tidak tepat dalam penggunaan inhaler sebanyak 46 responden (55.2%). Uji statistik regresi logistik didapatkan variabel fungsi kognitif berhubungan dengan ketepatan penggunaan inhaler (p=0,001; OR=40,524; CI 95% 12,537- 130,984). Kesimpulan ada hubungan antara fungsi kognitif dengan ketepatan penggunaan inhaler pada lansia PPOK setelah dilakukan uji statistik. Lansia mengalami gangguan fungsi kognitif tidak optimal dalam penggunaan inhaler. Pemberian edukasi pada lansia serta keluarga/caregiver dengan metode disesuaikan kemampuan kognitif lansia, seperti demonstrasi langsung, video instruksional, dan materi visual.

Decreased lung function contributes increased incidence of COPD in older adults. Impairment cognitive function affect accuracy of inhalers could have bad prognosis. Aim of study was to determine relationship between cognitive function with accuracy of inhaler usage in older adults with COPD. The research method used cross sectional location at polyclinic Asma-PPOK. The respondents were selected method through consecutive sampling technique, totalling 96 older adults with COPD. Data analysis consisted of univariate analysis, bivariate analysis using the Chi-square / Pearson Chi-square test, and multivariate analysis using the Logistic Regression test. Result respondents impaired cognitive function with inappropriate  use of inhalers as many as 46 respondents (55.2%). Logistic regression statistical obtained cognitive function correlated with accuracy of inhaler use (p=0.001; OR=40.524; CI95% 12.537- 130.984). Conclusion there correlation between cognitive function with accuracy of inhaler usage in older adults with COPD after statistical analysis. Older adults with impaired cognitive function are not optimal use inhalers. Providing education to older adults and caregivers by methods adjusted cognitive function, such as direct demonstrations, instructional videos, and visual materials."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Yandinoer Moelamsyah
"Latar belakang: Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu masalah di Indonesia dan dunia. Kepatuhan pasien PPOK dalam menggunakan inhaler ditemukan relatif buruk dengan tingkat ketidakpatuhan berkisar antara 50 dan 80%. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri faktor-faktor yang dapat memengaruhi kepatuhan pasien PPOK dalam penggunaan inhaler. Metode: Penelitian ini adalah potong lintang menggunakan total 75 subjek yang dilakukan di poli asma-PPOK di RSUP Persahabatan Jakarta. Kuesioner yang digunakan merupakan adaptasi dari kuesioner test of adherence to inhaler (TAI) yang telah dilakukan alih bahasa,uji validitas, dan reliabiliatas. Hasil: Dari total seluruh subjek, 57,3% memiliki kepatuhan baik, 26,7% memiliki kepatuhan sedang, dan 16% memiliki kepatuhan buruk. Sebanyak 68% subjek memiliki ketidakpatuhan sporadis, 46,7% subjek memiliki ketidakpatuhan disengaja, dan 56% subjek memiliki ketidakpatuhan tidak disengaja. Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan subjek adalah jumlah device yang digunakan (p=0,025), jumlah eksaserbasi per tahun (p=0,002), durasi kontrol (p=0,009), lama pengobatan (p=0,013), nilai mMRC (p=0,011), dan nilai CAT (p=0,030). Kesimpulan: Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien PPOK terhadap penggunaan inhaler adalah jumlah device inhaler yang digunakan, durasi saat kontrol, dan lama pengobatan yang telah dijalani. Kepatuhan terhadap penggunaan inhaler berhubungan dengan jumlah eksaserbasi per tahun, nilai mMRC, dan nilai CAT. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih luas serta kuesioner yang lebih objektif.

Background: Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is a non-communicable disease that is a problem in Indonesia and the world. COPD patients' compliance in using inhalers was found to be relatively poor with non-compliance rates ranging between 50 and 80%. This study aims to explore factors that may influence COPD patients' adherence in using inhalers. Methods: This study was a cross-sectional study using a total of 75 subjects conducted at the asthma-COPD clinic at Persahabatan Central General Hospital Jakarta. The questionnaire used was an adaptation of the test of adherence to inhaler (TAI) questionnaire which had been translated, tested for validity, and tested for reliability. Results: Of the total subjects, 57.3% had good compliance, 26.7% had moderate compliance, and 16% had poor compliance. A total of 68% of subjects had sporadic noncompliance, 46.7% of subjects had deliberate noncompliance, and 56% of subjects had unintentional noncompliance. Factors associated with adherence were the number of devices used (p=0.025), number of exacerbations per year (p=0.002), duration of control (p=0.009), length of treatment (p=0.013), mMRC score (p=0.011), and CAT score (p=0.030). Conclusion: Factors associated with COPD patients' adherence to inhaler use were the number of inhaler devices used, duration at control, and length of treatment. Adherence is associated with the number of exacerbations per year, mMRC scores, and CAT scores. Further research needs to be done with a wider sample and a more objective questionnaire."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Badriaturrahmah
"PPOK merupakan penyakit kronis yang memerlukan manajemen jangka panjang terhadap farmakoterapi. Salah satu faktor kunci yang mendukung keberhasilan obat inhalasi adalah kemampuan pasien untuk menggunakan perangkat dengan benar. Namun, banyak pasien PPOK tidak mencapai hasil yang optimal dari perawatannya karena teknik penggunaan inhaler yang salah dan pelatihan perangkat yang tidak memadai. Ulasan ini bertujuan untuk memberikan gambaran teknik edukasi terkini mengenai penggunaan inhaler pada pasien PPOK, menganalisis hambatan, efektivitas, dan mengidentifikasi faktor utama keberhasilan teknik edukasi yang digunakan. Pencarian literatur dilakukan secara sistematis dengan melakukan pencarian artikel pada database seperti Sciencedirect, Scopus dan PubMed yang diterjemahkan dari Januari 2016 hingga Juni 2020. Berdasarkan hasil pencarian literatur terdapat 10 jurnal yang sesuai dengan kriteria. Kriteria artikel yang direview adalah artikel dengan subjek subjek penelitian pasien PPOK, mencantumkan luaran berupa skor inhaler dan juga peningkatan jumah pasien yang mengunakan inhaler secara benar. Berdasarkan beberapa jurnal yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa teknik peninggunaan inhaler meningkat secara signifikan pada edukasi yang dilakukan secara berulang, dan dievaluasi secara berkala. Selain itu, edukasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lebih berpengaruh terhadap perbaikan cara penggunaan inhaler jika dibandingkan edukasi yang dilakukan selain tenaga kesehatan. Kemampuan kognitif pasien yang menurun sesuai usia dan beragamnya jenis inhaler menjadi hambatan dalam pemberian edukasi.

COPD is a chronic disease that requires long-term management of pharmacotherapy. One key factor that supports the success of inhalation drugs is the patient's ability to use the device properly. However, many COPD patients do not achieve optimal results from their therapy due to incorrect use of inhalers and inadequate device training. This review aims to provide an overview of the latest educational techniques using inhalers in COPD patients to analyze their obstacles, effectiveness, and to observe the main factors of their success. The literature search was conducted systematically by conducting research articles searches on databases such as ScienceDirect, Scopus, and PubMed, which were published from January 2016 to June 2020. Ten journals meet the criteria. The criteria are the article with the subject is COPD patients, and the outcome is the score of the inhaler and the increase in the patient using the inhaler correctly. Based on several journals found, it can be concluded that the inhaler technique increased significantly in education carried out repeatedly, and evaluated periodically. Also, education carried out by health workers is superior to the improvement of inhaler techniques when compared to education carried out other than health workers. Decreased patient's cognitive ability and diverse types of inhaler devices are barriers in education delivery."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Kusumawati Susanti
"Aplikasi kesehatan berbasis selular yang memungkinkan penggunanya untuk mengetahu rencana dan manajemen terapi, diharapkan dapat menjadi sarana monitoring dan evaluasi terapi pasien PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kornis). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh aplikasi kesehatan seluler terkait penggunaan obat inhalasi dan kualitas hidup pada pasien PPOK. Penelitian dilakukan dengan desain kuasi-eksperimental dengan pretest dan post test pada 88 reponden yang terdiri dari kelompok intervensi (n=46 orang), yang mendapatkan konseling oleh apoteker dan akses aplikasi Pharcare dan kelompok kontrol yang hanya mendapatkan konseling oleh apoteker (n=42 orang). Hasil uji beda rerata menunjukan perbedaan yang signifikan pada nilai ketepatan dan kualitas hidup antar kedua kelompok. Hasil uji T menunjukan adanya perbedaan yang bermakna pada kelompok interveni pada nilai kualitas hidup sebelum dan sesudah intevensi diberikan (P<0.001). Hasil analisi multivariat memperlihatkan bahwa intervensi mengggunakan aplikasi menyebabkan perbaikan kualitas hidup 5 kali dibanding pemberian konseling saja (95% CI 1,803-15,254). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan aplikasi kesehatan berbasis seluler mengenai penggunaan obat inhalasi dapat meningkatkan ketepatan penggunaan obat inhalasi dan kualitas hidup pasien.

A cellular-based health application that allows its users to know about therapy plans and management, is expected to be a means of monitoring and evaluating therapy for COPD (Cornis Obstructive Pulmonary Disease) patients. This study aims to evaluate the effect of mobile health applications on the use of inhaled drugs and quality of life in COPD patients. The study was conducted using a quasi-experimental design with pretest and posttest on 88 respondents consisting of the intervention group (n=46 people), who received counseling by pharmacists and access to Pharcare applications and the control group who only received counseling by pharmacists (n=42 people).). The mean difference test results showed a significant difference in the value of accuracy and quality of life between the two groups. The results of the T test showed that there was a significant difference in the intervention group in the value of quality of life before and after the intervention was given (P<0.001). The results of the multivariate analysis showed that the intervention using the application resulted in an improvement in quality of life 5 times compared to counseling alone (95% CI 1.803-15.254). From this study it can be concluded that the use of mobile-based health applications regarding the use of inhaled drugs can improve the accuracy of using inhaled drugs and the patient's quality of life."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library