Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Naiborhu, Yanti Fransiska
"Penelitian ini membahas proses pembentukan identitas homoseksual dalam lagu Petit Pédé yang diciptakan dan dinyanyikan oleh Renaud Séchan. Petit Pédé ini merupakan salah satu lagu dalam albumnya yang berjudul Boucan D?enfer yang rilis pada tahun 2002.Lagu ini menceritakan kisah hidup seorang anak umur 15 tahun yang menyadari bahwa iatertarik dengan sesama jenis kelaminnya. Renaud tidak memaksudkan lagu ini untuk menyudutkan kaum homoseksual. Akan tetapi, lagu ini dimaksudkan untukmenceritakan kisah hidup yang dilalui oleh seorang homoseksual dengan segala perlakuan diskriminasi yang sering diterimanya dari orang-orang di sekeliling, bahkan keluarganya sendiri. Setiap baitnya memperlihatkan proses yang dilalui seorang homoseksual untuk menciptakan identitas baru dalam dirinya. Proses konstruksi identitas homoseksual akan dipaparkan melalui lirik lagu ini.

This essay studies the consctruction of identity homosexual in Petit Pédé that composed and sung by French singer named Reanaud Séchan. Petit Pédé is one of the songs in his album that release in 2002, entitled Boucan d?Enfer. This song talks about the life of a boy aged 15 years who, for the first time, realizes that he is attracted to others with same-sex. With this song, Renaud does not mean to marginalize all homosexuals. However, this song wants to explain life of a homosexual with all the discrimination that homosexuals often receive from people around him, even from his own family. Each stanza shows the process of construction of identity which a homosexual can create his new identity. The process will be presented through the explanation of the lyrics."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rifky Zacharis Diandrio
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami perkembangan identitas homoseksual dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan untuk melela pada laki-laki homoseksual di Indonesia. Melalui metode penelitian kualitatif, dilakukan wawancara terhadap laki-laki homoseksual dewasa muda (usia 23-29 tahun), dengan menggunakan panduan berdasarkan Model Formasi Identitas Homoseksual oleh Cass (1979). Dalam analisis tematik terhadap wawancara delapan partisipan, ditemukan bahwa perkembangan identitas homoseksual dimulai ketika seluruh responden merasakan ketertarikan terhadap sesama jenis sejak kecil. Perkembangan identitas melewati fase penolakan di suatu tahap dalam hidup individu homoseksual sebelum akhirnya bisa diterima secara penuh. Penerimaan diri dan keputusan untuk melela di tengah perkembangan identitas memiliki arah hubungan yang kompleks dan tidak pasti terkait mana yang lebih dulu antara penerimaan atau melela identitas. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa keputusan untuk melela tidak hanya dipengaruhi oleh faktor perkembangan identitas yang koheren dan sehat, namun juga faktor-faktor situasional seperti dukungan orang-orang terdekat dan sikap masyarakat secara umum terhadap eksistensi kelompok seksual non-normatif, risiko akan diskriminasi dan persekusi, serta sumber daya individu homoseksual untuk bisa berdiri sendiri ketika risiko yang dipersepsikan terjadi saat mereka memtusukan untuk melela.

This research seeks to understand how homosexual identity develops and what factors influence the decisions of gay men in Indonesia to come out. Using qualitative research methods, interviews were conducted with young adult gay men (aged 23-29) following Cass's (1979) Model of Homosexual Identity Formation. By analyzing the interviews of eight participants, it was found that the journey of homosexual identity begins when individuals feel attracted to the same sex from a young age. The process involves overcoming denial and eventually accepting themselves fully. The relationship between self-acceptance and coming out is complex, as it is unclear which comes first. The decision to come out is influenced not only by personal development but also by situational factors such as support from significant others, societal attitudes towards non-normative sexual orientations, the fear of discrimination and persecution, and the personal resources needed to face these challenges when deciding to come out."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Hawari
Jakarta: Balai Penerbit , 2009
297.4 DAD p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dienny Widya Permatasari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Terapi Kognitif- Perilaku dapat menurunkan tingkat depresi pada Gay Dewasa-Muda yang Belum Coming Out. Teknik-teknik Terapi Kognitif-Perilaku seperti psikoedukasi, restrukturisasi kognitif, jadwal aktivitas harian, relaksasi, jurnal pantau pemikiran, dan tugas rumah digunakan untuk mencapai tujuan terapi. Rancangan kuasi eksperimen dengan pola nonequivalent control group design dipilih peneliti sebagai metode penelitian dengan one group pretestposttest design. Pengukuran kuantitatif dilakukan dengan menggunakan The Center of Epidemiological Studies-Depression Scale (CES-D), Self-Rating Depression Scale (SDS) dan Self-Rating Anxiety Scale (SAS) di awal dan akhir asesmen. Pengukuran dilakukan kepada tiga orang partisipan yang sebelumnya telah disasar dengan menggunakan alat ukur The Beck Depression Inventory II (BDI II). Selanjutnya, observasi dan wawancara merupakan metode kualitatif yang digunakan untuk memperkuat gambaran hasil terapi. Teknik psikoedukasi dan relaksasi merupakan dua teknik yang paling bermanfaat dalam menurunkan tingkat depresi partisipan. Berdasarkan hasil penghitungan skor di awal dan akhir asesmen terdapat penurunan tingkat depresi yang signifikan. Pada alat ukur CES-D dan SDS terdapat penurunan tingkat depresi dua partisipan yang semula berada di taraf sedang dan satu di taraf tinggi, menjadi tidak terdapat indikasi depresi klinis pada ketiga partisipan. Sedangkan melalui alat ukur SAS yang mengukur kecemasan juga menunjukkan penurunan tingkat kecemasan hingga tidak terdapat indikasi kecemasan klinis pada tiga partisipan.

This research aims to know how far the Cognitive-Behavioral Therapy lowering the level of depression in Young Adults Gay Who Has Not Coming Out. Cognitive-Behavioral Therapy techniques such as psychoeducation, cognitive restructurization, daily activities schedule, relaxation, mind observed journal, and homework used in order to achieve the goals of therapy. The quasi experimental design with nonequivalent control group design selected by researcher as a research methods with one group pretestposttest design. Quantitative measurement conducted by using The Center of Epidemiological Studies-Depression Scale (CES-D), Self-Rating Depression Scale (SDS) and Self-Rating Anxiety Scale (SAS) at the beginning and the end of the assessment. The measurement is carried out to the three participants who assessed previously with The Beck Depression Inventory II (BDI II). Furthermore, observation and interview are qualitative methods used to support the results. Psychoeducation and relaxation techniques are two of the most useful techniques in decreasing levels of depression in participants. Based on the results of the calculation of the score at the beginning and end of the assessment, there is a significant decrease in the level of depression. The result score for CES-D and SDS show decreased levels of depression for two participants who were originally located on moderate level and one participant at the severe level of depression, showing that there is no indication of clinical depression in all three participants. While SAS that measure anxiety also showed a decrease in anxiety levels becoming there is no indication of clinical anxiety on three participants.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asyifa Haryanti Putri
"[ ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana media dapat mempengaruhi atau mengubah pandangan masyarakat terhadap homoseksual. Media yang digunakan dalam studi kasus ini adalah film. Peneliti menggunakan film berjudul "Arisan" yang disutradarai oleh Nia Dinata sebagai bahan studi kasusnya untuk melihat bagaimana pandangan masyarakat tentang homoseksualitas sebelum dan setelah menonton film tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan empat responden dari berbagai latar belakang, yang sudah menyaksikan film "Arisan" sebelum wawancara. Studi ini menyimpulkan bahwa masyarakat yang sebelumnya memiliki pandangan negatif terhadap homoseksualitas masih akan memiliki pandangan itu, tetapi akan membuat beberapa perubahan dalam cara mereka memperlakukan homoseksual. Selain itu, peneliti juga membuat kesimpulan bahwa masyarakat yang sebelumnya memegang pemikiran netral atau positif tentang homoseksualitas akan memperlakukan penyuka sesama jenis dengan lebih baik dari sebelumnya.
ABSTRACTThis study’s objective is to see how media could influence and or altered people’s acceptance of other’s level toward homosexual. One media in particular that will be used as the study case is movie. The researcher used the movie called “Arisan”, directed by Nia Dinata to examine how people feel and think about homosexuality before and after watching it. The method that is utilized in this research is in-depth interview with four respondents of varied backgrounds, who have watched the movie prior to the interview. This study finds that people who previously hold negative believe of homosexuality will still hold on into that value, but will make some changes in how they treat them. And people who previously hold neutral or positive thought about homosexuality will treat the gay and lesbian better., This study’s objective is to see how media could influence and or altered people’s acceptance of other’s level toward homosexual. One media in particular that will be used as the study case is movie. The researcher used the movie called “Arisan”, directed by Nia Dinata to examine how people feel and think about homosexuality before and after watching it. The method that is utilized in this research is in-depth interview with four respondents of varied backgrounds, who have watched the movie prior to the interview. This study finds that people who previously hold negative believe of homosexuality will still hold on into that value, but will make some changes in how they treat them. And people who previously hold neutral or positive thought about homosexuality will treat the gay and lesbian better.]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Ayu Permatasari
"Tesis ini membahas mengenai kekerasan simbolik heteroseksual terhadap homoseksual yang terjadi di lingkungan kerja. Penelitian dilakukan melalui metode studi kasus dengan paradigma critical social science (CSS). Teori yang digunakan dalam penelitian ini elaborasi dari teori modal sosial Piere Bourdieu dan teori queer Judith Butler. Hasil dari penelitian menunjukkan kekerasan simbolik terhadap homoseksual terjadi melalui reproduksi doxa heteronormativity dan legisitimasi doxa tersebut dalam habitus, kapital dan field untuk meneguhkan posisi kelompok dominan. Ketidaksesuaian antara gender pervormity dengan heteroseksual matriks yang berlaku di masyarakat menjadi pemicu dari kekerasan simbolik terhadap homoseksual.

This thesis discusses about symbolic violence occured in workplace from heterosexual toward homosexual. This research is done by study case through critical social science paradigm. This study elaborates a social capital theory by Pierre Bourdieu and queer theory from Judith Butler. The results of this study indicate that symbolic violence happened through the reproduction of heteronormativity doxa and legitimation doxa inside of habitus, capital and field to strengthen the domination of heterosexual group. Discrepancy between gender pervormity with heterosexual matrix becomes the symbolic triggers of violence towards homosexual.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T45689
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Narestu Banie Prameswari
"ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai gambaran homoseksualitas di Tunisia yang direpresentasikan dalam film Le Fil sebagai homoseksual yang tertutup dan homoseksual yang terbuka. Selain itu, dibahas juga tentang stereotip yang dilatarbelakangi oleh agama dan masyarakat homofobia yang cenderung negatif. Analisis di dalam artikel ini menggunakan teori representasi dan kajian sinema. Hasil analisis menunjukkan bahwa representasi homoseksual tertutup lebih dominan dibandingkan dengan representasi homoseksual terbuka.

ABSTRACT
This article discusses the depiction of homosexuality in Tunisia which is represented in the film Le Fil as the closet and the open homosexuals. Moreover, this article also discusses about stereotype which is motivated by religion and homophobia society that tends to be negative. The analysis in this article based on the theory of representation and cinematographic approach. Results of the analysis showed that the representation of the closet homosexuals are more dominant than the representation of the open homosexuals."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Trestasya Kusumah
"Konstruk citra tubuh atau body image merupakan salah satu topik yang belum terlalu banyak diteliti di Indonesia. Biasanya diasumsikan bahwa hanya wanita yang mengkhawatirkan masalah ini sedangkan pria sama sekali tidak memperhatikan penampilan fisik mereka sehingga masalah yang terkait dengan hal ini seperti misalnya gangguan pola makan dianggap sebagai masalah wanita saja. Namun pada teori, penelitian ataupun studi terbaru, terdapat bukti bahwa citra tubuh bukan suatu masalah yang didominasi wanita saja. Pria gay ditemukan memiliki masalah serupa dan mereka memiliki reaksi yang sama dengan wanita mengenai penampilan fisik mereka. Sebagai kaum minoritas yang kerap mendapatkan diskriminasi dan juga ejekan dari masyarakat luas, terdapat beberapa faktor yang terkait serta berinteraksi dalam hidup mereka yang berkontribusi pada ketidakpuasan citra tubuh mereka. Faktor-faktor ini misalnya seperti keluarga, pelecehan seksual, tekanan untuk mendapatkan pasangan, diejek karena penampilan fisik, pernah mengalami kegemukan, tekanan dari komunitas atau teman sesama gay yang mementingkan penampilan fisik menarik dan usia yang muda, atau pernah mengalami gangguan pola makan dan juga diet yang tidak sehat. Studi kasus yang menggunakan subyek dari Indonesia dan membandingkannya dengan subyek dari Spanyol ini tidak menemukan perbedaan yang terkait dengan faktor budaya dari negara masing-masing.

Researchs about body image has not been fully explored or generate a wide interest in Indonesia. It is assumed that only women who worried or thinking about this problem, while men usually did not pay attention to their physical looks and problems related to it.Like for example eating disorders were considered to be women "problem". Nevertheless, recently there are many theories, researchs or studies that found evidence that body image is a problem that is not only dominated by women. Gay men has been found to have the same problem and they reacted in the same way women reacted to their physical looks. As a minority that often got discrimination, mocking or teasing from the heterosexual society because of their sexual orientation, there are few factors that entangled and contribute to their body image dissatisfaction. These factors such as family, sexual abuse, pressure to look good in order to have a partner, teasing regarding their physical looks, been overweight in the past, pressure from the community or gay friends about physical looks and their fear about getting old, or had eating disorder and unhealthy diet in the past. The case study with comparison between subjects from Indonesia and subjects from Spain has not found any differences related to cultural factors from each countries."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asyraf Nadhif Bellamy
"Budaya Jepang identik dengan sikap ketergantungan ketika memiliki suatu ikatan dalam berhubungan dengan orang lain. Sikap ini disebut sebagai amae, dimana pelaku amae berusaha untuk mendapatkan perhatian penuh terhadap orang lain. Amae tidak terbatas pada hubungan orang tua anak, tetapi juga di setiap hubungan lain, termasuk hubungan antar sesama jenis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis perilaku amae dan patologi amae yang terdapat pada drama Restart After Come Back Home. Tujuan yang lain dari penelitian ini adalah mendeskripsikan perasaan homoseksualitas yang terjadi pada tokoh utama dalam drama tersebut. Teori utama yang dipakai dalam melakukan penelitian ini adalah teori amae menurut Takeo Doi (1992). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Penelitian ini juga dibantu dengan teknik sinematografi menurut Bordwell dan Thompson (2003) untuk meneliti data. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa perasaan homoseksualitas tokoh Mitsuomi dapat menyebabkan berbagai perilaku amae seperti toriiru, suneru, higamu, hinekureru, dan uramu. Selain itu, juga terjadi patologi amae seperti toraware, rasa takut terhadap orang lain, kuyamu dan kuyashii, perasaan terluka.

Japanese culture is identical with the attitude of dependence when it has a bond in dealing with other people. This attitude is referred to as amae, where the amae perpetrator tries to get the full attention of others. Amae is not limited to parent-child relationships, but also in every other relationship, including same-sex relationships. This study aims to describe the types of amae behavior and amae pathology found in the drama Restart After Come Back Home. Another purpose of this study is to describe the feelings of homosexuality that occur in the main character in the drama. The main theory used in conducting this research is the amae theory according to Takeo Doi (1992). The method used in this research is descriptive analysis method. This research is also assisted by cinematographic theory according to Bordwell dan Thompson (2003) to examine the data. The results of this study found that Mitsuomi's feelings of homosexuality can cause various amae behaviors such as toriiru, suneru, higamu, hinekureru, and uramu. In addition, amae pathologies also occur such as toraware, fear of others, kuyamu and kuyashii, feelings of hurt.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jelita Anggreini
"Makalah ini meneliti tentang representasi remaja homoseksual dalam novel Call Me By Your Name karya Andre Aciman, dan bagaimana beberapa kriteria khusus dalam pengembangan karakter remaja homoseksual tersebut terlupakan. Meskipun Aciman telah berhasil dengan indah menggambarkan keadaan jatuh cinta, dengan menggunakan diksi yang artistik, Aciman masih belum berhasil untuk memasukkan beberapa hal penting dalam karakterisasi tokoh remaja homoseksual dalam novel Call Me By Your Name. Selain itu, sebagai seorang anak laki-laki yang menyukai seorang pria untuk pertama kalinya, penggambaran Elio, nama tokoh remaja homoseksual dalam novel, seharusnya dijelaskan lebih detail layaknya homoseksual pada umumnya yang mengalami situasi yang sama seperti Elio.
Isi makalah ini lebih kurangnya akan membahas karakterisasi Elio sebagai remaja homoseksual yang baru beranjak dewasa. Hal lain yang yang akan dibahas adalah tiga poin penting yang hilang dalam penggambaran karakter Elio. Penemuan tiga hal tersebut akan diuraikan dan dianalisis berdasarkan perspektif teori orientasi seksual yang dikombinasikan berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya mengenai representasi remaja homoseksual. Pada akhirnya, representasi remaja homoseksual yang akurat sangatlah penting karena hal tersebut akan dihubungkan dengan nilai-nilai yang dimiliki pembaca novel tersebut.

This paper scrutinizes a representation of homosexual on emerging adulthood in Andre Aciman’s Call Me By Your Name, and how certain criterias to develop the character have been missed. Although Aciman successfully wrote a beautiful act of falling in love by using sophisticated words, Aciman still failed to show some important things for the characterization of a homosexual on emerging adulthood. Moreover, as a homosexual boy who liked a man for the first time, the depiction of Elio—the name of the homosexual boy, is supposed to be well-described as mostly other homosexuals on his age/situation.
The content of this paper will likely to examine the characterization of Elio as a coming of age homosexual. The next thing that will be discussed is about the three major things that Aciman failed to depict on Elio’s character on his situation, in which the findings will be elaborated by sexual orientation perspectives and some researches about homosexuals on emerging adulthood. At last, a correct representation of homosexuals on emerging adulthood is really significant since it also relates to the readers’ values and experiences.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>